35 | Wedding Day (republished)

9.3K 874 535
                                    



"Nara, bangun. Nara!" suara ibu yang sudah lama tak kudengar ternyata masih dapat kuingat. Apa tak salah? Hari ini dia berbicara padaku. Maksudku, hubunganku dengan ibuku tidaklah begitu baik selama ini.

Aku perlahan membuka mataku dan mengerjap-ngerjapkan mataku memandang ada dua sosok wanita yang keduanya sama-sama memegang julukan seorang ibu di hidupku.

"Aih, pengantin wanita harus dandan lebih duluan karena banyak yang harus dipasang," kata Jessica sembari mengelus pipiku.

"Semalam mereka bergadang, kah?" tanya ibuku pada Jessica.

Jessica mengangguk. "Ya ... mereka bergadang, tapi aku nggak bisa nahan mereka yang terlihat sangat menikmati obrolan tadi malam."

Ibu kembali membangunkanku. "Ayo, ini sudah pukul empat. Belum lagi, semalam kamu keramas, 'kan? Rambutmu lembab. Pasti kerepotan," kata ibuku sembari menyibakkan selimutku.

"Hmm," kataku sembari terbangun dan memposisikan diriku menjadi bersila walau dengan mata tertutup.

Jessieca berdiri dari kasur. "Mama bangunin Jaehyun dulu, ya," pamitnya sembari berlalu keluar dari kamarku.

Ibu berdiri juga dari kasurku.

Kukira dirinya akan meninggalkanku juga, tapi ternyata dirinya beranjak untuk mencabut sticky notes yang aku tempelkan di jam dinding dan dinding kamarku. "Katanya 'don't be late' tapi jam segini masih malas-malasan. Mau Ibu pecat jadi anak Ibu?"

Aku membuka mataku bulat-bulat. "Kukira aku udah dipecat sejak lama," cibirku pada dirinya yang sering mengabaikan eksistensiku sembari melangkah masuk ke kamar mandi untuk mandi.

Sembari berjalan menuju shower box, aku perlahan membuka setiap potong pakaian yang kupakai dengan perasaan yang campur aduk.

Kenapa deg-degannya baru sekarang, sih?!

Masuklah diriku ke dalam shower box dan meraih tuas ke atas untuk menyalakan air. Wajahku lama-kelamaan memanas karena membayangkan betapa tampannya Jaehyun dengan setelan pengantinnya. "Ah astaga, ternyata sebucin itu aku," gerutuku karena jantungku tak juga tenang membayangkannya.

***

Wajahku sudah hampir selesai dirias sekarang. Hanya tersisa kelopak mata, bibir, dan pipi yang masih polos dari wajahku. Periasnya bilang kalau dia memiliki tahapan versi dirinya sendiri.

Riasan untuk mempelai wanita akan mengikuti nuansa yang diberikan oleh masing-masing untuk gaun pertama yang berwarna putih dengan sedikit taburan berwarna emas. Perias menyisir rambut panjangku kemudian dia mulai menata rambutku dengan hair iron selama kurang lebih tiga puluh menit yang menghasilkan rambut ikal besar yang sangat cantik.

"I really love this hair."

"Your husband told me to use this hairstyle. Katanya kamu melupakan request untuk gaya rambut," jawabnya yang mengejutkanku.

"Really?" tanyaku sembari melihat periasku mengangguk dan menyemprotkan hairspray padaku.

"Close your eyes," instruksinya yang menyadari diriku tak habis-habisnya melihat dirinya.

Saat suara semprotannya menghilang aku membuka mataku perlahan lalu melihat bayangan diriku di cermin. Dia mengambil lipstik yang berwarna merah yang tak terlalu mencolok tetapi tetap memiliki kesan elegan dan mengarahkannya ke bibirku hati-hati.

Dia dengan cekatan beralih ke riasan mata, dia memoles mataku dengan warna yang cocok dengan gaun pertamaku—warna emas. Dia juga menambahkan kilau-kilau cantik di mataku dan memakaikan mataku eyeliner setelahnya.

✓ lumpuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang