BAB DUA

230 47 47
                                    

"Permisi, boleh tahu akun IG nya nggak?" tanya salah satu laki yang tepat disebelah Alin. Airin memutar mata malas.

Mereka ke pinggir dan berhenti. Alin agak bingung dia harus merespon bagaimana karena ini terlalu mendadak. Tapi karena ini hanya IG saja, jadi dia mengiyakan. "Boleh, kok."

Sebelum Alin menyebutkan username nya, lelaki itu sudah menjulurkan instagramnya. Alin segera mengetik dan memberinya kembali.

Kini giliran lelaki di sebelahnya yang berbicara. "Hai, namaku Alvi."

Gak nanya, cibir Airin dalam hati. Jujur saja, dia tahu Alin risih, makanya dia ikutan risih. Cuma aja Alin selalu menyembunyikan dengan senyuman manis.

"Namaku Grey," susul lelaki yang tadi meminta akun Instagram.

"Oh, aku Alin." Gadis itu tersenyum simpul. Please, aku nggak nanya nama kalian.

Garis bawahi ini. Seharusnya teman disebelahnya juga harus diajak kenalan secara otomatis, kan? Tapi ini malah menunggu aba-aba Alin untuk menyuruh mereka berkenalan dengan Airin.

Bahkan muka mereka juga ragu saat melihat Airin. Halah, paling namaku juga nggak bakal diinget. "Airin."

Sebenarnya Alin sendiri malas kalau waktu jalan-jalannya diganggu orang tidak dikenal. Tapi gimana lagi, dia harus merespon baik, kan?

"Kalian habis belanja, ya? Mau kita bawain belanjaannya? Sekalian kita bisa ngobrol sambil jalan."

Enak aja! SKSD nya ketahuan banget woi! Batin siapa lagi yang mengomel seperti itu kalau bukan Airin.

Sedangkan Alin membatin, Ya Tuhan, beri aku kekuatan untuk kabur dari mereka.

Alin menatap Airin dan tersenyum cengir. Airin tahu itu adalah tanda lampu ijo untuk mengusir dua orang asing itu.

Tentu saja Airin merespon baik. "Kayaknya nggak usah, deh. Tas belanja kita nggak banyak juga. Toh kita langsung pulang. Iya kan, Lin?"

Alin mengangguk. "Bener. Ya sudah, kita pergi dulu, ya."

"Eh, gapapa kok kita bantuin—"

"Dah." Mereka berdua kompak jalan cepat menjauh sebelum keadaan semakin sulit untuk kabur.

Saat mereka sudah turun beberapa lantai, barulah mereka berhenti dan kembali bicara. "Mau pulang beneran nih? Daripada ketemu mereka lagi, terus ditanya 'kok nggak pulang?'"

Alin setuju dengan ucapan tersebut. "Iya, kita pulang aja."

Padahal niat mereka mau wira-wiri sekitaran mal, eh sekarang malah takut alibinya ketahuan oleh orang tidak dikenal. Ya sudahlah, toh mereka masih jalan lagi kapan-kapan.

"Kok cepet?" tanya papanya kepada Alin. Biasanya minimal anaknya akan menghabiskan waktu 4 jam di mal, tapi sekarang baru 2 jam sudah minta dijemput.

"Habis kabur dari orang asing, pa."

Anji langsung waspada mendengar ucapan anaknya. "Loh, kamu habis diapa-apain sama orang asing?"

"Nggak, bukan gitu.." sanggah Alin. "Terus?"

Alin mulai bercerita semua kronologinya selama perjalanan hingga sampai rumah.

Alin mulai bercerita semua kronologinya selama perjalanan hingga sampai rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perfect Spotlight (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang