Tuhan punya kuasa untuk membolak balikkan hati para manusia. Seulra mungkin termasuk salah satunya. Dulu ia begitu tidak menginginkan kehadiran makhluk lain di dalam rahimnya. Tetapi selama kurang lebih delapan bulan ini pula ia berusaha menjaga dan merawat dengan penuh kasih sayang bayi yang ada di dalam kandungannya.
Seokjin juga pantas merasa lega. Sebab berbagai keinginan aneh Seulra sudah tak sesering pada masa awal kehamilannya. Bahkan terkadang pria yang berusia 27 tahun itu merindukan momen dimana Seulra selalu merepotkan dirinya.
Meski tetap ceria seperti biasanya, tetapi Seokjin mampu menangkap gurat kecemasan dari wajah sang istri mendekati proses persalinan. Seulra tidak mengatakannya. Hanya saja dirinya sering melamun memikirkan hal-hal buruk yang mungkin saja bisa menimpanya disaat persalinan nanti.
"Jangan terlalu sering melamun, sayang." Seokjin menghampiri Seulra yang tengah duduk di dekat kolam renang. Memberikan segelas susu ibu hamil yang langsung disambut oleh Seulra. Setelah gelasnya tandas, Seulra langsung memeluk Seokjin. Seulra tidak banyak berbicara hari ini. Sepertinya dia benar-benar takut melahirkan kedua putra yang ada di dalam perutnya.
Seokjin mengusap punggung sempit sang istri. Mencoba menyalurkan beribu rasa aman ketika dirinya bersama sang istri. "Aku tidak sabar bertemu Park Dongra. Aku juga rindu ayah dan ibu." ungkapnya.
Seokjin tersenyum tipis. "Sebentar lagi mereka akan sampai."
"Dongra pasti sudah besar." banyak nada sarat kesedihan ketika Seulra membahas Dongra. Dongra adalah anak dari sepupunya yang telah meninggal. Ibu dari Dongra meninggalkan dirinya, lari dari tanggung jawab sejak Park Jimin meninggal. Seulra merasa takdir Dongra hampir sama dengan dirinya.
"Jangan menangis. Dongra tidak akan senang melihat bibinya menangis." Seulra menghapus air matanya. Benar juga. Harusnya Seulra menampilkan sikap ceria agar Dongra tidak merasa sepi.
TingTong!
"Itu pasti mereka!" serunya girang. Seulra langsung bergegas menuju pintu utama disusul oleh Seokjin.
Pintu utama terbuka dan memperlihatkan Ayah, Ibu, kakak, serta Dongra. Seulra langsung memeluk sang ayah. "Ayah, rindu sekali." Ayah memeluk anaknya dengan penuh kasih sayang.
"Ibu, silahkan masuk. Kalian pasti lelah." sambut Seokjin.
"Menantu memang lebih pengertian dari anak sendiri." sindir sang Ibu. Namun Seulra tetap melanjutkan acara bermanja dengan sang ayah hingga melupakan presensi Dongra.
Seokjin kembali dari dapur setelah menyeduh teh hangat untuk mertua, serta kakak iparnya. "Dongra, mau minum apa?" Anak itu melongo kikuk. Lalu kemudian ia mendekati Seokjin dan merentangkan tangannya. Minta digendong. "Astaga, lucunya." Seokjin langsung mendekap anak perempuan yang berusia 4,5 tahun itu kedalam dekapannya. "Mau paman buatkan apa, hmm?" Seokjin kembali ke dapur membawa Dongra.
"Bagaimana keadaanmu, nak?" tanya Ibu.
"Baik, ibu. Tapi aku sangat cemas sekarang. Aku takut." Ibu memeluk Seulra dan mengusap perut sang anak.
"Tidak apa, sayang. Semua calon ibu pasti begitu. Bahkan dulu, ibu juga sama saat akan melahirkan Suzy. Tapi percayalah semuanya akan baik-baik saja."
"Jagoan-jagoan ayah pasti tidak akan menyulitkanmu, nak." timpal sang Ayah.
"Ayah, Ibu, Seokjin hebat juga ternyata. Mereka baru melakukannya sekali. Tapi langsung jadi dua." Semuanya tergelak akibat ucapan Suzy. Sementara Seulra sudah memerah tidak jelas.
"Kakak!" mereka semua kembali tertawa.
"Astaga. Apa Dongra merepotkanmu, nak?" Ibu melihat Dongra di gendongan Seokjin dan memeluk botol berisikan jus apel.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND [BTS SEOKJIN]
FanfikceWanna know more about this story? Let's check it out!