Part 20

129 18 2
                                    

Kau boleh bodoh tentang Pelajaran Matematika, kau boleh bodoh tentang Pelajaran Ips, kau boleh bodoh tentang Pelajaran yang lainnya. Tapi, satu hal yang tidak pantas kau bodohi, yaitu tentang agamamu. Kau tidak boleh boleh bodoh tentang agamamu.


---

"Maksud lo?" tanya Raffa sekali lagi.

Fahmi tersenyum. Raffa dan Rizqi saling melempar pandangan. Mereka berdua bingung. Maklum, otaknya lagi tersumbat.

Fahmi menggeleng cepat. Apa yang ia lakukan? Apa yang ia katakan? Kenapa bayang-bayang Laura yang mengisi fikirannya.

Kenapa wajah gadis itu yang memenuhi fikirannya? Senyuman itu? Suara itu? Selalu saja terngiang-ngiang difikirannya.

Astaghfirullah. Istighfar Fahmi membatin.

"Fam? Lo gak papa kan?" tanya Rizqi memegang jidat Fahmi.

"Ha? Nggak," jawab Fahmi.

"Lo beneran suka sama Laura, kan?" tanya Raffa. Ia menatap Fahmi tepat dimatanya.

Fahmi yang ditatap seperti itu terlihat salah tingkah. Ia memalingkan wajahnya. Menatap papan tulis yang berada didepan kelas.

Raffa mendengus. Ia menatap Rizqi. Mereka saling tatap. Bertanya dalam tatapan.

"Gu-gue.." Fahmi bersuara. Sontak membuat Raffa dan Rizqi mengalihkan pandangannya.

Raffa dan Rizqi menatap Fahmi dengan sabar.

"Gue.." ucapnya lagi-lagi menggantung. Kini ia menatap kosong sepatunya. Yang dalam artian ia menundukkan pandangannya.

"Apa Fahmi?" tanya Raffa dan Rizqi cepat secara bersamaan.

"Gue gak tau," jawabnya. Ia mengangkat dagunya. Menatap langit-langit kelas. Kepalanya ia sandarkan ketembok.

Yap, ia duduk di dekat tembok, tepat di bawah jendela.

Raffa dan Rizqi mendengus. Raffa memukul-mukul pipinya. Berusaha menyadarkan dirinya dari mimpi yang buruk ini, menurutnya.

Sedangkan Rizqi? Ia menatap Fahmi kosong. Ia tidak bisa berkata-kata lagi. Dengan sabar ia menunggu lanjutan ucapan Fahmi, namun hanya tiga kata yang ia lontarkan.

"Fam," panggil Raffa. Suaranya begitu terdengar serius.

Kini Rizqi mengalihkan pandangannya. Awalnya menatap Fahmi, kini ia menatap Raffa.

"Hm," jawab Fahmi.

"Lo kalau suka sama Laura jujur aja kali, Aldi juga pasti udah tau semua ini jauh sebelum lo bilang yang tadi ke gue dan Rizqi, gue juga tau perasaan lo, kita kenal bukan cuman satu atau dua tahun yang lalu Fam, kita kenal itu dari kelas tujuh. Tatapan lo ke Laura itu beda dengan tatapan lo ke cewek-cewek lain. Banyak kok cewek cantik disini dengan akhlaq yang baik juga, tapi.." Raffa menarik napasnya dalam. Ia menjeda kalimatnya.

"Tapi, tatapan lo ke Laura itu seakan-akan lo benar-benar nyimpan harapan gitu ke dia. Gue gak tau Aldi dengar ini semua atau tidak, tapi gue yakin seratus persen kalau Aldi tau lo nyimpan harapan itu ke Adiknya. Gue juga tau lo gak bakal ngajak wanita pacaran sebelum ijab qobul terucap, sebelum wanita yang kau cintai itu kau halalkan, gue tau lo mau pacaran sama istri lo habis nikah aja-"

"Masih kelas 12 aja lo udah bahas istri-istri Raf," potong Rizqi. Raffa mendengus, ia menjitak kepala Rizqi. Rizqi hanya cengengesan mendapat jitakan dari Raffa.

"Lo gak bisa bohongin kita Fam," lanjut Raffa menepuk pundak Fahmi. Rizqi mengangguk. Mengiyakan ucapan Raffa.

Fahmi menatap Raffa dengan bangga. Ia menganggukkan kepalanya paham.

Assalamualaikum HumairahKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang