Misi penyelamatan

534 32 5
                                    

"Apa yang membuatmu datang kemari, Hiashi". Ucap pria paruh baya dengan rambut warna merah. Tangannya masih asyik dengan lembaran kertas diatasnya. Bahkan matanya fokus pada pekerjaannya.

"Dimana putramu!" Ucap Hiashi tanpa basa basi. Ia bahkan masih berdiri jauh di depan meja sahabatnya.

Sang sahabat hanya menyeringai." Kau menanyakan hal yang sudah tahu jawabannya!".

Hiashi hanya menghela nafas dengan kasar. Menghadapinya sama saja dengan menghadapi istrinya yang sedang menstruasi, begitu menjengkelkan. "Aku tahu jauh dari sikap acuhmu sebenarnya kau sangat peduli dengan anak itu!". Ucapnya pelan. Ia pun berjalan mendekat. Menduduki dirinya di kursi di depan sang sahabat. "Kau bahkan menyewa seseorang dengan bayaran tinggi hanya untuk mengawasinya. Kau tahu...... aku sudah mengetahui semuanya, Sabaku Rai!".

Rai terdiam. Menghentikan goresan penanya. Menatap tajam sang sahabat. "Apa mau mu!"

"Dimana putramu!"

"Apa yang kamu inginkan dari putraku, Hiashi!".

"Tidak ada!"

"Lalu kenapa kau mencarinya!"

"Aku berfikir putriku bersamanya". Ucapnya pelan dengan mata yang sendu. Sementara sang sahabat yang mulai terpancing emosinya kembali melunak melihat wajah dengan guratan kecemasan yang sangat kentara di wajah Hiashi.

"Dia tidak bersama putraku." Ucapnya pelan dan Hiashi menatap wajahnya. "Gaara dibawa Temari ke Australia. Dan berobat disana. Aku bisa pastikan putrimu tidak bersamanya!" Lanjutnya.

Hiashi menghela nafasnya pelan. Wajahnya semakin lesu. Beberapa saat lalu ia memerintahkan orang kepercayaanya untuk mencari Hinata namun hasilnya tetap nihil. Ia sungguh mencemaskan putrinya terlebih mental putrinya sedang terganggu akibat ulah anak dari sahabatnya.

"Lagipula kenapa kamu bersusah payah melarang hubungan anak kita!" Ucap Rai sambil menopang dagu.

"Bukan urusanmu!"

Rai pun menghela nafas. "Baiklah. Sebagai perwakilan dari putraku saya benar benar minta maaf dengan anda Mr Hiashi." Ucapnya sembari membungkuk. Ia pun berjalan mendekati sang sahabat "Aku akan membantumu mencari putrimu!" Ucapnya sambil menepuk pundak Hiashi.

"Terimakasih....." ucap pelan Hiashi. Ia melihat sang sahabat yang tengah berbicara dengan seseorang di seberang telepon. Dan meneliti setiap ekspresi sang sahabat. 'Semoga semakin banyak yang mencari semakin cepat menemukannya'. Fikirnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Shika, aku sudah memanipulasi sistem listriknya. Kau tunggu intruksiku selanjutnya". Ucap Sai di handphonenya. Sementara tangannya tengah sibuk mengetik mencoba memasuki kembali sistem CCTV yang ada di kamar Sasuke.

Ia pun mendapatkannya dan menampilkan Sasuke yang keluar kamar dan berjalan menuju belakang villa tempat konduktor listrik.

"Sekarang Shika!". Perintahnya.

Shikamaru pun mulai memanjat dinding villa dengan bantuan tali yang ia kaitkan dengan pagar lantai dua. Hingga ia berhasil memasuki lantai dua. Dan berjalan pelan memasuki kamar sasuke. Melihat dengan langsung keadaan Hinata membuatnya terdiam sejenak. 'Dia bener bener psikopat!' Fikirnya.

Ia perlahan mendekat. Membuka tali yang mengikat tangan Hinata. Namun Hinata meronta yang langsung di bekap Shikamaru.

"Sstttt tenanglah..... aku akan menyelamatkanmu". Ucapnya.

Hinata diam. Ia merasakan aroma yang berbeda tangan yang mendekapnya dengan Sasuke. Ia tidak bisa melihat dengan jelas wajah sosok yang melepaskan ikatannya. Namun hatinya sedikit merasa tenang ketika sang pemuda menyelimuti tubuhnya dengan kain seprei.

CDH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang