Part 26

130 15 4
                                    

"Barang siapa yang memandang dirinya baik, maka dia adalah orang yang buruk, dan sebaliknya.. barang siapa yang memandang dirinya buruk, dia adalah orang yang baik."


-Sayyidina Ali bin Abi Thalib-

---

Suara adzan subuh berkumandang membuat seorang gadis yang sedang tertidur pulas bergeliat. Gadis itu merasa badannya remuk, matanya berat seakan ingin terus tertutup, kepalanya pening, badannya hangat.

Namun, ia tetap berusaha untuk bangun, secara ia ingin melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim. Sungguh, mulai hari ini ia akan menjalani kewajibannya sebagai umat muslim sebagaimana mestinya.

Gadis itu duduk dengan kepalanya yang ia sandarkan di kepala ranjang. Ia memegang dahinya yang terasa demam, keringat mengalir dari keningnya padahal AC di kamarnya menyala.

Dengan mengucapkan basmalah, gadis itu berjalan gontai menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Sudah berapa lama dia meninggalkan kewajibannya ini?

Sudah berapa kali adzan ia acuhkan?

Sudah berapa kali Allah memanggilnya untuk shalat namun ia abaikan?

Sudah berapa kali?

Sungguh jika teringat, mungkin dalam setahun ia shalat bisa dihitung pakai jari sahaja.

Allahu Akbar, sungguh hal ini sangat memalukan, hal ini sangat tidak patut di contoh. Allah begitu baik kepada kita. Lantas kenapa kita tidak membalas kebaikan itu semua?

Allah selalu memberikan apa yang kita mau, apa yang kita inginkan, apa yang kita harapkan. Akan tetapi, kita dengan mudahnya melupakan kebaikan itu semua? Melupakan akan semua yang ada di bumi, semua yang ada di tangan kita, di sekitar kita kelak akan kembali kepadanya, Sang Maha Kuasa.

Kini jarum jam menunjukkan pukul 05.00 WIB. Sudah 15 menit gadis itu beraktifitas di dalam kamar mandi. Sudah 15 menit pula ia merenungkan perbuatannya selama ini.

Menangis dengan deraian air mata. Tangannya bergetar untuk mengambil air wudhu. Air wudhu membasahi wajahnya, namun air mata dengan tak berdosanya membasahi wajahnya juga.

Gadis itu sesegukan dengan sekali-kali membasuh cairan yang keluar dari hidungnya karena menangis terlalu lama.

Dengan mengucapkan basmalah, ia melangkahkan kaki kanannya keluar kamar mandi. Ia berjalan kearah lemari, mengambil mukenah yang sudah lama tak terhingga ia tidak menyentuhnya.

Mukenah berwarna ungu itu masih bersih, jika diingat ia memakainya waktu lebaran Idul Adha tahun lalu.

Sungguh hal memalukan!

Mukenah itu ia ambil lalu memakainya. Berdiri diatas hamparan sajadah menghadap kiblat. Ingin mengucapkan niat shalat subuh, tapi ia lupa.

Dengan tarikan napas, air matanya kembali keluar. Gadis itu menangis sesegukan dengan menenggelamkan wajahnya di lututnya yang sudah bertumpu itu.

Gadis dengan penuh dosa. Gadis dengan perilaku yang tak sopan walau sering terlihat ceria. Gadis yang tak kenal dengan kata menyerah. Gadis pantang menyerah. Gadis yang selalu berusaha bersungguh-sungguh demi mendapatkan apa yang ia inginkan. Gadis yang begitu cerdas dengan prestasi yang ia miliki. Gadis yang memiliki masa lalu yang begitu kelam. Gadis yang dulunya nan sholeha, gadis yang dulunya paham agama, gadis yang dulunya baik sama semua orang dan kini sekarang ia kembali menghadap sang khalik dalam hamparan sajadah, deraian air mata membawanya melaksanakan kewajibannya.

Assalamualaikum HumairahKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang