"Kenapa wajahnya ditekuk terus, sayang?" Seokjin menyuarakan rasa penasarannya sejak pertama kali masuk kedalam mobil. Seulra memang sudah tidak menangis, tetapi wajah masamnya itu membuat Seokjin tidak tahan.
"Entahlah, oppa. Ini otomatis. Jika aku kesal, bibirku akan maju dengan sendirinya." Seokjin menahan tawanya manakala mendengar penuturan kelewat jujur dari sang istri.
"Memangnya istriku kesal karna apa?"
"Oppa jangan banyak bertanya terus! Akunya masih kesal, oppa!" Seokjin mengulum bibir, berusaha agar tak kembali bersuara. Namun heningnya Seokjin malah menimbulkan rasa bersalah di benak Seulra. "Oppa... Maaf." lirihnya kemudian.
"Maaf kenapa, sayang?"
"Aku terlalu keras bicaranya padamu."
"Sayang, kau jangan terlalu menggemaskan seperti itu. Aku tidak fokus menyetirnya." Seokjin terkekeh.
Mata Seulra tak sengaja menangkap restoran khas korea yang di dominasi warna merah. Matanya berbinar melihat dan membayangkan menu yang disediakan di restoran tersebut.
"Oppa, mau itu, boleh?" tanyanya sangat pelan. Seolah perayu ulung.Seokjin sempat berpikir sejenak. Bukannya melarang, hanya saja belakangan ini Seulra terlalu sering mengkonsumsi makanan kelewat pedas yang bisa saja merusak pencernaannya. Tapi daripada melihat mood istrinya itu bertambah rusak, lebih baik Seokjin menurutinya. "Baiklah." Sebelum akhirnya ia menepikan mobil sport miliknya tepat di halaman parkir restoran.
Sekarang wajah istrinya sudah berubah 180 derajat. Bahkan Seulra tak segan menggandeng dan bergelayut manja di lengan Seokjin hingga masuk ke dalam restoran. Mereka memilih duduk di sudut ruangan ini.
Seulra enggan duduk di samping Seokjin. Karna ia lebih suka duduk berhadapan ketika makan sambil mengobrol. Seokjin baru saja akan melayangkan protes. Tetapi pelayan restoran lebih dulu sampai ke meja mereka berdua. Memberikan buku menu kepada Seulra. Lalu sang pelayan berujar, "silahkan."
Tidak dapat dipungkiri lagi. Menu di dalam restoran ini membuat Seulra berteriak kegirangan. Matanya benar-benar dimanjakan dengan gambar menu yang akan segera disantapnya. "Aku ingin makan kaki ayam pedas yang ukuran jumbo dengan tambahan wijen, dada ayam spicy, dan juga kentang goreng dengan bubuk cabai. Dan aku ingin lemon squas sebagai minumnya." Seokjin melebarkan matanya mendengar penuturan dari mulut sang istri.
"Pesanan anda, tuan?" tanya sang pelayan kepada Seokjin.
"Aku pesan jus jeruk saja."
"Baiklah, pesanan akan segera datang. Mohon ditunggu." pelayan itu tersenyum ramah sebelum meninggalkan mereka berdua.
"Oppa tidak pesan makanan?"
"Tidak. Melihatmu memesan makanan, aku sudah kenyang, Seul."
"Yang benar saja. Aku tidak suka berbagi dalam hal apapun. Termasuk makanan. Jangan harap oppa bisa menyentuh makananku." Seokjin hanya mengangguk sembari terkekeh.
15 menit kemudian. Seulra masih berkutat mesra dengan kaki ayam pesanannya. Sesekali ia menikmati dada ayam, dan juga kentang goreng pedas miliknya. Sebenarnya Seokjin cukuo senang melihat istrinya ini makan dengan cukup lahap. Tetapi Seokjin khawatir kalau istrinya ini akan menderita sakit perut ketika mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan.
"Lain kali, kalau mau makan yang seperti ini, harus izin dulu padaku, ya."
"Memangnya kenapa?" Keringat sudah mulai bercucuran di area wajah Seulra. Belum lagi desisan yang keluar dari bibirnya yang sudah memerah dan membengkak.
"Tidak baik mengkonsumsi makanan seperti ini terlalu sering, sayang."
"Ah, ya baiklah. Aku lupa bahwa aku menikah dengan seorang dokter. Ah ya ampun pedasnya!" Entah sudah berapa kali gadis manis ini berseru pedas tetapi tidak berhenti juga dari kegiatannya mengunyah kaki ayam pedas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND [BTS SEOKJIN]
FanfictionWanna know more about this story? Let's check it out!