Part 27

151 13 0
                                    

"Meminta dan mendengar nasihat itu mudah, tetapi untuk mengikuti dan menjalani nasihat itu bukanlah hal yang mudah. Orang-orang sholeh nan sholeha yang di penuhi cahaya, mereka sangat menghargai nasihat-nasihat yang datang kepada mereka."


-Habib Kadzim Jaafar Asseggaf-

---

Di sebuah rumah yang begitu besar. Halaman luas ditumbuhi beberapa tanaman yang tertata rapi, kelihatannya tanaman itu sering dirawat.

Rumah dengan cat berwarna kuning-hijau itu sedang berkumpul dua keluarga. Acara makan siang sudah berlangsung, kini mereka berbincang ria di ruang keluarga.

Suara tawa menggema di ruangan itu. Dua wanita sukses yang sudah nampak berumur namun wajahnya masih terlihat mudah itu sedang bersanda gurau.

Sedangkan, dua pria yang tak kalah sukses dari istri-istri mereka itu juga nampak sedang berbicara entah hal apa. Sekali-kali nampak tawa terlihat dari mereka berdua.

Sedangkan anak-anak mereka sedang sibuk berceloteh tentang sekolah mereka. Laura yang tak tahu arah pembicaraan dua lelaki di depannya hanya menyimak saja. Jika di tanya baru menjawab.

"Kamu bisa aja Rani," ujar Tiara menepuk bahu Rani. Rani yang mendapat tepukan di bahunya hanya terkekeh.

"Tapi bener deh.. mereka cocok gitu," jawabnya seraya melirik kearah Fahmi, Laura, dan Aldi.

Tiara tersenyum, "iya sih, tapi gak tau mereka. Tapi beneran cocok kok."

Rani mengangguk menyetujui. Kemudian ia menatap Tiara penuh arti, Tiara yang di tatap seperti itu malah tertawa.

"Kok malah ketawa sih Mbak,"

"Muka kamu lucu atuh, hahaha.." Tiara menepuk-nepuk pahanya sembari tertawa terbahak-bahak.

Rani menatap sahabatnya ini dengan tatapan bingung. Ia tersenyum seraya menggelengkan kepalanya.

Gifran dan Zafran menatap Tiara bingung. Mereka berhenti bercerita karena mendengar tawa Tiara yang begitu keras.

Begitu pula dengan Fahmi, Laura, dan Aldi yang kini menatap Tiara dengan tatapan heran.

Gifran dan Zafran berdiri, berjalan kearah istri mereka.

Gifran duduk di samping Tiara, menepuk pundak Tiara pelan, namun hal itu tidak meredakan tawa Tiara.

"Bun," panggil Gifran.

Tiara berusaha meredakan tawanya. Akhirnya tawanya berhenti walaupun sekali-kali ada tawa kecil yang muncul.

Laura berdiri diikuti Fahmi dan Aldi. Laura duduk di depan Tiara, Bundanya. Laura mengusap punggung tangan Tiara, "bunda kenapa?"

"Hn, gapapa sayang.. hehe," ucapnya yang sekali-kali tawa kecil masih terlihat di wajahnya.

Laura bingung, ia menatap Rani. Rani mengusap kepala Laura, "gapapa Laura," Laura mengangguk. Ia tersenyum tulus kearah Rani.

Rani membalas senyuman Laura.

Tringg..

Tringg..

Bunyi handpone terdengar di indera pendengaran mereka yang ada di sana. Laura merogo kantong gamisnya. Handponenya bergetar.

Seseorang menelfonnya. Nama seseorang terpampang jelas di sana. Laura mengernyitkan dahinya bingung.

Assalamualaikum HumairahKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang