Part 5

182 24 1
                                    

Ku temukan engkau tanpa sengaja. Ku kenal engkau dengan waktu singkat. Namun, ku berharap waktu kita bersama tidak sesingkat ketika kita kenalan. Dan ku berharap juga semoga engkau sahabat yang mampu menerima kekurangan dan kelebihanku.

---

Kringggggg....

Bel istirahat berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas menuju kantin hanya untuk mengisi perutnya yang sudah meminta diisi sejak tadi.

Di kelas X IPA 1

"Laura kan?" Tanya seseorang yang duduk di depan Laura.

"Iya." Jawabnya dengan senyuman. Mengangguk. Orang itu cuman mengangguk.

"Eh, kenalin. Nama gue Rhamdini Alfahira. Panggil aja Dini." Ucapnya memperkenalkan diri dengan menyodorkan tangan agar segera bersalaman dengan Laura.

"Laura." Jawabnya dengan senyuman.

"Oo iya Laura, Dini ini sahabat gue. Cuman dia sahabat yang gue punya di sekolah ini." Jeda sebentar, "Dulu gue sahabatan tiga orang, tapi yang satu meninggal gara-gara sakit asma. Jadi yah, gitu deh. Tinggal gue sama Dini deh." Lanjutnya dengan senyuman meski dipaksa. Terlihat dari manik matanya yang berkaca-kaca. Seakan dia mengingat sahabatnya yang telah dulu pergi menghadap sang kuasa pemilik semesta alam.

Laura mengangguk. Mengangkat tangannya kemudian mengelus bahu Nafizah memberi ketenangan. Walaupun Nafizah tidak menangis, tapi Laura tahu perasaan Nafizah sekarang bertolak belakang dengan senyumannya.

"Hm." Deheman seseorang membuat ketiga gadis menoleh ke sumber suara.

Menoleh, dilihatnya lelaki yang selama ini jadi incaran para siswi. Lelaki yang di bangga-banggakan karena prestasinya. Oleh karena itu, para kaum hawa semakin banyak yang berusaha mendapatkan hati si sulung Gifran Al Hamid.

Tapi, seperti yang diketahui Aldi selalu menjaga jarak. Bahkan senyuman pun jarang ia tampakkan. Berbanding terbalik dengan si bungsu.

"Eh, Kakak? Kenapa Kak?" Tanya Laura kepada Aldi.

"Bekal? Kamu lupa bawa bekal kamu kan?" Tanya Aldi. Karena seingatnya tadi Laura habis sarapan langsung keluar tanpa mengambil bekal yang sudah ada di meja ruang keluarga.

"Ha? Wait, aku cek dulu." Segera Laura mengotak atik tasnya. Mencari bekal yang sudah diisi oleh sang Bunda.

Benar. Bekalnya tidak ada. Itu artinya Aldi benar. Dia tidak bawa bekal. Tidak! Bukan dia tidak bawa. Tapi dia lupa bawa.

Melihat adiknya yang kebingungan. Aldi berdehem. Laura melihat Kakaknya dengan tatapan sendu. Bagaikan anak kecil yang meminta permen.

Aldi mengangkat alisnya satu seolah dia bertanya ada atau tidak yang hanya di balas dengan gelengan saja oleh Laura.

"Yaudah, ini." Menyerahkan sebuah kotak nasi berwarna biru milik Aldi. Dia juga tidak tega melihat adiknya kelaparan meskipun perutnya juga minta diisi.

"Ini kan punya Kakak. Kalau aku ambil ini, Kakak makan apa?" Kata Laura seraya memegang kotak nasi itu.

"Kakak bisa makan di kantin dek. Kamu aja yang makan itu." Balasnya dengan senyuman membuat Dini dan Nafizah terkejut bukan main. Seorang Muhammad Aldi Rezkiawan tersenyum? Hal yang luar biasa bagi mereka. Sungguh keajaiban dunia yang kedelapan.

Diam. Laura hanya diam menatap nanar kotak nasi itu. Kenapa dia bisa selupa ini? Kenapa dia bisa-bisanya melupakan kotak nasi miliknya. Karena Laura kakaknya harus makan makanan di kantin.

"Jangan lupa dihabisin yah. Kakak duluan." Pamitnya dengan memberi elusan di kepala sang adik yang tertutup khimar panjang itu.

Cup.

Dikecupnya sekilas kepala sang adik yang tertutup khimar itu sebelum berlalu pergi.

Laura tersenyum. Ini salah satu sifat Aldi yang dia sukai. Tetap peduli dengan sang adik meskipun dia harus merelakan apa yang dia punya.

"Ra, itu tadi Kak Aldi kan? Gue gak salah lihat kan? Dia Kakak kamu kan? Cucu pemilik MHS kan? Iya kan?" Pertanyaan Dini berhasil membuat kerutan di dahi Laura.

Laura tersenyum kemudian mengangguk. "Iya, dia Kak Aldi."

"Benar-benar keajaiban dunia." Timpal Nafizah dengan gelengan kepala. Sungguh mereka tidak percaya bahwa Aldi sehangat itu kepada Laura.

"Kalian bawa bekal?" Tanya Laura memecah keheningan. Dini mengangguk. Nafizah pun mengangguk. Itu artinya mereka berdua juga membawa bekal.

Makan bersama.

Tidak ada yang membuka suara sejak suapan pertama berhasil masuk kedalam mulut mereka.

---

"Eh kalian tau gak, ternyata yang sama Aldi tadi pagi itu adiknya loh." Ucap salah satu perempuan yang jilbabnya di ikat kebelakang leher.

"Yang bener lo Fina? Itu artinya dia cucu pemilik MHS juga dong?" Tanya perempuan yang menyebut nama Fina itu.

"Ya iyalah." Jawabnya yang di yakini namanya adalah Fina.

Tidak sengaja Aldi mendengar dua perempuan yang didekat mejanya bercerita tentang dirinya dan Laura.

Tapi dia tidak ambil pusing. Dia diam saja. Toh selagi dia tidak menceritakan yang tidak-tidak.

Sehabis makan di kantin, Aldi dan ketiga bodyguardnya itu berjalan menuju kelas mereka yang terletak dilantai tiga.

Yah, seperti yang ada difikiran kalian, Mandiri High School ini terdapat tiga lantai. Lantai pertama kelas X dengan ruangan OSIS, UKS, Ruangan Guru, Kantin, Gudang, Dll. Lantai dua kelas XI dan perpustakaan. Dan Lantai tiga kelas XII dan ruangan segala macam laboratorium.

Biasanya jika dari kantin, Aldi tidak melewati depan kelas Laura. Tetapi sekarang dia sengaja lewat depan kelas sang adik cuman sekedar melihat apa yang di lakukan sang adik.

Tiba di kelas, Aldi langsung duduk ditempatnya. Seperti biasa, dia membaca buku atau membuka ponselnya. Hal yang di lakukan ketika bermain ponsel yaitu membuka WA, mengecek IG, ataupun membaca Wattpad.

Karena Aldi hobby membaca, maka dari itu dia lebih suka membaca di Wattpad ketimbang membeli novel.

Terbalik dengan Laura. Laura lebih suka baca novel karena dia fikir lebih lengkap. Tapi disaat bepergian, dia lebih memilih baca wattpad, karena katanya membawa novel jalan-jalan itu hanya membuat kita repot saja.

878 words. Nice to meet u, see u in the next chapter.-

Assalamualaikum HumairahKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang