Part 23

126 17 1
                                    

Langit itu ada dimana-mana, luas tak terhingga, tinggi tak tergapai, tapi.. dia selalu berada disisi Laura, mengerti keadaan Laura, mengerti perasaan Laura juga.


---

Langit kini murung, ia menampakkan kesedihannya. Airnya perlahan ia tumpahkan. Rintik demi rintik membasahi bumi ini.

Langit seakan-akan mengerti perasaan Laura sekarang. Hujan begitu lebat mengguyur bumi ini.

Keluh kesah sang langit ia tumpahkan dengan mudahnya. Air yang tak bisa ia bendung tertumpah begitu saja membasahi bumi.

Tak ada suara halilintar. Hanya hujan lebat yang terdengar deras.

Laura duduk di kursi balkon kamarnya. Dengan jilbab segitiga maroon yang menutupi helaian rambutnya.

Menatap langit yang kini bersedih adalah hal yang dilakukan Laura sekarang.

Laura memeluk dirinya sendiri memberi kehangatan. Ia merindukan dua sosok yang selalu berada disampingnya. Tapi, itu dulu. Bukan sekarang!

"Aku suka langit," gumam Laura masih tetap menatap langit.

"Dia mengerti perasaan Laura," lanjutnya lagi.

"Dia juga mengerti keadaan Laura,"

"Dia selalu cerah kalau Laura juga bahagia, senang.."

"Tapi, dia sedih kalau Laura juga bersedih,"

"Langit selalu menemani Laura di luar sana,"

"Langit hanya berganti siang dan malam, tapi sifatnya masih tetap sama.."

"Masih selalu berada diatas, di belakang, di depan, dan disamping Laura,"

"Langit itu ada dimana-mana, luas tak terhingga, tinggi tak tergapai, tapi.. dia selalu berada disisi Laura, mengerti keadaan Laura, mengerti perasaan Laura juga,"

"Langit tidak pernah egois, dia rata sama semua orang, tapi tidak semua keadaan manusia sama dengan keadaan langit,"

"Langit menjadi hitam jika malam, tapi sifatnya tidak sehitam asap yang membuat orang kepanasan,"

"Tapi, langit menjadi hitam bagaikan Kakbah, membuat suasana semakin indah, di hiasi dengan kerlap kerlip bintang diatas sana, tak lupa dengan sebuah bulan yang selalu menemani langit di malam hari,"

Laura menghembuskan napasnya perlahan. Ia menggosok-gosokkan telapak tangannya memberi kehangatan.

Ia tidak ingin masuk ke kamarnya, kemudian menutup balkon kamarnya. Tidak! Ia akan menemani langit teman baiknya.

"Langit itu teman aku selamanya, selamanya.." gumam Laura tersenyum.

"Langit teman baikku," ucap Laura menatap langit. Ia memberi senyuman tulus kepada langit si teman baiknya itu.

"Laura," panggil seseorang yang kini berdiri di pintu balkon.

Laura menoleh kesamping, seorang lelaki berkemeja biru tersenyum kearahnya.

Assalamualaikum HumairahKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang