Our Time.

3.9K 235 11
                                    

Seokjin sudah bangun sejak 5 menit yang lalu. Tapi nyatanya dia masih enggan untuk beranjak dan melepaskan dekapannya yang membungkus tubuh Seulra. Seulra tidur sangat nyenyak dan sama sekali tidak merubah posisinya sedari malam.

Seokjin sungguh berharap Seulra melupakan masalah kemarin malam. Hari ini dia akan membuat sang istri tertawa bahagia. Setidaknya begitulah lamunan Seokjin sebelum akhirnya sang istri menggeliat di dalam dekapannya. Suhu pagi yang dingin membuat Seulra semakin merangsek ke dalam dekapan Seokjin. Seokjin sampai terkekeh dibuatnya. Pasalnya ini sudah pukul 07.30 tetapi istrinya seperti tidak berniat untuk bangun.

Lengan kiri Seokjin sungguh sudah sangat kebas menahan bobot kepala Seulra. Bahkan lengan berototnya itu tengah kesemutan saat ini. Dengan terpaksa Seokjin menggeser kepala Seulra untuk berpindah ke bantal. Namun rupanya gerakan acak Seokjin membuat yang mempunyai kepala terbangun. "Oppa ada apa, sih?" Dengan suara paraunya, Seulra seperti jengkel sekali melihat Seokjin yang tengah menahan kesemutannya.

"Pegal, sayang." Seokjin memijat lengannya sendiri.

Dengan mata yang masih menyipit, Seulra memukul-mukul lengan Seokjin dengan tenaganya yang tak seberapa. Alhasil yang punya lengan sampai memekik. "Biar cepat hilang semutnya." ucapnya polos.

Bukannya menanggapi dengan kata, Seokjin malah memiting tubuh Seulra hingga Seulra kaget bukan main. Tak berhenti sampai disitu, Seokjin menggempur Seulra dengan gelitikan mautnya. Hingga Seulra terkekeh sampai rasanya napasnya seperti akan habis. "Ampun, oppa! Hentikan ya ampun! Aku akan mati! Sepertinya aku melihat malaikat maut! Ahaha..."

"Cium aku dulu, baru aku akan berhenti." Seokjin menjeda serangannya demi membuat kesepakatan bersama manusia kelewat imut yang berada di bawahnya.

"Baiklah, apapun itu. Asalkan jangan gelitiki aku lagi. Aku berasa akan mati." ucapnya sambil terengah.

"Kalau begitu, ayo lakukan sekarang." Seokjin menutup matanya sambil manyun-manyun tidak jelas.

Entah kenapa Seulra jadi gemas setengah mati melihat bibir Seokjin manyun seperti itu. Rasanya Seulra ingin mencium bibir itu sambil menggigitnya kuat dengan sekuat tenaga. "Kalau bibirnya aku gigit boleh, tidak?" Seokjin membuka matanya lebar. Ingin memastikan, apakah yang bicara tadi seorang Bae Seulra? "Tidak boleh, yah?" tanyanya lagi.

"Sampai putus, tidak?"

"Inginnya sih seperti itu. Yatuhan aku gemas sekali!" Seulra menekan-nekan bibir tebal itu dengan ibu jari, serta jari telunjuknya.

"Akan lebih baik jika kau menekan dengan bibirmu, sayang."

"Aku sudah tidak gemas lagi, omong-omong." Seulra beranjak begitu saja dengan raut wajah datarnya. Memilih keluar dari kamar dan membanting pintu sedikit lebih keras.

.
.
.

Jadi setelah seharian panjang dihabiskan dengan kencan penuh tawa, akhirnya dua sejoli itu memilih istirahat dengan menonton TV bersama. Walaupun sebenarnya tadi sudah menonton juga di bioskop. Tetapi agaknya memakan ice cream sambil menonton televisi di pangkuan Seokjin tentunya menjadi daftar kebahagiaannya hari ini. Seokjin pun juga sama. Bahagia sekali hari ini. Sesekali mulutnya menerima suapan ice cream dari sang istri. Lebih terlihat seperti seorang ayah dan anak.

Keduanya fokus dengan drama favorit Seulra yang mempertontonkan bagaimana sepasang suami istri yang bercerai akibat paksaan orangtua dari sang suami. Seokjin berusaha mengikuti saja alurnya walaupun dia tidak terlalu suka dengan drama yang ada. Tetapi Seokjin juga dapat memetik pelajaran sesungguhnya. Dia mengangguk setelah menelaah kisah drama itu. Namun berbeda dengan Seulra. Dia berhenti menyuap ice cream kedalam mulutnya. Malah menangis tanpa suara melihat adegan yang dipertontokan oleh aktris di drama itu.

HUSBAND [BTS SEOKJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang