Adek cakit

16.4K 797 45
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Selamat membaca

Jangan lupa pencet ⭐ ya onty, jangan pelit, biar Adek aja yang pelit😁

Yang belum follow kuy lah di follow kk

***

Hari pertama dan ke dua ditinggal sang Ayah, Kiya masih terlihat biasa, walaupun sempat menangis tapi masih bisa ditangani.

Hari ke tiga dan ke empat Kiya mulai berulah, bukan berulah banyak tingkah seperti biasanya tapi lebih ke banyak diam, tidak seaktif biasanya, makannya pun mulai bersisa, terlebih jika malam menjelang saat Kiya akan menutup mata, dia akan menangis sesegukan karna merindukan tepukan kecil di pantatnya yang biasanya sang Ayah berikan.

Dan sekarang di hari ke lima, perubahan sikap Kiya yang semakin kentara membuat Ayana khawatir, terlebih semalam anaknya itu mengigau memanggil sang Ayah, saking rindunya.

"Adek," panggil Ayana pelan.

Kiya yang tadi menunduk memainkan tangan bonekanya dengan gerakan lambat mendongakan kepalanya, ditatapnya wajah sang Ibu yang sekarang tengah duduk tepat di depannya.

"Adek ngapain, Nak? Kok duduk di sini sendirian? Onty Shaila mana?" Ayana menyandarkan salah satu sisi kepalanya ke punggung sofa dan menatap lembut ke arah anaknya yang sekarang tengah bersandar di lengan sofa, kaki Kiya selonjoran di atas sofa dengan posisi agak mengangkang, boneka kesayanganya berada di tengah-tengah.

"Ain neka, Mbu ey," jawab Kiya dengan nada tak semangat.

Ayana yang melihat itu hanya bisa menghela nafasnya, jika harus memilih dia lebih suka melihat anaknya yang lincah, manja, walalupun sedikit membuatnya kelelahan tak apa, yang penting anaknya tak seperti ini, kurang gairah dam semangat.

Kiya mengangkat bonekanya lalu menggendongnya layaknya bayi, seperti yang sering ayahnya lakukan jika mereka berdua sedang bermanja-manja.

"Mbu," panggil Kiya dengan suara serak, beberapa hari ini Kiya terserang Flu dan batuk membuat suaranya agak hilang dan ingus mulai keluar.

"Ya, Dek."

Ayana membawa tubuh Kiya agar berada dalam pangkuannya, selama suaminya tak di rumah Ayana sering memangku Kiya bahkan terkadang juga menggendongnya.

"Udah inggu lum Mbu?" tanya Kiya dengan nada sendu.

Ayana menggeleng pelan, sambil mengelap cairan ingus Kiya yang keluar.

"Kenapa? Adek rindu Ayah lagi ya?"

Tanpa suara Kiya mengangguk. "Linduuuu angat, Mbu. Yayah tok lama, ya. Ta nya, inggu ndak ama." Kiya menyandarkan salah satu pipinya pada dada Ayana, menikmati detak jantung sang Ibu yang seirama dengannya.

"Bentar lagi ya, Dek. Dua hari lagi kok. Adek sabar ya," kata Ayana sambil mengusap pelan punggung anaknya.

Kiya mengangguk pelan.

"Onty Shaila mana, Dek?" Ayana mengalihkan pandangannya, mencari keberadaan adik ipar yang tadi dia titipi menjaga Kiya.

"Tamal andi, Mbu. Nty kit pelut."

Kiya meletakan tangannya mungilnya di atas perut sang Ibu yang mulai terasa keras.

"Adik ayi, gi pa? Uni Dek, lindu Yayah, Adik ayi uga ndak?" Kiya mengikuti gerakan tangan Ibu nya membentuk pola lingkaran.

"Adik lagi bobok, Uni. Adik rindu Ayah juga," kata Ayana sambil tersenyum kecil lalu mengecup hidung mungil Kiya, "Ibu juga Rindu Ayah, Dek" tambahnya.

Happy familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang