Bismillahirrahmanirrahim
Selamat membaca
Jangan lupa pencet ⭐ ya onty
***
Azan subuh dari masjid terdekat sudah berkumandang, gemanya sampai ke rumah keluarga kecil yang sekarang tengah siap-siap untuk menyembah dan memasrahkan diri pada sang pencipta, melakukan kewajibanya sebagai seorang muslim di awal hari, berharap memperoleh keberkahan penuh di hari ini.
Mata bulat yang tadi tertutup itu perlahan terbuka, hal pertama yang dilihatnya kasur kosong, setelah kesadarannya kembali Kiya lansung mencari keberadaan sang Ayah yang tadi malam tidur sambil memeluknya erat.
Mendudukan diri sambil mengucek mata, Kiya menoleh ke kiri dan kanan untuk melihat sekali lagi, memastikan kalau dia tidak sendiri di kamar itu.
Mulut yang masih bau iler itu perlahan mencebik saat sadar kalau dia memang sendirian. Kiya yang sudah siap membuka mulutnya, ingin berteriak menangis untuk memanggil ibu dan Ayahnya, tidak jadi melakukannya saat mengingat ucapan ayahnya semalam.
"Adek, kan bentar lagi mau jadi Uni. Jadi ngak boleh cengeng, ngak boleh nangis kalau bangun tidur."
"Tenapa, Yah?" Kiya mendongak menatap ayahnya sambil mengerjapkan mata.
"Nanti kalau sudah jadi Uni, Adek harus kuat. Biar bisa jagain Adik bayinya."
"Oke, belalti ndak oleh nanis ya, Yah. Adek danji ndak nanis agi talau banun."
Kiya turun dari ranjang dengan hati-hati, dia melangkah mendekati pintu, untung kedua orang tuanya tidak menutup rapat pintu tersebut.
"Mbu, Yayah, ana? Adek dah angun, ni!" Teriaknya.
Suasana yang masih sepi membuat suara Kiya terdengar ke musala kecil yang ada di rumah neneknya itu.
Ayana yang sadar akan hal itu lansung berdiri dan menghampiri anaknya yang sekarang tengah berjalan ke ruang tengah.
"Adek!" Ayana berjalan menghampiri anaknya, Kiya menoleh dan mendongak menatap Ibunya sekarang tengah berjalan ke arahnya.
"Adek udah bangun, Nak." Ayana berjongkok menyamakan level matanya dengan anak gadis menggemaskannya itu.
"Cudah, Mbu. Adek banun, ndak angis lo," Pamernya.
Ayana mencium kening Anaknya. "Pintarnya anak Ibu, udah bisa ni jadi Uni."
Kiya mengangguk semangat, walaupun baru saja bangun tidur tapi semangatnya kayak sudah siap tempur.
"O oh, ta Yayah, mo jadi Uni, Adek banun ndak oleh nanis."
Ayana mengangguk pelan, dia lalu membawa anak gadisnya itu ke dalam pelukan. Saat akan menggendong, Ayana merasakan sesuatu yang aneh pada pantat anaknya, terasa ... basah.
"Adek, ngompol ya?" tanya Ayana memastikan.
Yang ditanya malah nyengir, menunjukan giginya yang kecil-kecil. "Iya, Mbu. Ta Yayah malam, law mo jadi Uni, ndk oleh ake mpes agi. Adi adek ndak ake mpes."
Ayana hanya tersenyum kecil mendengarnya, dia lalu menggandeng sang putri ke kamar kembali untuk dibersihkan. Nanti dia akan bicara dengan suaminya, setidaknya kalau ingin Kiya tidak lagi pake pampers, sebelum tidur Kiya nya di ajak kecing dulu, atau paling tidak bilangnya lengkap-lengkap tidak pake pampers bukan berarti boleh pipis di atas ranjang. Kalau begini alamak jemur kasur Ayana pagi ini. Salahnya juga sih, malam tadi tidur duluan sehingga tidak ikut nimbrung dalam pillow talk ayah dan anak itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/211621929-288-k149734.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy family
UmorCerita ini merupakan sequel cerita "cinta luar biasa" Jadi disarankan untuk membaca cerita itu dulu biar nanti tidak bingung. Azkiya Inara Afka, bayi mungil, bontot menggemaskan yang biasa di panggil Adek. Semua tingkah lucunya berhasil membuat sem...