• 10 •

4.7K 580 103
                                    

"Aku yang akan mengambil alih hak asuhmu selama Ibumu sakit." Jaerin terdiam, duduk di lantai kayu rumah lamanya saat Siwon secara terang-terangan membawa pengacara dan juga menemui Jaerin.

Upacara pemakaman Ayahnya baru saja dilakukan beberapa jam yang lalu, hingga detik ini pula Jaerin masih merasa gelisah. Sebab Jungkook seperti menghilang, bagai diterpa badai lalu ditelan bumi.

"Siapkan barangmu. Kau akan tinggal bersamaku."

Tidak ... Ia benar-benar tak siap meninggalkan Jungkook.

"A-aku--"

"Dia tidak akan pergi kemana-mana." Jaerin sontak menoleh, menatap pria dengan setelah kemeja dan celana kain berwarna hitam itu, "Taehyung," gumamnya, "Dia akan tetap tinggal di tempatnya saat ini. Kau tidak memiliki hak untuk memaksanya sebab usia Jaerin sudah 18 tahun. Dia bebas memilih di mana dia ingin tinggal sekali pun kau telah mengambil alih hak asuhnya." Jaerin mendongak, menatap Taehyung yang kemudian duduk di sampingnya, menggenggam jemari Jaerin lembut sekali pun tatapan tajamnya terus tertuju pada Siwon dan pengacaranya.

"Siapa kau?" tanya Siwon, mengingat ia tak pernah melihat Taehyung sebelumnya dalam keluarga Lee, "Aku Kim Taehyung. Kepala polisi dan juga ... Orang yang tinggal bersama Jaerin." Perempuan itu sontak terdiam, menatap Taehyung dari samping sebelum menatap tautan tangan mereka.

Siwon menghela nafas, menatap Jaerin yang kedua matanya masih sembap lalu mengangguk, "Jangan sungkan menghubungiku jika kau membutuhkan sesuatu." Jaerin mengangguk, sekali pun ia sangat malas melihat wajah pemilik yayasan, kepala sekolah, sekaligus sahabat mendiang Ayahnya.

Setelah mereka berdua pergi, Taehyung menatap Jaerins sambil tersenyum sementara si gadis hanya menatapnya dalam diam, "Kenapa kau berbohong?" Alis Taehyung menaut, lalu menepuk punggung tangan Jaerin yang berada di genggamannya, "Bukankah itu gunanya kekasih? Aku akan melindungi gadisku. Dari siapa pun yang ingin menyentuhnya. Tidak akan kubiarkan." Perempuan Lee itu memang tak tahu betul apa yang saat ini sedang terjadi pada hatinya. Jika harusnya ia sudah mengambil langkah untuk meninggalkan Jungkook. Maka Jaerin bersumpah ia benar-benar tak bisa. Ia tengah melakukan kesalahan, dengan terlalu menjerumuskan hatinya terlali dalam. Sebab ia tak seharusnya berada dalam dekapan Jungkook. Tak seharusnya menjalin hubungan sialan dengan pria Jeon itu.

"Tidurlah. Kau butuh istirahat, sebentar lagi gelap. Aku akan mengantarmu ke kamar." Jaerin menahan tangan Taehyung saat pria itu menuntunnya, berniat mengantar Jaerin ke kamarnya namun ia menggeleng. Membuat Taehyung sontak menatapnya heran, "Biarkan aku sendiri, Kim ... Aku ingin menemani Ayah sebentar." Ia melepaskan genggaman tangan Taehyung. Lalu berjalan pelan menuju ruangan duka, di mana sebuah foto besar dengan beberapa karangan bunga Ayahnya diletakkan.

Pria Kim itu hanya bisa memandang punggung Jaerin, melihat bagaimana gadis itu berlutut di depan foto itu dan menangis keras. Tak mencoba mendekap, Taehyung biarkan gadis itu menangis sendirian. Dalam ruangan gelap yang hanya berhiaskan cahaya bulan dari luar jendela.



Dini hari itu, Taehyung dan Jin tengah duduk di sebuah kursi kayu yang terletak di teras rumah lama Jaerin. Mereka hanya terdiam, menatap langit sambil menyelam dalam pikiran masing-masing. Mereka sengaja meninggalkan Jaerin di dalam, membiarkan gadis manis itu mengambil waktu untuk menenangkan pikirannya.

Sampai sebuah mobil sedan hitam terparkir tepat di depan mereka, membawa sosok Jungkook berdiri di hdapan ketiga pria itu, "Sedang apa kau di sini?" Jin segera bangkit berdiri dan menatap nyalang pada si pria Jeon itu, "Melihat gadisku. Apa lagi?" Jin mendengus, berniat menghadiahi pria Jeon itu dengan sebuah bogem mentah namun Taehyung lebih dulu menahannya.

"Biarkan dia masuk, Hyeong." Jin sontak menatap adiknya tak percaya sementara Taehyung hanya mengangguk, "Jaerin membutuhkannya." Ia menghela nafas lantas mengurungkan niatnya untuk menghadiahi wajah pria Jeon itu dengan sebuah bogem mentah.

