Pagi-pagi sekali Seokjin sudah berkutat di dapur untuk membuatkan kue lemon permintaan istrinya. Seokjin merasa iba, sebab semalam suntuk Seulra terus mengigau kue lemon. Hingga mau tak mau Seokjin rela bercumbu dengan peralatan dapur serta bahan kue. Berbekal ponsel pintarnya, Seokjin nengikuti tutorial membuat kue lemon dari aplikasi Youtube.
Sementara Seulra duduk di meja counter sembari mengayunkan kakinya yang tergantung bebas. Saat suaminya sibuk menatap ponsel dan menggerakkan kedua tangannya untuk membuat kue, Seulra malah sibuk memperhatikan wajah sang suami yang tengah serius. Sudut bibirnya terangkat. Entahlah awal hari ini diawali dengan rasa penuh bahagia sepertinya.
Lebih bahagia lagi saat kue lemon dengan vanilla cream tebal, sudah tersaji di hadapannya. Seulra sumringah sekali. Sebagai ungkapan bahagianya, Seulra memberi kecupan di pipi kanan, kiri, beralih ke kening, hidung, dagu, dan bibir. "Terimakasih, oppa!" ujarnya senang.
Seokjin tak kalah bahagia. Melihat Seulra bisa sumringah seperti itu saja sudah surga baginya. Ya walaupun harus rela repot sih. Tapi tidak apa, toh Seokjin mendapat serangan kecupan dari Seulra.
"Enak?" Yang ditanya manggut-manggut saja, sebab terlalu asyik dengan kue lemonnya.
"Oppa harusnya jadi chef saja. Tidak usah jadi dokter. Jadi dokter itu sibuk. Pulangnya tidak tentu. Aku kesepian." ucapnya runtut.
Meskipun Seulra mengatakan itu sembari menyantap kue, tetapi Seokjin merasa sedikit tercubit di bagian hati. Seokjin sungguh merasa hal itu benar-benar membebani Seulra. Dia jadi merasa bersalah karna sering meninggalkan Seulra dirumah. Walaupun pada awal pernikahan Seokjin sedikit ogahan untuk belerja, namun sekarang sudah tidak bisa lagi. Rumah sakit besar itu membutuhkannya sebagai pemimpin sekaligus sebagai seorang dokter ahli bedah.
Lalu tanpa aba-aba Seokjin mendekap sang istri, hingga Seulra menghentikan kegiatannya menyantap kue. "Maaf," Walaupun pada awalnya Seulra merasa terkejut, tetapi akhirnya dia sadar bahwa kalimat tadi membuat Seokjin merasa bersalah. "Maaf karna membuatmu kesepian."
Seulra mengurai pelukan Seokjin lalu berujar, "Tidak usah difirkan, oppa. Aku hanya...," Seulra bingung mau melanjutkan kalimatnya. "Aku terkadang hanya takut sendirian di rumah. Tapi sebenarnya aku pemberani kok!" ujarnya mantap.
Seokjin terkekeh lalu mengusap puncak kepala Seulra. "Sebentar lagi, kau tidak akan sendirian. Sebentar lagi akan ada malaikat yang menemanimu jika tidak ada aku." Tangannya beralih mengusap perut Seulra yang masih datar.
Kalimat Seokjin barusan, lagi-lagi berhasil membuat Seulra kesal bukan kepalang. Sekarang Seokjin itu malah lebih menyayangi perutnya, daripada dirinya. Seulra sungguh tidak suka ketika Seokjin melibatkan perutnya ketika mereka sedang berbicara. Akhir-akhir ini Seokjin selalu berbuat seperti itu. Lama-lama Seulra merasa jengah juga.
Tidak mau kesal terlalu lama, Seulra memilih meninggalkan Seokjin. Seulra beranjak naik ke kamar, lalu menenggelamkan dirinya dibalik pintu kamar mandi.
Seokjin yang terlihat bingung pun akhirnya menyusul sang istri setelah membereskan kuenya. Sembari menunggu Seulra, Seokjin mendudukkan tubuhnya di bibir ranjang. Setelah pintu kamar mandi terbuka, aroma manis langsung menguar ke indra penciuman Seokjin. "Tumben mandi. Mau kemana?" Seulra memang tidak pernah mandi di kala pagi. Hanya jika dia akan pergi, barulah seorang Kim Seulra akan mandi.
"Mengisi perut kulkas. Kasian. Melompong, tidak ada isinya."
"Aku temani?"
"Terserah."
Seokjin menghela napasnya. Ketara sekali jika sang istri sedang dalam mode merajuk. Apa lagi kali ini yang dilakukannya hingga istrinya jadi jutek begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND [BTS SEOKJIN]
FanfictionWanna know more about this story? Let's check it out!