Ruang makan diisi dengan suara sumpit yang beradu dengan mangkuk serta wajah Seulra yang sembab.
"Adik kecil, ayo dimakan. Oppa susah payah loh memasakkannya untukmu." Suara Minho mengurai suasana hening di ruang bernuansa putih oranye itu.
Seulra tidak menanggapi kalimat itu. Kepalanya sedikit pusing akibat menangis hebat. Ditambah lagi, saran dari kakaknya yang membuat Seulra semakin merasa pusing.
"Nona Kim, kau dengar aku?" Minho melambaikan tangannya dihadapan Seulra.
"Oppa, aku tadi sudah makan dengan Seokjin oppa. Aku...kenyang." ucapnya lemah.
"Ayolah adik kecil. Kalau kau makan, pulang nanti akan dibelikan ice cream vanilla oleh suamimu." Seokjin yang sedang menikmati makanannya, jadi sedikit tersedak. "Bukan begitu Jin?"
"Ah iya, hyung." Seokjin lagi-lagi kikuk.
"Seokjin, mungkin Seulra lelah. Aku rasa dia butuh istirahat." ucap Suzy.
"Sayang, apa kau mau kita pulang?" Seulra mengangguk cepat.
"Maaf hyung. Sepertinya aku harus pulang. Seulra sepertinya kelelahan."
"Tentu saja. Padahal aku rindu sekali sih pada kesayanganku ini. Tapi kakaknya keterlaluan memarahinya tadi. Aku jadi terkena imbasnya. Aww!" Suzy mencubit perut Minho yang asal bicara.
Seulra mendekati Suzy. "Kakak aku pulang dulu ya. Terimakasih" Kedua gadis Bae itu saling berpelukan.
"Oppa tidak diajak nih Seul?" celetuk Minho. Suzy langsung memukul lengan kekasih tampannya itu. Sementara Seulra memandangi Minho dengan tatapan yang aneh.
"Kak, aku boleh peluk Minho oppa? Terakhir kaak. Aku mohon." gadis 18 tahun itu bergelayut manja di lengan sang kakak. Sementara sang kakak mengangguk pasrah.
Seulra langsung hambur ke pelukan Seokjin. "Boleh kok peluk oppa mu ini. Sampai kapanpun tetap boleh kok sayang. Tapi ingat, ada Kim Seokjin yang lebih membutuhkan pelukanmu." Seulra langsung melepas pelukannya pada Minho. Mukanya langsung cemberut masam sembari berjalan ke arah Seokjin.
"Kakak ipar, hyung, aku permisi dulu." Seokjin membungkuk sekilas kearah Suzy dan Minho.
.
.
.Selama perjalanan, Seulra maupun Seokjin tidak ada yang berbicara sama sekali. Seokjin fokus menyetir, sementara Seulra hanya membuang wajahnya ke arah kaca mobil.
Seulra sempat tercekat kala dia tau Seokjin melewati jalan rumahnya. Tapi setelah itu dia memilih diam dan tidak mau ambil pusing. Karna sebenarnya kepala Seulra juga sudah pusing.
Mobil Seokjin berhenti di depan toko Jennie's ice cream. Tanpa kata, Seokjin turun dari mobil dan masuk kedalam toko.
Sebenarnya Seulra senang. Pikirannya sudah mengharapkan dua bucket ice cream vanilla terpangku diatas pahanya dengan ditemani drama korea favoritnya. Tapi Seulra tidak terlalu berharap. Soalnya wajah Seokjin tadi tidak bersahabat. Jadi Seulra tidak mau berharap lebih.
Tidak sampai sepuluh menit, Seokjin sudah masuk lagi kedalam mobil. "Sayang, maaf aku melupakan janjiku. Dua bucket, apa cukup?" Gila! Seulra hampir tercengang mendengar penuturan Seokjin. Kenapa dia bisa tau pemikiran Seulra? Oh dan satu lagi. Seulra juga sebenarnya lupa kalau tadi pagi Seokjin menjanjikan ice cream vanilla di dalam suratnya.
"Sayang, kau tidak suka ya?" tanya Seokjim was-was.
Bukannya menjawab, Seulra malah berujar "Oppa, aku mau pulang." Seokjin bingung. Ada apa dengan istrinya. Tapi daripada memperpanjang masalah, Seokjin lebih memilih melajukan mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND [BTS SEOKJIN]
ФанфикWanna know more about this story? Let's check it out!