3 🌺

4.4K 377 3
                                    

Kring kring kring, ponsel Lisa berbunyi. "Ne Jendeuki".

"LISAYAAAA, kenapa kau baru angkat telponnya sekarang, huhh?" Jennie terdengar kesal. Wajar saja sekitar sepuluh kali dia telpon tapi baru yang ke sebelas ini Lisa menjawab telpon nya.

"Pabbo, aku lagi interview tadi." Lisa menjawab dengan santai.

"w-whe? Kenapa kau interview? Kau kerja? Kenapa kau kerja huh?" Jennie memberondong Lisa dengan pertayaan.

"Nanti aku cerita ya Jen. Sekarang, kenapa kau telpon hemm?"

"Aku ada di Seoul bodoh. Cepat kau datang ke apartemen ku." Terdengar bunyi bip, Jennie menutup telponnya.

Jennie memang dari keluarga berada. Orang tuanya memiliki sebuah pabrik pengolahan limbah di Daegu. Sementara Jennie sejak masih di bangku sekolah menengah pertama sudah menjajaki karir sebagai model. Hingga akhirnya bisa membeli sebuah apartemen di pusat kota Seoul. Walaupun sedikit dibantu orang tuanya tentunya.

Setelah mendapatkan petunjuk ke arah apartemen Jennie, Lisa langsung tancap gas kesana.

"Lisayaa, I miss you..." Jennie memeluk Lisa dengan sangat erat.

"Kita baru bertemu dua bulan lalu lho' di hari pernikahan ku. But I miss you too Jendeuki." Lisa membalas pelukan Jennie. "Apa kau akan menetap di Seoul?"

"Tentu saja Lis, aku akan melebarkan sayap ku di dunia modeling. Sekarang cepat kau ceritakan bagaiman kehidupan mu sekarang."

Lisa mulai menceritakan semuanya kepada Jennie, tentang kehidupan barunya, tentang Sehun, dan tentang anak tirinya Yuna yang terang-terangan tidak menyukainya.

"Tapi Sehun memperlakukan aku dengan baik. Dia memberikan ku kebebasan untuk melakukan apa pun yang aku mau Jen." suasana sementara hening, Lisa dan Jennie disibukkan dengan pemikiran masing-masing.

"Tenang Lis, sekarang aku disini. Kamu gak akan kesepian lagi. Kita akan sering hangout bersama okey?" Jennie mengelus-elus pundak Lisa.

"Thank you so much for always support me." Lisa sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Jennie.

***

"Lihat istri muda appa, senangnya keluyuran saja." Lisa mendapati kata-kata sinis selangkah setelah memasuki ruang keluarga Oh. Ya memang, karena keasyikan mengobrol dengan Jennie tadi Lisa sampai tidak ingat waktu. Tapi untungnya Lisa tadi sempat mengabari Sehun melalui pesan singkat. Walaupun tak seperti suami istri pada umumnya, Lisa merasa harus tetap menghormati Sehun sebagai suaminya.

 Walaupun tak seperti suami istri pada umumnya, Lisa merasa harus tetap menghormati Sehun sebagai suaminya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lisa sama sekali tak menghiraukan perkataan Yuna. Ia sudah mulai terbiasa dengan kalimat-kalimat sinis yang dilontarkan Yuna. I am Lisa, i am oke. Batin nya.

"Bagaimana interview mu Lis?" Tanya Sehun. Yuna dan sehun sepertinya memang sedang bersantai di ruang keluarga.

"Lancar oppa, aku bekerja di perusahaan Dongjin. Aku langsung ke atas ya oppa." dijawab singkat oleh Sehun dengan 'ne'.

Sehun memang kurang perhatian, terkadang Lisa merasa kalau dia hanya dijadikan istri untuk sebuah kata 'status' saja oleh Sehun. Tapi untungnya Sehun masih memperlakukannya dengan baik. Setelah dua bulan menikah, belum ada konflik diantara mereka. Satu-satunya penghalang terbesar adalah, Lisa belum 'disentuh'.

Seperti menjadi rutinitas, Lisa bangun jam enam pagi kemudian menemani Sehun sarapan pagi. Tentunya setelah Lisa mandi dan berpakaian rapi. Nyonya Lee akan menyiapkan panekuk atau roti bakar dengan segelas susu untuk Sarapan.

"Bagaiman kuliah mu Yuna? apa tidak ingin mendengar kau bermasalah dengan teman mu lagi ya." Tanya Sebelum menyeruput sebelah susu yang telah disiapkan nyonya Lee.

"Tentu saja tidak appa. Lagi pula aku sudah tidak berhubungan Dengan Eunwo." Jawab Yuna dengan setengah kesal.

"Bagus lah. Jangan sampai kau ribut lagi dengan teman mu hanya karena memperebutkan seorang pria."

"Appa aku punya kekasih baru lho. Dia adalah kakak tingkat ku. Dia baru saja lulus dan sekarang sudah bekerja." Yuna bercerita dengan santai tentang kekasih nya. Nampak nya ia sangat dekat dengan Sehun.

Itulah percakapan di meja makan pagi ini. Lisa hanya mendengarkan karena tidak ada topik yang ingin ia bicarakan. Ia hanya menjawab singkat saat Sehun bertanya hari pertamanya kerja kemarin.

"Oppa aku langsung berangkat kerja ya." Kata Lisa sambil bersiap dengan tas nya. Dijawab singkat 'hemm' oleh Sehun.

"Tunggu Lisa, tolong sekalian antarkan aku ke kampus." Yuna pun ikut bersiap.

Yuna memang memanggil Lisa dengan hanya mengebut nama nya. Tentu saja ia sangat enggan untuk memanggilnya dengan sebutan omma. Cihh siapa juga yang ingin dipanggil omma. Batin Lisa.

Kampus Yuna memang searah dengan kantor Lisa. Jadi Lisa tidak keberatan untuk mengantar Yuna, walaupun sebenarnya ia malas mendengar ocehannya. Seperti yang terjadi hari ini di dalam mobil. Yuna terus mengoceh dengan mengatakan sebenarnya dia malas diantar oleh Lisa jika bukan karena nanti sore mau jalan dengan kekasih baru nya. Dia juga terus berkomentar bagaimana penampilan Lisa sangat tidak standar, menurut Yuna seharusnya Lisa berpenampilan seperti layaknya seperti seorang istri sosialita. "Aku heran mengapa ayah menikahimu. Kau sama sekali tidak bersikap seperti seorang istri." itulah kalimat terakhir yang diucapkan Yuna sebelum akhirnya memasuki area fakultas dimana ia menimba ilmu.

Hell yah, mana mungkin aku berpenampilan seperti ibu-ibu. Batin Lisa.

Hari ini adalah hari kelima Lisa bekerja di perusahaan Dongjin. Lisa bekerja sebagai marketing staff disini. Yah lumayan lah bagi seorang fresh graduate.

"Lisa perkenalkan ini adalah rekan kerja kita." Jungyeom yang juga rekan satu team Lisa, memperkenal kan Lisa kepada seorang rekan yang baru saja kembali dari perjalanan bisnis nya di Jepang. Kata Yungyeom, dia juga seorang fresh graduate dan baru bekerja sama dua bulan.

Lisa mengulurkan tangan nya untuk bersalaman. "Kim Lalisa, panggil saja Lisa."

Pria tersebut menyambut jabatan tangan Lisa. "Jeon Jungkook"


============

Yeah akhirnya, pertemuan pertama Lisa dengan Jungkook.

Note :
Cerita ini hanya fiktif, karangan autor. Jika ada karakter yang jahat (antagonis) atau menyebalkan, semata-mata hanya untuk peran ya. Jadi bukan karakter mereka yang sesungguhnya di mata autor. Yah layaknya drama, ada peran protagonis dan juga ada peran antagonis.

She Will Be Loved [Republish] - Lizkook ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang