• 1 •

8.6K 718 37
                                    

PRAKKK!!

Jaerin hanya bisa duduk dan menunduk diam saat guru Jang, wali kelasnya kembali memanggilnya ke ruang guru pagi ini dan ya ... Pria itu akan selalu menyudutkannya. Ia hanya bisa memainkan jemari di atas pangkuan sambil sesekali meremas ujung rok pendek berwarna navy itu, percayalah ia sudah kebal, keluar masuk ruang guru dan ruang bimbingan konseling.

"Astaga ... Aku tidak tau lagi harus berbicara dengan menggunakan bahasa apa, Lee Jaerin! Kenapa kemarin kau memanjat pagar belakang sekolah dan pergi saat mata pelajaran guru Park?! Kau tau? Aish ... Sepertinya aku akan segera mati karena darah tinggi!" sungutnya sambil memijat pelipisnya yang terasa sakit.

Jaerin masih menunduk, membiarkan guru Jang mengoceh sambil sesekali gadis itu melirik ke arah 2 orang guru muda yang sepertinya sedang menyelesaikan pekerjaannya di meja mereka masing-masing.

"Hei!! Aku bicara padamu!!" Pria itu berteriak dan Jaerin hanya menatap pria setengah baya itu sesaat, "Apa harus seperti ini rasa terimakasihmu pada direktur Choi?! Kau harusnya berterima kasih karena dalam keadaan keluargamu yang berantakan kau masih diperbolehkan untuk bersekolah di sini!! Bayangkan saja, ini sekolah elit dan terpandang di Korea, bagaimana bisa ada gadis sepertimu yang—"

BRAKK!!

Seorang guru yang sedari tadi tengah telihat fokus dengan laptop dan kertas-kertas ujian di tangannya kini menutup laptopnya kasar, berjalan menghampiri Jaerin dan guru Jang, membuat guru lain yang ada di sana juga memperhatikan mereka sekarang.

"Tidak perlu berbicara sekasar itu padanya, guru Jang. Lagi pula dia membolos saat kelasku, kenapa harus menyudutkannya seperti ini? Aku bisa saja melaporkanmu pada direktur Choi jika kau terus bersikap kasar padanya. Jangan lupa jika direktur Choi sangat menyayanginya, ingat itu!" tegas pria dengan kemeja biru muda itu lalu menggenggam tangan Jaerin membuat gadis itu sedikit tersentak kaget sebelum pria itu menariknya keluar dari ruang guru.

"ASTAGA!!! Kenapa semua orang di sekolah ini?!!" teriak guru Jang sambil mengusak kepalanya kasar.

Sementara itu, Jaerin terus mengikuti langkah salah satu gurunya ini, sedikit berlari kecil guna menyamakan langkahnya dengan si tampan itu sambil sesekali tersenyum manis. Pria itu terus menggenggam tangan Jaerin, membawa gadis itu ke ruangan pribadinya, mendudukkannya di kursi lalu berlutut di depan Jaerin yang masih mempertahankan senyumannya.

"Apa? Kenapa memasang wajah seperti itu?" sarkas pria itu sambil meletakkan kedua tangannya di sisi paha Jaerin, gadis itu hanya mengacungkan ibu jarinya dan tersenyum makin lebar, "Park Jimin memang hebat!" teriaknya lalu menghambur memeluk Jimin erat, membuat pria Park itu terkekeh pelan.

"Aku 10 tahun lebih tua darimu, ingat?" Jaerin terkekeh namun masih mendekap pria itu, merasakan bagaimana Jimin memeluknya erat sambil sesekali mengelus punggungnya pelan.

"Oppa," gumam Jaerin lalu memejamkan matanya, membayangkan jika pria yang saat ini sedang ia peluk adalah Dongjoo, kakaknya.

"Kau sudah mengunjunginya?" Gadis itu mengangguk pelan lalu melepaskan pelukannya dari Jimin, "Aku mengunjunginya setiap hari, setelah pulang sekolah." Jimin tersenyum, ia salut melihat kuatnya gadis ini. Dalam keadaannya yanh seperti ini, Jimin bahkan jarang melihat gadis itu menangis. Ia pernah melihat, itu beberapa bulan lalu saat Jaerin melihat bagaimana Dongjoo ditabrak tepat di depan matanya hingga meninggal di tempat dan setelah itu, Jimin tak pernah lagi melihat sahabatnya itu menangis.

"Sebentar lagi istirahat, aku lapar. Aku akan menemuimu lagi nanti, aku ada janji dengan Yoorim. Sampai jumpa guru tampan," kata Jaerin lalu menepuk-nepuk pelan kedua pipi Jimin setelah itu pergi dari ruangan pria itu.

[M] Mr. DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang