23 | Beristirahatlah

6.8K 1.2K 118
                                    

150v

"Nara, di mimpi, aku masih bisa jalan-jalan keliling kantor sambil bercanda sama Johnny," katanya setelah ia memastikan dirinya telah menelan obat tekanan darah yang aku sediakan setelah sarapannya itu.

Aku tersenyum, "Kamu seneng nggak?" tanyaku hati-hati.

"Seneng, lah. Seenggaknya diriku ini masih segagah kemarin, Jaehyun Dicaprio." katanya dengan nada sombong.

Senangnya ketika kepercayaan dirinya kembali seperti ini, tapi sebetulnya kepercayaan dirinya ini merupakan peralihan dari kesedihannya, atau bahkan sebuah gejolak emosi yang nggak stabil karena pengobatan yang keras.

Tik, tik.

Aku menoleh kearah jendela yang menutup, terlihat titik-titik air, "Ah sepatuku!" kataku ribut sembari berlarian kesana kemari karena rumah besar ini cukup membingungkan terlebih untukku--

Orang baru yang malah menghabiskan waktu di kamar hingga nggak sempat mengenal seluk-beluk ruangan di dalam rumah ini hingga akhirnya aku menemukan titik temu antara aku dan sepatuku yang sedikit basah, "Untung aku bukan kaum rebahan." gumamku.

Aku kemudian berjalan masuk kembali ke rumah, perlahan aku berjalan kemudian menyadari di rumah terdapat sebuah lemari kaca yang di dalamnya berisi berbagai bentuk penghargaan, beberapa tempat dibiarkan kosong.

Aku melangkah mendekat untuk melihat beberapa bagian kosong itu yang ternyata terletak kertas bertuliskan beberapa target penghargaan yang sepertinya belum tercapai.

Ku baca salah satunya, "The Best CEO, Jung Jaehyun."

Aku tersenyum miris, mimpinya terasa mengenyahkan Jaehyun dari daftar kandidat karena penyakit yang dideritanya.

Jaehyun menghampiriku yang tengah melihat lemari kaca itu, "Aku hebat, kan?"

LUMPUH

Jaehyun yang hari ini terbilang sangat aktif tiba-tiba ingin beranjak tidur pada jam yang biasanya dia paling segar bugar, "Nar, malem ini aku mau tidur aja. Badanku rasanya enggak enak."

Aku seketika langsung khawatir, "Apa yang dirasa?"

Jaehyun menggeleng, "Enggak apa-apa. Bakalan hilang kalau aku tidur. Kamu balik ke kamarmu, ku mohon."

Aku menggeleng dan menolak keras sebagai jawaban.

Tapi Jaehyun meninggikan suaranya, "Please!"

Aku akhirnya memutuskan untuk pergi keluar sementara-- seenggaknya hingga Jaehyun tidur, gila kalau aku betulan meninggalkannya yang keadaannya mengkhawatirkan begini.

Limabelas menit berlalu.

Aku mencoba mengintip kamar Jaehyun yang gelap, pancaran cahaya rembulan menerpa wajahnya dan nampak Jaehyun yang berkeringat banyak.

Aku segera menelepon Taeil, nomor yang anda tuju..

Aku menelepon ayahku dengan harap dirinya akan mengangkat panggilanku, drrk!

"Halo, Nara?"

"Ayah, Jaehyun nampaknya nggak baik-baik aja."

"Dia kenapa? Ciri-cirinya?"

"Dia keringetan, badannya kayak menggigil."

"Cuaca disitu, gimana?"

"Dingin, yah."

"Pengidap penyakit kayak dia sistem sekresinya nggak bekerja sebanyak kita, dia harusnya jarang berkeringat, kedinginan sedikit temperatur tubuhnya bisa kacau. Kamu kasih dia obat penahan sakit dulu. Ayah kesana sekarang."

"Iya, makasih, yah."

LUMPUH

"Jangan lupa obat parkinsonnya, itu obat sehari lima kali, jangan sampai kelewat," kata ayahku sembari berlalu keluar dari rumah.

"Nara, apa nggak takut di rumah sebesar ini cuma berdua?" tanyanya.

"Ayah khawatir?" tanyaku dengan nada mengejek.

"Dulu kamu anaknya gampang banget takut sama hal-hal nggak jelas, ya udah, ayah pulang, ya?" katanya.

Aku mengangguk, "Makasih, yah."

Mobilnya berlalu dengan singkat, lalu masuklah aku ke rumah milik Keluarga Jung ini. Aku segera beranjak ke kamar Jaehyun, dirinya menoleh padaku tepat ketika aku ada di ambang pintu.

Ia tersenyum padaku, "Nara, Jaehyun Dicaprio ngantuk.."

Kini, membiarkannya tidur-- ah nggak

Kini, membiarkannya menutup mata pun rasanya resah.

Takut.

Takut..

Takut!

Takut mata itu tak terbuka lagi.

"Nara, tidur disini, ya?" 

Aku mengangguk.

Dia terdiam cukup lama.

Lalu, "Terlepas dari penyakit bisa mengikis dosa. Penyakit juga dapat meredupkan yang bercahaya, dapat memudarkan yang berwarna, dan melumpuhkan yang tadinya tegap nan gagah."

"Jae--"

Jaehyun bergerak mencium dahiku, "Jaehyun Dicaprio tidur duluan, Nara."





























Setelah aku mencerna apa yang Jaehyun ucapkan sebelum tidurnya,

Aku merasa kesal.

Aku merasa marah.

Aku merasa frustasi.

Aku merasa sedih.

Kami rasakan nelangsa menyelimuti kedua tubuh yang tengah berbaring di atas sebuah ranjang besar-- bersama mencoba mencerna kenyataan pahit yang mau nggak mau harus kami kunyah dan telan bersama.

Dirinya tengah kembali ke alam mimpinya selepas dari kamar kecil, wajah tidurnya yang tampan memanjakan kedua mata--mampu membuat orang dengan wajah bengkak dan mata sembab ini tersenyum.

Jung Jaehyun, tunanganku, calon suamiku, menderita penyakit yang merenggut semua hal yang dapat dilakukannya selaku manusia yang berstatus masih hidup.

Badan yang tadinya berdiri tegap, kaki yang tadinya melangkah tanpa ragu, mulut yang tadinya berbicara tegas lantang.. kini perlahan menunjukkan ketiadaannya.

Dan perlahan, semua yang biasa ia bisa lakukan akan menghilang. Termasuk jemarinya yang kini tengah menggenggam jemariku.

Dan lagi, air mata jatuh dari pelupuk mataku. Masih dengan senyum aku lirih berkata, "Beristirahatlah, luka-luka."

✓ lumpuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang