Adek cedih onty

16.5K 838 53
                                        

Bismillahirrahamanirrahim

Selamat membaca onty, yang belum FOLLOW akunku di follow ya

Jangan lupa pencet ⭐ ya

***

Hari ini Kiya, gadis kecil yang biasanya ceria itu terlihat lesu, matanya sembab dan ada lelehan ingus di hidung mungilnya.

Bukan karna demam atau karna berebut makanan dengan sang Ibu yang membuatnya seperti itu, melainkan karna hari ini, Ayahnya, Afka berangkat ke luar kota, bukan ... luar pulau malahan.

Ini bukan kali pertama Afka keluar kota setelah adanya Kiya, tapi ini kali pertama Afka pergi setelah Kiya paham makna ditinggal, dulu Kiya mungkin tak mengerti karna yang dia tahu hanya minum susu dan makanan.

Tadi pagi, saat Kiya bangun tidur, dia lansung memberondong Ayahnya dengan pertanyaan karna melihat Ayahnya memasukan bajunya ke dalam koper kecil yang bagi Kiya itu besar.

Ya, paling tidak koper itu lebih besar dari tasnya yang hanya muat untuk menyimpan botol susu.

"Yayah mo pigi ana?" tanya Kiya dengan mata yang masih berat, sesekali mata itu akan tertutup untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.

Setelah kedarannya terkumpul dengan perlahan dia duduk dan mendekat ke arah koper yang di letakan Ayahnya di sisi lain ranjang.

"Yayah mo pigi ana cih? Napa ajunya acuk tas besal?"

Afka menutup pintu lemari dan menyusun baju terakhir yang dia ambil di atas koper.

"Anak Ayah udah bangun, ya?"

Kiya mengangguk saja, matanya menatap sang Ayah, menunggu jawaban.

"Hari ini Ayah mau pergi dulu ya, Dek. Adek tinggil sama Ibu dulu, nanti ...."

"Tok pigi? Napa pigi, Mbu usil Yayah? Tanapa? Yayah akal?"

Afka menggeleng mendengar pertanyaan anaknya, bayangkan saja Kiya masih pakai baju tidur, pampers penuh dan jangan lupakan sudut bibirnya yang masih menapilkan bukti nyata betapa nyenyaknya anak gadisnya itu semalam tidur. Tidak ada anggun-anggunnya sama sekali.

"Bukan, Dek. Ayah hari ini mau pergi kerja, jadi Adek tinggal sama Ibu dulu ya." Afka memberi penjelasan.

Lagian tidak mungkin istri cantiknya itu berani mengusirnya, tidak dipeluk saja seharian olehnya, Ayana bisa kecarian. Ya, Ayana memang secinta itu padanya.

Percaya diri sekaleee bapak satu ini.

"Malen-malen uga pigi eja, ndak awa aju, napa kalang awa? Yayah au obok antol? Angan Yayah eyy, Anti puk Dek capa?" Mata Kiya mulai berkaca-kaca, membayangkan Ayahnya tidak pulang dan tidak menepuk pelan pantatnya seperti biasa saat akan tidur membuatnya sedih.

"Bukan, Dek. Ayah bukan bobok di kantor. Ayah mau kerja, tapi hari ini kerjanya jauh, jadi Adek puk sama Ibu dulu ya."

"Auh ana?" Ndak au! Yayah cini aja. Hiks." Isakan kecil itu mulai keluar.

Afka tak tega, dibawanya tubuh anaknya yang wangi khas bangun tidur itu ke dalam pelukan -kalau kata Ayana baunya itu Asem-asem menenangkan-, dikecupunya pelan ujung hidung dan kening Kiya.

"Jauh Dek. Tempat kampung Ibu, di Padang," kata Afka sambil membetulkan rambut Kiya yang terlihat berantakan.

"Adek kut ya Yah, igi adang ampung Mbu. Tut ya Yah?"

Afka menggeleng pelan, yang membuat tangis Kiya pecah.

Sebenarnya Afka tidak tega melihat anaknya seperti itu, tapi mau bagaimana lagi pekerjaannya menuntut dia harus pergi. Afka bisa saja mengajak Kiya dan Ayana tapi karna kondisi Ayana yang kehamilannya masih trimester pertama membuatnya tak mau ambil resiko.

Happy familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang