PAHIT
Flashback On
Seorang anak kecil duduk bersembunyi di pojok kamar yang gelap. Angin berhembus kencang dari balik jendela yang terbuka, tirai-tirai berterbangan, kilatan petir sambar-menyambar di tengah hujan deras malam itu.
BRAKKK!!!
Suara pintu yang dibanting begitu keras membuat jantungnya berdetak kencang karena ketakutan. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.
"Pokoknya aku nggak mau tahu!!! Semua orang di rumah ini tidak boleh tahu kalau Ridwan bukan anak yang aku lahirkan!!! Romo dan Ibu tidak boleh tahu, atau aku akan dicoret dari daftar anggota keluarga Barata!!!."
Suara teriakan Ariana begitu nyaring dan bergema di dalam kamar itu.
"Lalu kamu mau aku berbuat apa??? Mbak Ai sudah tahu yang sebenarnya!!! Dia hanya tinggal mengatakannya saja pada Romo dan Ibu, maka nasib kita sudah berakhir!!!," balas Indra, tak kalah nyaring.
"Kalau begitu, kita lah yang harus menyingkirkannya lebih dulu!!! Kita harus membunuh Mbak Ai!!!," saran Ariana, yang sudah gelap mata.
Dan malam itu, adalah malam di mana terjadinya tragedi yang justru tak disangka-sangka oleh siapapun, bahkan termasuk Ariana. Ridwan - anak kecil yang sejak tadi bersembunyi di dalam kegelapan sudut kamar - mengintip melalui jendela dan melihat bagaimana mobil yang hendak di bawa oleh Indra - Ayahnya - meledak secara tiba-tiba.
Di dalam mobil itu, bukan hanya Indra seorang saja yang ada di sana, melainkan Eyang Suri dan Bibi Ai-nya juga berada dalam mobil.
"INI SEMUA KARENA MBAK AI!!! MBAK AI MEMBUNUH IBU DAN SUAMIKU!!!," tuduh Ariana, yang berusaha menutupi semua kesalahannya.
Romo Kakung marah besar, ia meluapkan duka citanya karena Eyang Suri meninggal dunia malam itu. Bibi Ai tak mendapat pengobatan, dia dibiarkan mengalami kelumpuhan akibat ledakan yang terjadi. Paman Adam di siksa habis-habisan oleh Romo Kakung karena dianggap tak mampu menjadi Suami yang baik untuk Bibi Ai. Rindu dikurung tanpa makanan dan minuman.
Semuanya terjadi karena fitnah keji yang terlontar dari mulut Ibunya.
Flashback Off
AARRRGGGHHHH!!!
Nafas Ridwan terengah-engah akibat mimpi buruk yang ia alami. Lagi-lagi, mimpi itu kembali. Mimpi yang berasal dari kenyataan di masa lalu, yang selalu ditutupi oleh Ibunya.
Pintu kamarnya terbuka tiba-tiba, sehingga ia agak terlonjak sesaat karena terkejut. Sosok Rinjani berdiri di ambang pintu, gadis itu mendekat dan menyerahkan segelas air putih untuknya. Ridwan menerimanya dengan tangan gemetar.
"Kalau mau tidur berdo'a dulu, agar selalu diberi perlindungan oleh Allah dan tak mendapat mimpi buruk," saran Rinjani.
"Ya..., saya akan berdo'a, terima kasih," balas Ridwan.
"Afwan...," Rinjani pun kembali menutup pintu kamar itu.
Ridwan tak berani kembali menutup matanya meskipun ia sudah berdo'a seperti yang Rinjani sarankan. Mimpi itu terus berputar-putar di ingatannya dan membuatnya semakin merasa bersalah pada Bibi Ai. Ia selalu merasa bahwa tak seharusnya ia berdiam diri, seharusnya ia mengatakan sesuatu agar semua hal buruk itu tak terjadi.
Tapi apalah dayanya saat itu? Ia hanyalah seorang anak kecil berusia sembilan tahun dan tidak tahu akan pergi kemana jika akhirnya diusir oleh Romo Kakung, apabila ketahuan bahwa dirinya bukanlah bagian dari Keluarga Barata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ai
Spiritual[COMPLETED] Allah akan menjagamu, sejauh apapun dirimu dari keramaian. Allah akan melindungimu, meskipun dirimu berada di tengah marabahaya. Allah akan menjagamu, kau hanya perlu yakin akan Kebesaran-Nya. Insya Allah, kau tetap akan berada dalam Rah...