Part 31

167 14 1
                                    

Ketika semua lelaki berlomba-lomba menyusun sebuah kalimat agar menjadi indah untuk di nyatakan di hadapan orang yang di sukainya, maka aku hanya mampu menyusun rangka kata demi kata untuk ku ucapkan di sepertiga malamku, ku minta kau dengan doaku yang ku panjatkan di hadapan Sang Pencipta. Hal itu lebih dari cukup bagiku, hanya mampu mencintai dalam diam tanpa mengucapkan dengan rangkai kata demi kata dengan membawa setangkai bunga mawar.


---

"Put, ayolah.. lapar gue," keluh Dista seraya mengusap-usap perutnya.

"Yaudah sana lo aja sendiri, gue mau tidur.. ngantuk," Putri kembali merebahkan kepalanya di lipatan tangannya.

"Tuti lo Put."

Putri mengangkat wajahnya, menatap Dista bingung, "tuti apaan?" tanya Putri bingung.

"Tukang tidur. Puas lo?!" jawab Dista kemudian berjalan ke arah pintu kelas.

Putri mengangguk-angguk saja, toh emang ada benarnya kalau dia tukang tidur.

"Woyy!" teriak Dista dari arah Pintu kelas.

Putri semakin di buat kesal. Bagaimana tidak? Dia yang awalnya matanya sudah mau terpejam, malah kembali terbuka lebar karena teriakan Dista yang bagi dia itu kayak toa.

"Sana lo ah, berisik tau gak!"

"Bodo ah, mau gak lo?"

"Gue bilang nggak ya nggak. Gimana sih lo," jawab Putri semakin di buat kesal.

"Nitip gak?"

"Gak."

"Emang lo gak laper apa?"

"Gak."

Dista diam sebentar, "kalau lo laper trus gue udah ke kantin duluan gimana?"

"Gue makan hati."

"Emang bisa?" tanya Dista mulai polos.

"Di bisain aja," jawab Putri semakin lemas. Dirinya sudah di terjang rasa kantuk.

"Ma-"

"Dahlah. Pergi aja sana makan tuh semua isi kantin. Gue gak laper. Gue gak mau makan. Kalaupun gue laper gue masih punya organ tubuh yang bisa gue makan. Salah satunya hati. Kalaupun itu semua gak cukup, gue bisa makan nih semua tas yang ada di kelas ini. Meja, kursi, bahkan papan tulis pun bakal gue makan. Puas lo hah?!" jelas Putri ngawur dengan ledakan emosinya yang sudah ada di ubun-ubun.

"Ta-"

"Dahlah, lo pergi sana, gue mau tidur. Makan sepuasnya," potong Putri lagi dan lagi.

Dista menghembuskan napasnya sedikit kasar, sudah biasa dengan Putri yang bertingkah seperti itu.

Dista berjalan keluar kelas meninggalkan Putri sendirian di kelas yang sedang ingin bertemu dengan mimpinya.

Dista berjalan seorang diri dengan mulutnya yang masih saja berkomat-kamit karena tingkah sahabatnya yang tidak pernah berubah.

"Bisa-bisanya gue punya sahabat kek dia."

"Tukang tidur banget."

"Kelihatan banget gue jomblonya."

"Mana dia ngomongnya suka ngawur lagi."

"Tapi pinter sih, cantik juga."

"Tapi jelek, eh gimana sih."

Assalamualaikum HumairahKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang