"Tadaima........" Naruto membuka pintu rumahnya dengan suara cemprengnya yang menggema di seluruh ruangan rumahnya.
"Okeri..... Naru-chan" sambutan wanita paruh baya dari arah dapur. Ia menghampiri putra kesayanganya sambil membawa pengaduk sup.
"Aku sudah besar kasan. Jadi tolong jangan sebut namaku dengan seperti itu". Gerutu Naruto
"Nee bagi Kasan kamu masih kecil sayang" mengelus surai rambut Naruto." Cepatlah ke atas. Disana sudah ada teman kamu yang menunggumu". Lanjutnya.
"Siapa Kasan?".
"Nanti juga kamu tahu siapa!" Khusina mengatakannya dan berbalik menuju dapur namun sebelum sampai ke dapur ia berteriak " nanti ajak teman kamu makan malam ya !".
Dengan rasa penasarannya Naruto bergegas lari menaiki lantai dua menuju kamarnya. Ia membuka pintu dan terkejut melihat siapa yang duduk dikursi tempat favoritnya membaca komik. Kursi tersebut menghadap langsung arah pintu keluar kamar, namun juga bisa menghadap ke jendela besar dan menampakan pemandangan sore yang indah dengan perubahan warna langit yang mulai jingga. Pemuda yang duduk dengan santai sambil melipat kakinya kedepan dan melihat pemandangan luar jendela dengan ekspresi yang sulit di artikan.
Naruto mulai berjalan mendekat, namun pemuda itu tidak menyadarinya. Ia berfikir mungkin pemuda ini masih larut dalam pemandangan yang ia lihat ataukah ia larut dengan apa yang ada difikirannya. Naruto meletakan tasnya di tempat biasa meletakanya. Dan mulai melepas sepatu, namun pemuda yang ada di kamarnya masih tidak bergeming. Meski Naruto mulai bersuara dari gesekan sepatu yang ia letakan di tempat sepatu. 'Pasti terjadi sesuatu' pikirnya. Naruto mulai mengganti pakaianya satu persatu dan akhirnya duduk di kursi depan pemuda itu. Naruto mulai memperhatikannya dan berfikir 'mau sampai kapan dia melamun' sampai akhirnya Naruto benar - benar bersuara dan menyadarkan pemuda yang ada di depannya.
"Ehem! Uhuk! Ehek! Ohok! Ehok! Ohuk!" Ia bersuara sambil mengepalkan tanganya, dan mengarahkan tanganya ke mulutnya, seolah suara yang ia buat adalah batuk. Dan itu membuat pemuda yang di depannya sadar dan melirik ke Naruto dengan tatapan tajam.
"Ehehehehe...." Naruto menggaruk pipinya yang tidak gatal. " aku ganggu ya...... Gaara". Lanjutnya.
"Tidak!" Jawabnya dengan nada ketus. Ia mulai kesal dengan pengganggu yang menghilangkan semua yang ada di kepalanya.
"Kenapa baru datang sekarang? Kamu bahkan tidak mengabariku. Dan yang lebih parah handpone kamu tidak bisa di hubungi sama sekali". Naruto menyerang Gaara dengan pertanyaan " aku bahkan melihatmu di dekat sekolahku. Oh ya aku baru ingat ketemu kamu sama perempuan kan? Siapa dia Gaara? Dan apa kamu punya hubungan spesial dengan dia?".
Gaara melirik Naruto. Mengambil teh hijau kemudian menyesapnya.
"Nanti juga kamu tahu""Lalu..." lanjut Naruto.
"Aku terlalu sibuk jadi aku tidak sempat menemuimu kalau soal susah di hubungi handponeku sepertinya rusak." Sambil membolak balikan handponenya yang retak. "Ini tidak nyala sejak jatuh dari mobil".kilahnya
"Kamu kecelakaan?" Tanya naruto
"Tidak. Hanya handponeku yang jatuh." 'Mungkin gara - gara aku menyetir mobil dengan kecepatan penuh kerumah hime dan membelokan mobilku dengan cepat hingga handponenya jatuh' pikir Gaara namun ia tidak mengatakannya pada Naruto.
"Syukurlah kamu tidak apa - apa. Aku senang kamu disini Gaara. Bagaimana kalau kita ke club?" Naruto menanyakannya. Setelah apa yang terjadi padanya hari ini dan melihat keadaan Gaara yang lebih banyak diam membuatnya berfikir ke club bukanlah ide buruk untuk melupakan sejenak masalah yang ia hadapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CDH
Teen Fictionaku menyayangimu sedari dulu tanpa kamu ketahui. menyayangimu jauh sebelum kamu kenal dia , dia , dan dia. bolehkah aku berharap? setidaknya aku bisa merasakan senyumanmu dari dekat...... Mulai Publikasi : 10 Januari 2020 Selesei Publikasi : 25 Apr...