AWAL YANG BARU
Rinjani menyimpan sepedanya pada tempat biasa, ia segera masuk ke dalam rumah setelah memarkirkannya dengan baik.
"Assalamu'alaikum Bu...," ujar Rinjani, riang.
"Wa'alaikum salam sayang..., Ibu di dapur Nak," jawab Aisyah yang masih mengaduk Kari Ayam dalam panci.
Rinjani berlari dan langsung memeluk Ibunya dari belakang dengan erat. Aisyah tertawa melihat semangat Puterinya yang tak pernah pudar.
"Ada apa sehingga Puteri Ibu yang cantik ini terlihat bahagia sekali?," tanya Aisyah.
"Hari ini aku punya kabar gembira untuk Ibu...," jawab Rinjani.
"Apa itu?."
Rinjani menatap Aisyah dengan penuh rasa sayang yang luar biasa.
"Bu..., hari ini..., aku sudah berhasil menyelesaikan hafalan Al-Qur'an tiga puluh juz," jelasnya.
"Alhamdulillah..., Masya Allah..., Puteri Ibu memang sangat luar biasa. Akhirnya kamu bisa memenuhi nazarmu Nak..., Ibu bahagia sekali mendengarnya," ungkap Aisyah dengan mata berkaca-kaca.
Ia memeluk Puterinya dengan penuh kasih sayang. Rinjani pun membalas pelukan itu seakan tak ingin lagi melepaskan Aisyah dari dalam hidupnya.
Adam pulang dari kantornya lebih cepat setelah Aisyah memberi kabar melalui telepon tentang Rinjani. Pria itu pun memeluk erat-erat Puteri kesayangannya dengan bangga.
"Alhamdulillah Puteri Bapak sudah menyelesaikan nazarnya, Bapak bangga sekali dengan perjuanganmu yang bersungguh-sungguh dalam menghafalkan Al-Qur'an. Insya Allah, apa yang kamu dapatkan hari ini akan menjadi bekalmu di masa depan," ujar Adam.
Rinjani tersenyum.
"Amiin Pak..., dan Insya Allah apa yang sudah aku hafalkan akan menjadi bekal Bapak dan Ibu di Surga milik Allah nanti," balasnya.
"Amiin... ."
Aisyah dan Adam menjawabnya serempak.
"Ayo..., kita ke Masjid. Kajian sore ini akan segera di mulai," ajak Adam.
Mereka pun bersiap-siap untuk menghadiri kajian di Masjid Al-Jabbar sore itu, sekaligus untuk melaksanakan Shalat Maghrib. Ketika mereka sampai di Masjid, acara kajian tersebut baru saja akan dimulai, Ustadz Hamid baru saja akan naik ke atas mimbar.
"Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh...," ujar Ustadz Hamid.
"Wa'alaikum salam warrahmatullahi wabarakatuh...," jawab seluruh jama'ah sore itu.
"Allahumma sholi 'ala Muhammad, wa 'ala ali syaidina Muhammad, wa 'ala alihi wa shohbihi ajma'in, amma ba'du. Robbishrohlii shodrii wa yassir lii amrii wahlul 'uqdatam mil lisaanii yafqohuu qoulii."
Ustadz Hamid melihat sosok Adam di barisan para jama'ah Pria, ia pun menganggukan kepalanya sebagai tanda sapaan. Adam pun tersenyum ke arahnya.
"Alhamdulillah hari ini kita bisa berkumpul lagi di Masjid ini, untuk mendengarkan kajian yang akan saya sampaikan, dan Insya Allah, sesudahnya kita akan melaksanakan Shalat Maghrib berjama'ah," ujar Ustadz Hamid.
Isteri Ustadz Hamid - Ustadzah Santi - duduk tepat di samping Aisyah dan Rinjani.
"Assalamu'alaikum Ukhti Aisyah..., Ukhti Rinjani..., Syukron telah berkenan untuk datang ke acara kajian sore di Masjid ini," ungkapnya seraya berbisik.
"Afwan Ustadzah Santi, Insya Allah kami akan sering datang ke sini untuk mengikuti kajian," balas Aisyah.
Ustadz Hamid pun memulai kajiannya.
"Sore ini, saya akan memberikan penjelasan mengenai dosa akibat berdusta. Terkadang, dusta adalah dosa besar yang selalu dianggap biasa bagi kebanyakan orang. Seorang Muslim yang menginginkan keselamatan harus menjaga lidahnya dari berbicara yang membawa kepada kecelakaan. Karena sesungguhnya diam dari perkataan yang buruk merupakan keselamatan, dan keselamatan itu tidak ada bandingannya. Tahukah kalian apa jaminan bagi orang yang menjaga lidahnya dengan baik? Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda, Siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, niscaya aku menjamin surga baginya*."
Ustadz Hamid berhenti beberapa saat.
"Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam memerintahkan umatnya untuk berkata yang baik, di antara bentuk berkata yang baik adalah jujur, yaitu memberitakan sesuatu sesuai dengan hakekatnya. Beliau juga melarang dusta, yaitu memberitakan sesuatu yang tidak sesuai dengan hakekatnya. Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam menyebutkan dosa berdusta mengiringi dosa syirik dan durhaka kepada orang tua. Ini menunjukkan bahwa berdusta termasuk dosa-dosa besar yang paling besar."
Semua jama'ah terus memperhatikan dengan seksama.
"Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah Radhiyallahu anhu, dia berkata, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Perhatikanlah wahai para Sahabat, maukah aku tunjukkan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?' Beliau mengatakannya tiga kali. Kemudian para Sahabat mengatakan, 'Tentu wahai Rasulullah.' Beliau pun bersabda, 'Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua.' Sebelumnya Beliau bersandar, lalu Beliau duduk dan bersabda, 'Perhatikanlah! dan perkataan palsu atau perkataan dusta', Beliau selalu mengulanginya sampai kami berkata, 'Seandainya Beliau berhenti'**."
Ustadzah Santi membagikan makanan untuk para jama'ah, Aisyah pun membantunya.
"Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: 'Kalian wajib jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Jika seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan, karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Jika seseorang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.' ***,"
Adzan Maghrib segera berkumandang.
"Maka dari itu, jauhilah perkataan dusta. Karena tanpa kita sadari dusta bisa menjadi candu dalam hidup kita dan akan menggerogoti hati kita perlahan-lahan hingga jauh dari Allah. Sekian dulu materi kajian dari saya, Insya Allah akan kita lanjutkan lagi besok. Wabillahi taufik wal hidayah, wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh."
"Wa'alaikum salam warrahmatullahi wabarakatuh," jawab seluruh jama'ah, serempak.
Ustadz Hamid pun turun dari mimbar dan segera menghampiri Adam, ia memeluk Pria itu dengan erat.
"Assalamu'alaikum Akh Adam...," sapanya.
"Wa'alaikum salam Akh Hamid...," balas Adam.
"Ini pertama kalinya saya melihat Akh Adam mengikuti kajian sore. Biasanya jam segini Akh Adam belum pulang dari kantor," ujar Hamid.
"Alhamdulillah Akh Hamid, hari ini saya pulang cepat setelah Isteri saya menelepon dan mengatakan bahwa Rinjani telah selesai melaksanakan nazarnya. Dia telah berhasil menghafalkan tiga puluh juz Al-Qur'an," jelas Adam.
"Barakallah Akh Adam..., Alhamdulillah akhirnya Puterimu bisa menunaikan nazarnya dengan baik. Kalau begitu, mari kita Shalat Maghrib terlebih dulu, baru kita rayakan keberhasilannya dengan para anak yatim di pondok," ajak Ustadz Hamid, yang ikut berbahagia.
"Mari Akh Hamid."
'Andai aku tak lalai, maka mungkin aku pun bisa memiliki seperti apa yang kamu punya. Namun Allah menegurku, sehingga aku harus kehilangan.'
* * *
*HR. Al-Bukhari, No. 6474; Tirmidzi, No. 2408.
**HR. Al-Bukhari, No. 2654, 5976, dan Muslim, No. 143/87.
***HR. Muslim, No. 105/2607
KAMU SEDANG MEMBACA
Ai
Spiritual[COMPLETED] Allah akan menjagamu, sejauh apapun dirimu dari keramaian. Allah akan melindungimu, meskipun dirimu berada di tengah marabahaya. Allah akan menjagamu, kau hanya perlu yakin akan Kebesaran-Nya. Insya Allah, kau tetap akan berada dalam Rah...