Jungkook merapihkan mantel tebal yang membalut kemejanya, menatap nyalang pada kedua bersaudara Kim itu lantas menggeser pintu di depannya. Kegelapan menyelimuti begitu saja, lampu di dalam rumah sempit nan kumuh itu dibiarkan mati, hanya ada cahaya bulan yang mengintip masuk melalui celah jendela dan pintu. Menatap nanar pada sosok perempuan yang sedang bersujud di lantai, tak bergerak; tepat di bawah foto seorang pria paruh baya yang dikalungi bunga. Ia melangkah lebih dalam, membawa kedua kakinya untuk berdiri di belakang Jaerin yang sepertinya tertidur dengan posisi bersujud, pria Jeon itu menatap foto dengan frame besar itu dalam diam lalu menatap punggung Jaerin.

Tak mencoba membangunkan Jaerin, ia malah berlutut di sampingnya, membawa gadis itu untuk memiringkan tubuhnya lantas tersenyum lembut manakala mendapati wajah damai Jaerin saat tertidur. Mengelus pipinya lembut, Jungkook kemudian merapihkan helaian rambut Jaerinnyang sesekali jatuh menimpa wajah gadis manis itu.

"Maaf tidak bisa menemanimu," katanya lantas menatap kembali foto Tuan Lee, "Maaf karena menyusahkannya. Aku akan menjaganya, tapi tidak untuk malam ini." Ia bergumam sebelum melepas mantelnya, membiarkan kain mahal itu menutupi tubuh Jaerin yang tengah meringkuk, menepuk bahunya pelan si pria lantas menjatuhkan sebuah kecupan manis di keningnya.

Ia duduk bersila, di depan Jaerin dengan tatapan nanarnya.

Rasa bersalah kontan merebak, menelusup hingga relung hatinya saat ia kembali mengingat perkataan Seojung siang tadi. Menghela nafas, Jungkook kembali memperhatikan wajah manis anak Lee tersebut, mengulurkan tangannya untuk menelusuri pipi tirus itu dengan jemarinya.

"Maaf tidak bisa memelukmu malam ini, Jae ... Aku harus menemani Seojung..." Ia menjeda, merasakan nyeri teramat dalam dadanya saat Jaerin malah menarik tangannya dan mendekaonya erat sekali pun kedua matanya masih tertutup sempurna.

"Seojung hamil, Jaerin- aah ... Istriku sedang mengandung, kuharap kau mengerti," ujarnya lembut, setengah berbisik namun berhasil memecah keheningan malam. Mengirimkan sengatan aneh pada atmosfer sekitar hingga rasa bersalah kembali menggerogoti Jungkook. Memakan habis batinnya dan berakhir tersenyum miris, "Aku harus menjadi Ayah yang baik, bukan? Ini adalah anak keduaku," jelasnya sekali pun ia tahu bahwa Jaerin tidak akan mendengarnya.

"Tapi aku akan tetap menebus semua kesalahanku padamu. Aku ... akan tetap bersamamu. Aku janji." Pria itu mengangguk, lantas mulai bangkit dan berlutut guna mengecup pelipis gadisnya lagi, "Aku pergi. Jaga dirimu selama tidak bersamaku, ya?" Adalah sekian kalimat yang diucapkan Jungkook sebelum pergi meninggalkan Jaerin, meringkuk sendirian dalam kegelapan dan kesepian. Mengharapkan sebuah pelukan saat orang yang ia nanti malah berakhir pulang ke rumahnya. Tempat di mana ia seharusnya berada.



Keesokan harinya, Jaerin bangun lebih pagi. Masih di tempat yang sama, ia tengah duduk sambil memeluk lututnya dan dipeluk di depan foto Ayahnya. Menatap sebuah mantel tebal yang aromanya sangat ia kenali, semalam ia bermimpi. Jungkook datang dan memeluknya semalaman, tapi rupanya itu hanya bunga tidur sebab pagi harinya ia tak menemukan siapa pun kecuali Jin yang tidur di futon tipis tak jauh darinya dengan Taehyung tidur di lantai kayu rumahnya.

Ia mendongak, menatap foto mendiang Ayahnya dengan senyuman miris, "Oppa pergi, Ayah juga ... Siapa lagi yang akan pergi dariku setelah ini?" Ia terkekeh miris, menatap mantel itu dengan sayu.

"Bukankah ini milikmu, Jeon? Aku hafal bau parfummu." Jaerin bersumpah mungkin pikirannya sudah terlewat bodoh, otaknya tak bisa berpikir jernih. Ia bahkan tak tahu siapa Jungkook sebenarnya.

Keluarga.

Latar belakang.

Atau apa pun tentang pria itu.

Tapi ia heran, mengapa hatinya selalu seperti ini? Tak bisa berbohong jika Jaerin sudah mulai jatuh dalam jurang kegelapan itu. Tak hanya memberikan tubuhnya pada Jungkook. Tapi juga hati dan harapannya.

"Lebih baik pergilah sekarang jika kau ingin pergi, Jeon ... Sebelum perasaanku tumbuh semakin besar lalu kau kecewakan." []


















Haiyooooooo ...
Gimana nih? Hihi
Belain siapa coba?
Seojung?
Atau Jaerin?

Lets see ada apa di part selanjutnya hihi ... see you 😉😉

[M] Mr. DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang