"Dokter macam apa yang membiarkan istrinya sakit? Tidak kompeten sekali." Seokjin melirik sang papa yang mencibirnya.
"Bukan salah Seokjin oppa, papa. Aku kurang istirahat saja." Kali ini Seulra membela Seokjin karna memang bukan ulah Seokjin dia demam. Tapi sakit yang lain, memang Seokjin yang berulah.
Sementara sang mama masih sibuk mengupas kulit jeruk dan menyuapkannya ke mulut Seulra. "Mama lihat, cara berjalanmu sangat kesakitan. Kaki mu bermasalah, nak?"
"Papa dan mama tenang saja. Seulra baik-baik saja bersamaku." ucap Seokjin santai.
"Dasar anak nakal! Baik-baik kepalamu! Dia demam, bodoh!"
"Sakit, papa!" Seokjin mengusap kedua telinganya yang dijadikan amukan papanya.
"Seokjin jangan berulah terus. Sebenarnya kau ini bisa menjadi suami atau tidak, sih? Kau punya rumah sakit. Disana ada segala dokter. Harusnya kau periksakan kaki istrimu ini. Mama khawatir dia terkilir. Tidak bertanggung jawab begini, mama dan papa malu sebagai orangtuamu."
Rasanya amarah Seokjin memuncak sampai ke ubun-ubun. Kedua orang tuanya terus memojokkannya. "Sudah aku bilang serahkan semuanya padaku, Ma. Aku ini pria bertanggung jawab. Seulra tertatih karna kami melakukan malam pertama tadi malam! Karna rasa nyeri itu dia demam."
Ketiganya terperanjat mendengar penjelasan Seokjin. "OPPA!" Duh, mau diletak di mana wajah Seulra kali ini. Wajahnya memerah akibat menahan amarah dan juga malu.
Sementara pasangan paruh baya itu malah ber oh ria. "Berarti kita akan segera punya cucu, Ma." Seulra melebarkan matanya. Sementara Mama terkekeh kegirangan.
"Mama dan Papa tenang saja. Aku akan buatkan yang lucu banyak-banyak. Mulai sekarang aku akan lebih rajin." Ucapnya antusias.
"Ini baru anakku!" seru sang papa.
.
.
.Pagi ini, Seulra ingin melupakan tentang predikat istri yang baik. Dia memilih abai pada Seokjin sejak tadi malam. Sekarang wanita berusia 19 tahun itu sedang berada di taman belakang rumahnya. Seulra sudah bisa berjalan seperti biasanya. Jadi dia mudah kabur dari suaminya itu. Ditemani secangkir coklat panas, Seulra mulai berselancar dengan ponselnya. Matanya menangkap undangan di group SNS sekolah nya. Seluruh Alumni dari sekolah diharapkan hadir dalam acara ulang tahun sekolah yang akan diadakan minggu depan.
Seulra tidak begitu tertarik dengan acara seperti itu. Toh, dia tidak terlalu suka keramaian. Mengingat semasa SMA, hanya Gyeongmi lah yang menjadi teman nya. Seulra begitu acuh terhadap sekelilingnya. Jadi Seulra mengabaikan undangan itu.
"Sayaaaang..." Seokjin datang dan merengek ke arah Seulra. Pria itu duduk di samping Seulra lalu memeluk Seulra sembari mendusel di ceruk leher Seulra.
"Geli, oppa!" pekiknya.
Seokjin mendongak menatap wajah Seulra. "Jangan diami aku terus. Aku tidak tahan." dia berkata seolah anak kecil yang berusia 5 tahun.
"Makanya jangan suka bicara sembarangan. Oppa pikir aku tidak malu pada mama dan papa, huh?"
"Kenapa harus malu? Aku harus jujur agar aku tidak dipojokkan terus. Memangnya kau tidak kasihan pada suamimu ini, Hmm?"
"Tidak."
"Sayaang."
Seulra sama sekali tidak perduli. Hingga akhirnya pikiran jahil Seokjin muncul. "Jangan seperti ini, sayang. Kau terlihat menggoda. Nanti aku jadi ingin memakanmu. Kau ingin aku berada di atasmu lagi? Iya?"
"OPPA!" Seokjin terkekeh girang. Dengan tiba-tiba Seokjin menggendong Seulra. Dan berhasil membuat wanitanya memekik lebih keras.
"Aku punya ice cream yang banyak. Kita makan berdua, mau?" kalau urusan ice cream, tidak perlu pikir panjang agar Seulra mengangguk.
![](https://img.wattpad.com/cover/209557502-288-k318786.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND [BTS SEOKJIN]
Fiksi PenggemarWanna know more about this story? Let's check it out!