suka-suka adek

19.9K 1.1K 147
                                        

Bismillahirrahmanirrahim

Sebelumnya aku mau minta maaf dulu🙏🙏, karna kurangnya pengetahuanku membuat ada kesalahan dalam makna kata "bontot".
Aku udah liat kamus dan cari di geogle juga kalau bontot itu artinya bungsu, sedangkan dalam ceritaku Kiya itu anak sulung dan mau punya Adek. Aku masih amatiran dan kuakui ilmu kepenulisanku masih secuil. Jadi kuharap onty kiya yang baca cerita ini memaklumi ya. Salahku juga yang cuma kepikiran bahasa kampungku aja, karna disini ditempatku "bontot" itu lebih ke lucu, gemuk, imut pokoknya menggemaskan. Jadi maapin ya Onty. Dua atau tiga part terakhir aku juga udah hilangin kata bontot itu. Terimakasih yang sudah mengoreksi.🙏
Meskipun aku ngak bisa balas satu2 tapi komentnya kubaca kok onty 🙏😊💕💗

Selamat membaca

Jangan lupa pencet ⭐ ya ontynya Adek

***

"Dadi bamana ni, ey!! Dali tadi salah telus, salah telus," dumel Kiya dengan bibir monyongnya.
Dia kesal karna sudah beberapa kali dia mencoba, Onty Shaila yang katanya paling cantik itu selalu menyalahkannya.

"Ihh, Adek ni, kan tadi udah Onty bilang, ikutin emoticon yang di atas kepala Adek ntu, kalau ndak liat wajah onty gimana ekspresinya." Shaila yang tak mau disalahkan balas mengomeli bayi menggemaskan itu.

"Yodah, ta toba agi ya nti. Dangan malah-malah ey, pat ua anti." Setelah mengatakan itu Kiya kembali menghadap ke arah ponsel Shaila yang senganja diletakan dalam posisi berdiri. Mengabaikan raut kesal sementara Shaila yang dikatakan cepat tua. Oh noooo, itu kata kedua yang dia takuti setelah gendut!!!

Tiga orang yang duduk di atas sofa hanya bisa menatapnya kelakuan Onty dan keponakan itu bergantian, dua orang menahan geli, sedangkan satu menahan kesal, siapa lagi kalau bukan Afka. Ayah bayi menggemaskan itu. Sedangkan Ayana dan Tama hanya bisa tersenyum kecil melihat kelakuan dua perempuan beda usia yang mempunyai sikap dan sifat yang sama. Sama-sama kekanak-kanakan.

"Udah dong dek, buat apaan coba joget ngak jelas gitu. Mending sini duduk sama Ayah. Ayah pangku deh," kata Afka sambil menepuk kedua pahanya bergantian.

Kiya menengok sebentar sebelum menggeleng keras-keras, dia masih merajuk mode on, setelah dimarahi.

Ayana yang melihat itu menepuk pelan punggung Afka, sedangkan Shaila malah mencibir Abangnya. Rasain emang enak dicuekin.

"Dek, ayo dong Dek. Duduk sama Yayah aja, kita pesan martabak yok, kue cubit juga."

Kali ini Kiya menatap lebih lama mungkin karna itu  berhungan dengan makanan. Tapi itu tak bertahan sebelum anak gadis Ibu Ayana itu menjawab, dan sukses membuat tawa besar Shaila keluar.

"Ayah ni, napa ey, bicala-bicala telus. Adek ni ndak auuuuu tawan Yayah."

Afka menatap tajam Shaila, tapi tak berhasil membuat tawa itu berhenti apalagi setelah mendengar kalimat si Adek selanjutnya.

"Adi malah-malah Adek, kalang Adek mo ain otok-otok ma Onty la, anyak bacala. Adek ndak tawan Yayah, ya tan Mbu, ya." Kiya meminta persetujuan ibunya yang sedari tadi diam memperhatikan tingkah putri kecilnya.

"Tik-Tok dek, tik-tok. apaan dah otok-otok," koreksi Shaila, setelah mencoba menghentikan tawanya walau tak berhasil, karna setelah mengatakan itu tawanya kembali keluar. Ya ampun lucunya keponakannya itu.

Ayana tak menjawab, dia memilih tersenyum. Kasihan juga melihat Afka yang terlihat begitu menyesal karna sudah meninggikan suaranya pada anak gadis mereka itu.

"Lain kali jangan ulangi lagi, udah tahukan gimana tingkah si Adek kalau lagi merajuk habis  Mas marahin," bisik Ayana lembut.

Afka mengangguk kecil, mengusap rambutnya.
"Iya, ngak lagi, Mbu. Kapok Aku."

Happy familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang