Part 11

152 25 7
                                    

“Saat aku memilih untuk bertahan dan membuat hati memar walaupun tetap sabar yang dinanti tak pernah sadar”

---

"Laura!!" teriak seorang lelaki.

Laura mengernyitkan dahinya melihat sosok laki-laki yang asing baginya.

Tidak nampak jelas dimata Laura karena jarak mereka jauh.

Siapa dia? Batin Laura.

Dilihatnya sosok lelaki yang memanggilnya beberapa detik tadi berjalan menuju kearahnya. Dengan tangan di masukkan kedalam saku celana.

Yap, terlihat keren.

"Hai, lo Laura kan?" tanyanya ketika sudah sampai di hadapan Laura.

Dengan dahi mengernyit, Laura pun mengangguk.

Ini kan cowok yang tadi aku tabrak. Batin Laura.

"Heyy, kenapa malah ngelamun?" lelaki tersebut melambaikan tangannya di hadapan wajah Laura karena melihat Laura diam saja.

"Ha? Ng-nggak papa, hm," sergah Laura.

"Ooiya, kenalin gue Devino Putra," menjulurkan tangannya kehadapan Laura namun hanya di balas senyuman saja.

Merasa di abaikan, Vino pun langsung menarik tangannya kembali. Dirinya malu.

Merasa canggung, Vino pun mencari topik untuk di bicarakan.

"Eh, lo pulangnya sama siapa?" tanya Vino membuka percakapan diantara keduanya.

"Ah? Kakak aku."

"Mana?" tanya-nya lagi.

"Gak tau," jawabnya mengedikkan bahu.

Vino hanya mengangguk, ia tak tahu apa yang harus ia katakan lagi.

---

Aldi, Fahmi, Rizqi, dan Raffa berjalan bersisian di koridor. Sepi. Yap, suasana itu yang cocok buat keadaan koridor sekarang.

Tadi sebelum pulang, Aldi sibuk di ruangan Ayahnya. Berhubung ada siswa baru, maka dari itu ia sibuk mengurus itu semua.

Sesampainya di penghujung koridor, dilihatnya seorang gadis dengan khimar panjang itu sedang berbincang bersama seorang lelaki yang entah siapa.

"Laura? Dia Laura kan?" tanya Fahmi dengan wajah kebingungan.

Ketiga temannya hanya mengangguk termasuk Aldi dengan wajah yang masih kebingungan menatap sang adik.

Ngapain Laura sama cowok? Batin Fahmi.

Rasanya jantungnya itu berdegup tidak seperti biasanya.

Rasa apa ini Ya Allah? Batin Fahmi bertanya.

Entah. Apakah ini rasa cemburu? Tapi apa yang pantas di cemburukan? Bukankah dia hanya lelaki yang bukan siapa-siapanya Laura?

Assalamualaikum HumairahKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang