• 13 •

4.2K 578 118
                                    

*sebelum itu ... Ken mau ngingetin kalian ... follow ig Ken yuk 😆😆 di : @bernike.ken ... buat memantau spoileran ff di lapak ini hehe .. udah sih itu aja yuk lanjut ke cerita..*





















Jaerin mendekap Jin erat manakala pria itu mengajaknya bertemu di sebuah taman setelah jam pelajaran berakhir, ia memejamkan matanya erat, merasakan kehangatan dekapan seorang kakak pada diri Jin saat ini. Sementara pria itu tersenyum lembut, mengelus punggung perempuan yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri lalu mengecup puncak kepalanya.

"Kau sudah menemui Dongjoo?" Jaerin menggeleng, masih mendekap Jin erat, "Kenapa?" Ia mendengar Jaerin menghela nafas, lalu membebaskan dirinya dari dekapannya.

"Semenjak aku berhubungan dengan Jungkook. Aku tidak berani mengunjungi makam Dongjoo oppa," jelasnya lalu mendudukkan dirinya di tepi danau, di atas rerumputan hijau. Memaksa Jin ikut duduk dan menekuk kedua lututnya sembari menatap Jaerin sayu, "Dia pasti merindukanmu." Sang jelita mengangguk, lalu menatap Jin sesaat.

"Dia pasti kecewa padaku. Kau tahu 'kan tujuanku mempertahankan Jungkook?" Jin tersenyum lembut, lalu mengikuti arah pandangan Jaerin yang tertuju pada air yang tenang, "Jae ... bukan maksudku mencampuri urusanmu, tapi ... kau sudah seperti adikku sendiri. Sekarang begini..." Jin menjeda, lantas menarik kedua bahu Jaerin agar duduk bersila menghadapnya.

"Kau itu seorang perempuan. Seojung juga. Jika kau bertukar posisi dengannya, maka bagaimana perasaanmu setelah mengetahui Jungkook memiliki wanita lain di belakangmu? Apa kau tidak akan hancur? Begitu juga Seojung. Belum lagi putrinya, Ayeong masih kecil, Jae ... 4 tahun dan aku tidak bisa membayangkan jika kau--"

"Kau ingin membuatku berhenti?" sela Jaerin dan pria yang usianya terpaut 12 tahun ini mengangguk pasti. Jaerin tersenyum miris, bukan ... tidak karena ia menyesal. Namun karena membayangkan betapa hancurnya kehidupannya setelah Dongjoo pergi. Satu-satunya alasan bagi Jaerin untuk tetap bersekolah dan mengutamakan pendidikan. Lalu ... apa harus dengan cara seperti ini Jaerin melepas orang-orang licik seperti Jungkook?

"Jae ... apa kau--" Jin membuka suara saat melihat Jaerin mulai meneteskan air matanya, "Aku baik-baik saja. Aku harus pergi, ada janji dengan Taehyung." Ia berdiri, berniat pergi namun Jin menahan pergelangan tangannya.

"Tolong pikirkan kata-kataku, Jae ... sebelum kau menyesalinya." Ia menatap tangan besar Jin yang bertengger di pergelangannya lalu melepaskannya perlahan, "Akan kupikirkan ... tapi, satu hal yang tidak pernah kau ketahui dariku, oppa..." Ia menarik nafas dalam lalu menyeka sisa air matanya.

"Aku ... adalah seorang pendendam. Jika aku tidak bisa menghancurkan Jungkook ... maka kau tahu hal apa yang akan kuambil agar dia lenyap dari bumi," ujarnya tegas lalu pergi begitu saja, meninggalkan Jin yang masih termanggu. Terdiam sebab perubahan sikap Jaerin yang begitu derastis setelah kepergian Ayahnya.

Jin sebenarnya tahu ... paham betul. Siapa pelaku pembunuhan Dongjoo, juga keterlibatan Jungkook. Ia bahkan tahu sejak awal jika Jungkook sudah memiliki istri, bahkan lebih paham bagaimana Jungkook. Tapi ia masih menolak bicara, mencoba memberi ruang bagi Jaerin agar ia mengetahui semua yang ingin dia tahu. Dan juga ... melindungi Jaerin dari ancaman.



Jaerin menghela nafas, menyandarkan kepalanya pada pintu salah satu bilik kamar mandi saat dirinya baru saja memuntahkan seluruh isi perutnya, belum lagi kepalanya yang tiba-tiba sakit, berikut rasa aneh yang belum pernah rasakan pada tubuhnya. Ia memegang benda pipih berwarna putih itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia langsung membeli sebuah testpack saat ia tiba-tiba terbangun tadi pagi dengan rasa mual luar biasa.

[M] Mr. DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang