Hubungan Seulra dengan Seokjin sejak malam itu tentu tidak baik-baik saja. Seulra terus menyalahkan dirinya sendiri. Seokjin juga tidak tau harus berbuat apa. Seokjin yang biasanya menggoda Seulra belakangan memilih bungkam. Lantaran dirinya tidak mau istrinya semakin terbebani kalau-kalau candaannya tanpa sengaja menyinggung hati sang istri.
Malam ini Keluarga Kim datang ke kediaman Seokjin dan Seulra untuk makan malam. Seulra terpaksa bekerja ekstra hari ini. Mengingat mertuanya datang.
"Seulra, kau tak apa? Kenapa daritadi diam saja?" Taehyung berbicara dengan makanan di dalam mulutnya. Seulra yang tadinya melamun, mau tidak mau harus mengalihkan atensinya pada Taehyung.
"Oh aku baik-baik saja kok oppa." tangannya tergerak untuk mengambil minum. Gugup tiba-tiba datang menyambanginya.
"Kalau ada masalah, ceritakan saja pada mama, nak. Apa Seokjin berlaku buruk padamu?" Seulra menatap sang mama mertua dengan menggeleng.
"Tidak ma. Seokjin oppa sangat baik."
"Seokjin, kau beruntung mendapatkan Seulra. Umurnya masih 18 tahun, tapi lihat. Dia telaten sekali mengurus rumah tangga. Rumah ini sempurna. Apalagi makanan yang sedang kita santap ini. Benar-benar istri idaman. Kadang papa berpikir, kau itu pantas tidak untuk Seulra?" Seulra menggenggam sendoknya dengan kuat. Entah kenapa dia tidak terima dipuji seperti itu oleh sang papa mertua.
"Iya pa. Seokjin bersyukur sekali mendapatkan Seulra. Dia sangat sempurna sebagai istri. Benar kata papa, mungkin Seokjin tidak terlalu pantas untuknya." Hati Seulra mencelos begitu mendengar kalimat itu terurai dari birai tebal milik Seokjin.
Tanpa permisi, air asin itu meluncur melewati pipi Seulra. "Hei...kau menangis?" Taehyung berhenti mengunyah dan sibuk menatap kakak iparnya dengan khawatir.
Seokjin langsung mengusap punggung Seulra dengan lembutnya. "Kenapa sayang?" suara lembut yang menyambangi rungunya membuat Seulra semakin ingin menangis sekencang-kencangnya.
"Aku, a-aku." Seulra bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin dia jujur di acara makan malam ini. "Aku hanya, hanya merasa sedikit pusing. Mungkin aku kelelahan." bohongnya.
"Ya ampun sayang, besok mama akan carikan asisten rumah tangga untuk kalian yah. Harusnya sejak pertama mama sudah siapkan untuk kalian. Maafkan mama ya sayang."
"Tidak apa ma. Seulra senang kok membersihkan semuanya sendiri. Mungkin Seulra kurang istirahat. Mama jangan khawatir."
"Seokjin, antar Seulra ke kamar. Sepertinya dia sangat kelelahan." perintah papa. Seokjin pun bangkit dan langsung memapah Seulra.
Saat menaiki tangga, entah perasaan apa yang menghantui Seulra. Dia sangat ingin memeluk Seokjin dan menangis di dalam dekapan suaminya itu.
Tidak ada pembicaraan antara Seokjin dan Seulra. "Tidurlah. Aku akan kembali setelah mama dan papa pulang." Seulra tidak berkomentar. Ia ingin bicara tapi rasanya lidahnya kelu.
"Oppa..." tangan Seokjin berhenti di atas kenop pintu saat suara lirih itu berhasil ditangkap oleh indra pendengarannya. Pun Seulra kembali ingin menangis dengan kencang kala suaminya menatap dirinya.
"Iya. Aku akan segera kembali." padahal Seulra tidak mengatakan apapun setelah memanggilnya. Tetapi itulah kalimat yang terlontar dari mulut Seokjin.
.
.
."Seokjin, kau yakin tidak ada masalah nak?" tanya papa.
"Tidak ada masalah apapun pa. Seulra hanya kelelahan saja." jawabnya.
"Ayo pulang pa, ma. Seulra pasti butuh Jin hyung. Kita pulang saja." Taehyung menenggak cola yang dipegangnya.
"Jaga Seulra baik-baik ya nak. Dia menantu kesayangan mama. Jangan terlalu memaksanya. Dia masih 18 tahun. Mama harap kau mengerti nak."
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND [BTS SEOKJIN]
FanfictionWanna know more about this story? Let's check it out!