Sejak kejadian di LA waktu itu Krystal jadi takut deket-deket sama lelaki dewasa. Apa yang dilakuin Om Kai malam ini bener-bener membekas pada Krystal. Hingga berminggu-minggu setelah itu Krystal jadi murung dan lebih tertutup kepada orang asing terutama lelaki sampe saat ini.
Krystal gak ngerti apa yang Om Kai lakuin waktu itu tapi kini seiring waktu dia paham meski tidak benar-bener tahu mengapa dia merasa ingin pipis saat pussynya digesek-gesek oleh selakangan Om Kai. Dan saat dia ke kamar mandi setelah Om Kai mengantarkannya ke kamar, Krystal mengganti celana dalamnya yang basah tapi bukan basah seperti dugaannya. Celannya gak basah karena dia pipis tapi basahnya tuh berlendir.
Waktu dia tanya-tanya sama Sulli yang udah berpengalaman itu namanya orgasme. Sulli jelasi apa panjang lebar yang malah bikin Krystal jijik sendiri dengernya.
"Ihh jijik ahh," Krystal menggelengkan kepalanya.
"Apalagi kalau pussy lo dijilat-ji. . ."
"Udah Sulli stop gue gak mau denger," Krystal menutup telingannya memotong ucapan Sulli membuat temannya itu tertawa kencang.
"Lo kenapa nanya ginian?" Tanya Sulli heran. Gak biasanya Krystal yang polos ini bahas masalah mesum gini.
"Ga papa."
"Masa gak ada apa-apa lo tiba-tiba tanya ginian," tanya Sulli curiga.
"Gue bilang gak papa, Sull." Jawab Krystal ngegas karena malu dan takut.
"Kalo gak mau cerita gak usah sewot dong." Krystal hanya menunduk dengan muka yang memerah padam.
Soal kejadian waktu itu dia belum pernah cerita pada siapa pun termasuk kepada Sulli atau siapa pun itu. Krystal takut, dia juga sangat malu jika mengingatnya.
::::::::::
Hari ini jadwal kuliah Krystal hanya sampai siang. Jadwal perkuliahan mahasiswa baru seperti Krystal itu ada yang dari pagi sampe magrib tapi ada satu hari dimana jadwalnya longgar seperti hari ini. Krystal biasanya bawa mobil sendiri jika ke kampus tapi tadi pagi Sulli menjemputnya karena sahabatnya itu ingin mengajaknya ke Plaza Indonesia sepulang kuliah.
"Mau beli apa sih lo?" Tanya Krystal saat mereka menyusuri lorong menuju ke parkiran kampus.
"Mau ganti leather ini terus liat-liat jam baru," Sulli menunjuk jam Piagetnya.
"Eh siapa tuh?" Saat melewati lobby Sulli berseru heboh karena ada sosok yang gak biasa ada di area kampus.
Seorang lelaki tegap yang mengenakan kemeja licin dengan celana panjang dan kacamata hitam berjalan ke arah Sulli dan Krystal.
Penampilannya sangat mencolok dan menjadi perhatian mahasiswa yang ada di sana karena sudah pasti itu bukan dosen apalagi mahasiswa di sini.
Ngapain juga pakek kacamaca item di dalam area kampus di kira lagi di pantai.
Sosoknya jadi tidak asing waktu lelaki itu berjalan semakin dekat ke mereka. Membuat dahi Krystal menyerngit heran.
"Kok jalan ke sini sih, Tall?" Bisik Sulli, melihat pria berkacamata itu tidak di jalur samping kiri lorong tapi tepat di jalur dia dan Krystal berjalan.
Krystal juga tidak tahu tapi dia juga merasa kalau lelaki tinggi dengan bahu lebar itu berjalan tepat ke arah mereka.
Tunggu, tunggu dulu rasanya Krystal kenal. Tinggi, tegak, bahu lebar, kaki panjang, dan dada serta lengan yang terlihat berotot dibalik kemejanya itu kayak ....
Langkah Krystal langsung terhenti bahkan sebelum otaknya selesai dengan analisisnya karena kakinya mendadak lumpuh. Gak mungkin.
Tapi saat lelaki itu semakin dekat, mata Krystal semakin pun yakin jika itu....