"Dia pasti tidak berangkat sekolah hari ini". Ucapan shikamaru membuat sasuke tersadar dari pandangannya setia menatap tempat yang biasa hinata duduki. Ia pun menoleh kesamping memandang sang sahabat.
"Apa itu?" Tanya sasuke. Ia melihat shikamaru memegang sebuah map coklat di tangan kanannya.
"Hadiah untuk si kuning" jawab asal shika. Ia pun beranjak dan berjalan ke depan kelas. Dan berbicara dengan sang guru kemudian pergi meninggalkan kelas.
'Apa maksudnya naruto?' Fikir sasuke. 'Aku juga harus memberinya pelajaran' lanjutnya.
.
.
.
.
.
.
.
Dua sosok remaja duduk dengan saling membelakangi. Sang gadis terlihat sesekali menggigit kukunya sementara sang pria menggerakan lututnya dengan cepat. Mereka tenggelam dengan kecemasan masing masing hingga suara pintu di buka membuatnya refleks berlari menuju pintu."Bagaimana keadaanya dok?" Sergah sang pria.
"Apa dia baik baik aja dok?" Lanjut sang gadis.
"Dia pasti kuat. Dia baik baik saja kan dok?" Lanjut sang pria.
Sosok dokter paru baya dengan rambut yang sedikit memutih menghela nafas panjang. "Saya harus bicara dengan keluarganya" ucapnya.
"Saya keluarganya dok!" Sergah naruto. Ia yakin keluarga gaara tidak memperdulikannya hingga ia putuskan untuk menjadi keluarganya.
Sang dokter meneliti pakaian pemuda yang masih menggunakan seragam sekolah. Ia juga melirik gadis yang ada disampingnya yang menggunakan pakain yang sama dengan sang pemuda. "Keluarganya harus tahu keadaannya yang sebenarnya".
"Saya keluarganya dok!" Kekeuh naruto.
"Kamu pikir saya tidak tahu anggota keluarga sabaku?" Ia pun menepuk pundak naruto "saya tahu siapa anda...... kalau begitu saya permisi" ucapnya meninggalkan naruto dan hinata.
Namun dengan sigap hinata memberanikan diri menahan sang dokter. "Saya mohon..... tolong beritahu keadaan gaara, dok" ucap hinata sambil mengatupkan tangannya dan menyatukannya pada wajahnya, memohon pada sang dokter.
Sang dokter melihat keadaan sang gadis membuatnya tak tega. Ia pun memberitahukan yang sebenarnya tentang kondisi gaara. "Ia mengalami benturan yang sangat keras pada bagian belakang kepalanya dan menyebabkan kerusakan di beberapa syarafnya. Salah satu sel syarafnya yang rusak ialah syaraf menuju kornea mata. Dengan kata lain ia akan mengalami kebutaan secara permanen." Sang dokter memberi jeda dalam penjelasannya. Ia terenyuh bagaimana gadis muda di depannya bereaksi.
Mendengarnya membuat Hinata seperti tak tahu caranya bernafas. Ia mencengkeram dadanya begitu kuat. Menahan tangisnya yang akan pecah. Sementara naruto tak jauh beda dengan hinata. Ia mencengkeram kuat bajunya.
"Ada satu lagi syaraf yang rusak dan itu syaraf menuju alat gerak kakinya yang berarti ia akan lumpuh secara permanen".
Penjelasan terakhir dari sang dokter membuat hinata dan naruto terduduk di lantai secara kompak. Hinata menutup wajahnya dibalik roknya dan menangis hingga tak bersuara. Sementara naruto mulai meneteskan air matanya namun tak bersuara.
"Kamu harus memberitahukan ini pada kaluarganya". Ucap sang dokter sambil menepuk pelan pundak naruto.
.
.
.
.
.
.
.
.Sosok pria paru baya tengah sibuk dengan layar besar yang ada di depannya. Sesekali ia mengerutkan keningnya dan mengetikan sesuatu. Hingga suara pintu menghentikan kegiatannya. Ia melirik sebentar pada sang pengetuk yang memberinya sebuah map coklat. Ia juga mendengar kalimat yang ducapkan sang sekertaris tentang pengantar map. Mendengar bagaimana pentingnya dokumen yang ada di dalamnya.
Ia pun membuka map. Hal yang pertama yang ia lihat adalah sebuah kartu keluarga lengkap dengan data anggotanya. Ia pun mengernyit bingung dengan tanda lingkaran pada sebuah nama ' Apa maksudnya ini, shukaku nara' fikirnya. Matanya beralih pada potret keluarga utuh 'aku baru tahu shukaku mempunyai anak perempuan' fikirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
CDH
Ficção Adolescenteaku menyayangimu sedari dulu tanpa kamu ketahui. menyayangimu jauh sebelum kamu kenal dia , dia , dan dia. bolehkah aku berharap? setidaknya aku bisa merasakan senyumanmu dari dekat...... Mulai Publikasi : 10 Januari 2020 Selesei Publikasi : 25 Apr...