EPISODE 10

3.4K 228 5
                                    

KEPINGAN

Aisyah kembali menatap lembayung senja melalui jendela di kamar itu. Rinjani sedang membaca Al-Qur'an di sampingnya. Pikirannya menerawang setelah Ridwan membuat pengakuan tadi pagi kepadanya.

Ia ingat betul hari itu, hari di mana ia mungkin tak seharusnya mengusik kehidupan Ariana. Tapi hati nuraninya lah yang tak mampu bertahan, sehingga memaksanya untuk membuka kebohongan pada Ibunya.

Flashback On

Aisyah sedang membereskan peralatan di dapur bersama Bi Inah sore itu, Hanifa dan Heru berada di ruang tengah sambil menonton acara televisi. Suara deru mesin mobil terdengar di halaman rumah, entah siapa yang sudah pulang sebelum Maghrib tiba.

Suara-suara teriakan mulai terdengar dari teras, berarti bukan Adam yang pulang lebih awal dari kantor.

"Bi Inah..., saya minta tolong awasi Rindu ya. Saya mau mandi dulu sebelum Mas Adam pulang," pinta Aisyah.

"Baik Mbak Ai, saya akan awasi Rindu," jawab Bi Inah.

"Terima kasih Bibi... ."

Aisyah pun naik ke lantai dua menuju kamarnya. Ia segera mandi dan mengganti pakaiannya. Usai mandi, ia keluar kembali dari kamar menuju ke arah balkon belakang, tempat menjemur pakaian.

"Pokoknya aku nggak mau tahu, aku nggak mau punya anak dari kamu!!! Aku nggak sudi kalau kamu menyentuhku!!!," bentak Ariana.

Aisyah pun segera bersandar di dinding balkon karena kaget mendengar suara teriakan Adiknya itu.

"Kamu gila hah??? Ini sudah sepuluh tahun Aria..., dan kita menjadi pasangan hanya di atas kertas!!! Aku mau jadi Bapak Aria..., aku mau punya anak sendiri, bukan terus-menerus mengurusi anak yang tidak jelas asal-usulnya itu!!!," bentak Indra.

"Cukup Indra!!! Jangan macam-macam kamu..., atau aku akan membunuhmu!!!," Ariana mengayunkan sebuah gunting yang diraihnya dari kotak peralatan milik Karto.

Aisyah pun meraih tangan Adiknya dengan sigap sebelum Indra terluka.

"Cukup Aria! Istighfar Dek!," pinta Aisyah.

Ariana menatap Aisyah ketakutan. Rahasianya terbongkar, wajah Indra pun ikut memucat di tempatnya berdiri.

"Apa-apaan ini? Bagaimana kalian berdua bisa melakukan ini terhadap Romo dan Ibu? Kenapa kalian harus membohongi kami semua? Kenapa kalian tega?," Aisyah meninggalkan mereka berdua sambil menangis menuju ke lantai bawah.

Hanifa menghentikan langkah Wanita itu dengan wajah sejuta pertanyaan.

"Kamu kenapa Ai? Ada apa sehingga kamu menangis seperti ini?," tanya Hanifa.

"Bu..., aku nggak bisa kasih tahu Ibu dan Romo..., maaf," jawab Aisyah seraya menangis.

"Ai..., apa kamu tega membohongi Ibu dan menyimpan rahasia dari Ibu?," bujuk Hanifa.

"Aku nggak bisa Bu...," jawab Aisyah.

"Ayolah Nak..., katakan pada Ibu...," Hanifa memohon.

Adam pulang dari kantornya dan langsung mengambil Rindu ke dalam gendongannya. Aisyah hendak menghindar dan menjauhi Ibunya, namun Ibunya malah memohon sehingga Aisyah tak mampu lagi berbohong.

"Aria dan Indra bertengkar di atas Bu... ."

"Lalu?."

"Indra bilang bahwa dia ingin punya anak sendiri, bukan terus mengurus Ridwan yang bukan anaknya," jawab Aisyah.

Hanifa mencoba mengatur nafasnya yang mulai tak beraturan.

"Apa maksudmu Ai?," Hanifa ketakutan.

"Aria yang bilang pada Indra Bu, bahwa dia tak ingin disentuh. Selama ini mereka hanya menikah di atas kertas Bu, mereka membohongi kita semua."

Hanifa tak mampu mengatakan apapun, ia begitu shock mendengar apa yang Aisyah katakan. Indra dan Ariana turun dari lantai dua dengan langkah terburu-buru, Hanifa menatap mereka berdua dengan marah.

"Indra! Ikut saya! Kita harus bicara di luar rumah ini! Dan kamu Aria..., tutup saja mulutmu dan jangan sampai Romo tahu!," perintah Hanifa, dengan suara pelan.

Ariana menganggukan kepalanya, Indra pun keluar dari rumah menuju ke mobilnya. Hanifa dan Aisyah mengikuti langkah Pria itu. Saat mesin mobil itu hendak dinyalakan oleh Indra, tiba-tiba saja...,

DUUAAARRRR!!!

Sebuah ledakan hebat terdengar sampai ke dalam rumah.

"AAARRGGHHH!!! ROMO!!! TOLONG ROMO!!! MOBIL MAS INDRA MELEDAK!!!," teriak Ariana, panik.

Rindu di ambil oleh Bi Inah ke dalam pelukannya, anak itu kaget sekali saat mendengar ledakan. Heru, Adam, dan Karto berlari secepat mungkin keluar rumah dan mendekat ke arah mobil itu. Namun terlambat..., Indra dan Hanifa sudah meninggal dunia di tempat, hanya Aisyah saja yang bisa diselamatkan dengan kondisinya yang kritis.

"INI SEMUA KARENA MBAK AI!!! MBAK AI MEMBUNUH IBU DAN SUAMIKU!!!," Ariana pun memfitnahnya.

"APA MAKSUDMU ARIA???," tanya Heru, di tengah kepanikannya.

"Mbak Ai ingin mengajak Ibu membuktikan sesuatu, dan akhirnya Ibu meminta Mas Indra untuk mengantar. Padahal sebelumnya Ibu sudah menolak, tapi Mbak Ai memaksa..., Romo...," jelas Ariana, berbohong.

Heru marah besar, Aisyah dibiarkan begitu saja tanpa di bawa ke rumah sakit. Adam di seret menuju gudang dan dicambuk habis-habisan.

"DASAR LAKI-LAKI TOLOL!!! DI MANA KAMU SAAT ISTERIMU SEDANG TAK BISA DIKENDALIKAN??? KURANG AJAR!!!."

"Ampun Romo..., Ai tidak bersalah Romo..., ampun...," rintih Adam.

"OMONG KOSONG!!! SUDAH JELAS ISTERIMU BERSALAH!!! KAMU MASIH SAJA MEMBELANYA!!!."

"Ampun Romo..., tolong ampuni Ai Romo..., bawa Ai ke Rumah Sakit Romo...," Adam terus mengemis di kaki Heru sambil terus menerima cambukan di tubuhnya.

Aisyah hanya bisa meratap mendengar rintihan Suaminya yang terkena imbas dari kebohongan Ariana. Meskipun begitu, Adam tetap membelanya dan hanya berpikir tentangnya. Ia ingin meraih Rindu ke dalam pelukannya, namun Heru telah lebih dulu menariknya dan mengurungnya di kamar.

"SIAPAPUN DI RUMAH INI JANGAN MEMBERINYA MAKAN DAN MINUM!!! ANAK ITU HARUS TAHU KALAU KEDUA ORANG TUANYA SUDAH MELAKUKAN KESALAHAN FATAL!!!," teriak Heru.

Pria itu pun menatap Aisyah yang hanya bisa terbaring di atas tempat tidur.

"DAN KAMU!!! MULAI SEKARANG KAMU TIDAK AKAN PERNAH AKU BIARKAN BAHAGIA BERSAMA SUAMIMU ITU!!! KAMU HANYA AKAN MENERIMA PENDERITAAN TANPA KEMATIAN DI DALAM RUMAH INI!!! SELAMANYA!!!."

Bi Inah hanya bisa menangis di dapur melihat kondisi Aisyah dan Adam yang begitu sekarat. Ia bahkan tak bisa menyelamatkan Rindu dari kemarahan Romo Kakungnya sendiri. Ariana hanya berpura-pura menangis kehilangan di samping jasad Indra bersama dengan Ridwan yang terus dipeluknya.

Heru mendekat pada jasad Hanifa dan memeluk jasad itu untuk ia ratapi. Ariana terus memainkan peran.

Flashback Off

* * *

AiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang