Episode 4

631 63 7
                                    

Aku tak berhenti memejamkan mata ku saat mengerjakan soal ujian ini dan merasakan jam berbunyi tepat di telinga ku. Perlahan aku menundukan kepala ku dan membuka mata ku. Aku memperhatikan pengawas yang berada di depan kelas dan kemudian mengarahkan pandanganku ke jendela kelas. Tak ku sangka, aku melihat Tiffany sedang berdiri di sana sambil menatap ke arahku dan memberi senyumannya.

Dengan senyumanmu, aku bisa jatuh cinta. Dengan senyumanmu, aku tahu bagaimana harus bersemangat.

" Kim Taeyeon! "

" Eoh ? ", lamunan ku seolah terpecahkan oleh suara pengawas.

" Apa yang sedang kau lamunkan ? Ppalli ! Sebentar lagi waktu sudah mau berakhir. "

" Eoh, ne. "

ring ... ring ... ring ...

Lega sekali sudah selesai dengan ujian yang menyusahkan itu, aku bergegas untuk ke mobil sambil menunggu Tiffany selesai dengan kelasnya.

" Tae! "

" Eoh, Sica-ya ? "

" Sepertinya kau tidak perlu menunggu Tiffany. "

" Wae ? "

" Dia pulang lebih cepat tadi, apa kau tidak membaca ponselmu ? "

" Ponsel ku ? ", aku mencarinya di saku celana ku.

" Ish, jinjja, kau ini. "

*Room chat

Tiffany : Tae, aku pulang lebih awal, uncle Gil meminta ku untuk ke rumah sakit karena kondisi grandpa mengkhawatirkan.

" Gomawo, Sica. Aku baru melihatnya. ", aku masih terus memandang ponselku.

" Tae, lihat aku. "

" Eoh? ", aku menatap yeoja berparas dingin itu sekarang.

" Lunakan sedikit perasaanmu sehingga kau bisa berbuat sesuatu untuk hal ini. "

" Ne, Sica. "

" Jangan hanya ne ne ne. Kau tidak bisa punya hubungan yang bagus jika terus begini. "

" Arraseo. "

" Fatal jika kau bersikap dingin seperti ini pada yeojachingu mu sendiri. ", kini dia menatap ku sangat dekat bahkan wajah kami hanya berjarak satu jengkal.

" Aku tahu apa yang aku lakukan, Jes.si.ca. ", aku semakin mendekatkan wajah ku dan sedikit memiringkan kepalaku.

Sekarang aku merasa seperti sedang ada dalam kontes menatap dengan waktu terlama. Tak sekalipun aku mengerjapkan mata ku, begitupun dengan yeoja ini. Bukan tidak sadar jika dia adalah yeoja yang sedang dekat dengan teman ku sendiri, namun dia sudah menantang ku lebih dulu untuk melakukan hal ini. Kini semakin lama kami bertatapan, entah mengapa aku merasa wajahnya semakin mendekat bahkan kini aku bisa melihat bibirnya bergetar.

" Ya! Taeyeon-ah! ", suara itu membuat kami menjauh satu sama lain dan melihat ke asal suara itu.

" Aku duluan. ", dia pergi begitu saja saat melihat Yoona dan Sooyoung mendekat.

" Ya! Apa yang baru saja kau lakukan dengan Jessica ? "

" . . . . "

" Hyung, apa kau sedang mencoba merebutnya dari Yuri ? "

" . . . . "

" Jinjja, apa kau sudah bosan dengan Tiffany noona dan menginginkan yeoja blasteran yang lain ? "

" . . . . "

" Jawab Kim Taeyeon kerdil !!!! "

Aku tidak menjawab pertanyaan mereka dan hanya tersenyum kecil sambil menatap ke sembarang arah.

Aku mau yeoja yang itu. 

*****

Tak ada ekspresi lain dari Sooyoung dan Yoona selain membuka mata dan mulut dengan lebar setelah mendengar jawaban Taeyeon. Sementara namja yang membuat mereka terkejut langsung masuk ke mobil dan meninggalkan mereka di halaman utama sekolah.

" Aku tidak percaya ini, aku tidak percaya. "

" Yeoja itu yang dia mau ? Benar-benar tidak masuk akal. "

" Dia sudah gila. "

Sooyoung dan Yoona masih tidak berhenti memperhatikan yeoja yang dimaksudkan Taeyeon. Sementara yeoja yang dimaksudkan terus berjalan ke pintu gerbang seolah tak mempedulikan dua namja yang sedang memperhatikannya.

" Rasanya lebih baik dia berkencan dengan dongsaengnya sendiri. "

" Ish, kalau kencan sama Seolhyun aku juga mau. "

Setibanya di rumah, Taeyeon belum melihat mobil yang menjemput dongsaengnya tiba.

" Selamat datang, tuan muda. "

" Dimana mereka ? "

" Sepertinya hari ini nona Seolhyun dan nona Yeri sedang ada kelas tambahan jadi sedikit terlambat. "

" Uhm. "

" Apa tuan mau makan ? "

" Ani, aku mau keluar sebentar lagi. "

Taeyeon bergegas ke kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian. Ia berniat untuk mencari sebuah kado untuk Yeri yang besok akan ulang tahun. Setelah rapi, Ia langsung meninggalkan rumah dan mengendarai mobilnya.

Di sisi lain, Irene baru saja sampai di rumah dan Ia terlihat terburu-buru untuk pergi lagi.

" Eonni, kau mau kemana ? "

" Aku harus ke perpustakaan. Ada tugas. "

" Mwo ? Baru beberapa hari sekolah sudah ada tugas. "

" Bye, Suzy. ", Irene meninggalkan rumah.

" Eoh ? Seperti mau kencan saja. "

Irene berjalan sangat cepat, Ia khawatir perpustakaan kota akan tutup jika datang terlalu sore. Ia menunggu bus di halte karena rasanya tidak mungkin jika berjalan kaki hingga perpustakaan. Selamat perjalanan, Irene tidak berhenti melihat jam tangannya dan terus memegangi tali slingbag nya.

A few minutes later . . .

Irene melangkahkan kakinya keluar dari bus dan berlari kecil. Langkah kakinya terbilang cukup cepat, sesekali Ia membenarkan posisi kacamatanya saat berlari. Setiap tingkungan jalan Ia lalui, Ia benar-benar sedang berlari bersama waktu. Gedung perpustakaan pun sudah berada di depan mata, saat hendak membuka pintu gedung tiba-tiba seseorang menariknya dari dalam dan kini mata mereka saling bertemu.

Omo..... 

" Annyeonghaseyo. ", seorang namja yang tidak asing untuk Irene memberikan salam padanya.

" A-annyeong-haseyo. "

Namja itu melangkahkan kakinya ke belakang agar bisa memberikan jalan untuk Irene dan menggerakan kepalanya sambil tersenyum seolah meminta Irene untuk masuk. Detak jantung Irene kini menjadi tidak menentu, bahkan Ia terlihat sangat kebingungan.

A few hours later . . .

Irene keluar dari gedung perpustakaan dengan senyum yang lega di wajahnya. Satu persatu anak tangga Ia lewati dan tiba di anak tangga terakhir langkahnya terhenti. Ia melihat seorang namja berada di hadapannya sedang menghadap ke arah lain. Namun, dalam hitungan detik, namja itu memutarkan pandangannya ke arah Irene yang berdiri beberapa langkah di belakangnya.

" Annyeonghaseyo. "

" . . . . "

" Mianhae aku menunggumu di luar sini. "

" . . . . "

" Kau junior di SLI kan ? "

" Uhm, ne. ", Irene menundukan kepalanya.

" Mau pergi bersama ? "

" Mwo ? Kau mengajakku ? ", Irene menatap namja yang ada di hadapannya.

" Apa ada yang lain selain kau ? "

" . . . . "

Aku rasa hanya ada kau disini. Bahkan hanya kita. 

SUNBAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang