Jaerin menginjakkan kakinya di lobi rumah sakit tepat setelah jam sekolahnya berakhir, melepaskan Jungkook yang beralasan ke toilet. Gadis manis itu melangkahkan kakinya memasuki ruangan sang Ayah, namun langkahnya terhenti saat Jaerin bisa menatap seorang wanita tengah duduk di samping Ayahnya, menggenggan tangan itu seolah mereka sudah sangat akrab. Namun ia ingat betul, ia tak pernah melihat siapa pun.
"Oh. Jae? Kau datang, Sayang?" Wanita cantik itu memutar kepalanya, menatap Jaerin dengan senyuman manisnya.
Cantik sekali.
Dan sepertinya, usia mereka tak terpaut begitu jauh.
"Halo," sapa Jaerin sambil membungkuk; memberi hormat.
Wanita itu masih mengumbar senyuman, menatapi bagaimana menawannya gadis berseragam SMA itu, "Ah kenalkan ... Aku Lee Seora." Jaerin tersenyum simpul, menggapai uluran tangan Seora dengan tatapan meneduhkannya.
"Aku Lee Jaerin." Wanita itu mengangguk sebelum kedua perempuan itu kembali menatap Tuan Lee yang masih terbaring dengan alat penunjang kesehatannya, "Mau minum kopi bersama?" Ia membulatkan matanya, selain cantik wanita ini juga baik sekali.
"Pergilah, Jae. Kau pasti lelah," kata sang Ayah yang membuat Jaerin mengangguk setuju. Seora lekas mengambil tas mahalnya yang tergeletak di kursi, melangkah keluar mendahului Jaerin sementara gadis 18 tahun itu mengekor di belakangnya hingga mereka berhasil duduk berhadapan di kantin rumah sakit.
"Jadi ... Apa kesibukanmu selain sekolah?" Jaerin membulatkan matanya, "Y-ya?"
Seora terkekeh pelan, lantas menggenggam kedua tangan Jaerin yang teronggok di atas meja, "Aku adalah putri dari sahabat Ayahmu. Jika Ayah kita saja berteman, tidak bisakah kita jadi sahabat?" Jaerin terkekeh, tak bohong jika Seora adalah sosok paling hangat yang pernah ia kenal. Lekas mengangguk, Jaerin kembali mengulas senyuman manisnya.
"Aku bekerja." Alis Seora menaut dalam,tak percaya jika gadis manis di depannya ini juga menyibukkan diri dengan bekerja.
Sebagai budak sex Jungkook.
Ingat, itu termasuk pekerjaan Jaerin agar uang pria itu terus mengalir padanya.
"Kau bekerja? Di mana?" Jaerin lekas menarik tangannya, mendadak canggung hingga mengharuskannya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Di sebuah restoran dan cafe kecil. Aku harus membiayai Ayahku dan juga Ibu,"
Juga menguras semua harta Jungkook selagi bisa.
Seora mengangguk paham, lalu menerima 2 cangkir latte yang baru saja datang, meletakkannya di depan Jaerin dengan penuh senyuman.
"Apa gajimu cukup untuk menanggung semua biaya rumah sakit Ayahmu?" Jaerin terdiam kali ini.
Tentu saja cukup selama Jungkook terus berada di dekatnya.
"Suamiku memiliki sebuah perusahaan. Kau bisa bekerja di sana jika kau mau. Kebetulan dia sedang membutuhkan sekertaris." Lagi-lagi bibir Jaerin hanya bisa mengatup rapat dengan mata membulat, "S-sekertaris? Ah ... Tapi aku tidak sepandai itu sampai--"
"Sekertaris tidak harus pandai, Jae. Hanya bagaimana kau bisa mengendalikan keadaan. Kau bisa belajar pada suamiku nanti."
Dan meninggalkan Jungkook?
Entahlah ... Tapi sepertinya tidak.
"A-ah ... Tidak perlu, Nona Lee ... Dua pekerjaan itu sudah lebih dari cukup." Seora tersenyum manis, menyadari betapa baik hatinya gadis di depannya ini. Ia memgangguk, lalu menggenggam tangan Jaerin lagi, "Kalau begitu, kau bisa menghubungiku jika perlu bantuan. Aku akan siap membantumu." Jaerin mengangguk, tersenyu manis sebelum keheningan menyelimuti mereka lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Mr. Dominant
Fanfiction!! SEGERA TERBIT, VERSI LENGKAP HANYA DI FANBOOK DAN EBOOK !! Kesalahan mutlak yang pernah dilakukan oleh Jaerin adalah, ia terlalu meletakkan seluruh hidupnya dalam genggaman tangan seorang pria bernama Jeon Jungkook. Tanpa ia tau, bahwa pria itu m...