• 3 •

7.1K 755 69
                                    

Jaerin menatap puluhan orang yang sedang menggoyangkan seluruh tubuhnya di atas lantai dansa, mengamati bagaimana ada banyak macam-macam orang di bawah sana, sekedar berciuman, saling berperang lidah, sampai bercinta di depan umum. Jaerin sudah mulai terbiasa, dan ini adalah hari keduanya bekerja sebagai penari striptis, alkohol, rokok, rasanya Jaerin sudah tak asing dengan bau-bauan itu. Ia tersenyum miris, saat mengingat betapa pahitnya kehidupannya, begitu menyebalkan dan memekakan telinga. Ia masih terdiam dan berpegangan pada tembok pembatas, sampai seseorang menepuk bahu telanjangnya.

"Kau baik-baik saja? Apa bajunya tidak nyaman? Atau kau ingin berhenti? Aku bisa memanggil—" Jaerin tersenyum menatap Haewon dan menggenggam tangannya lembut.

"Aku baik-baik saja, Eonni. Hanya lelah, eonni tau? Selama bekerja di sini aku hanya bisa tidur selama 3 jam setiap hari. Pagi aku harus sekolah sampai pukul 2 siang, setelah itu aku akan bekerja di cafe sampai pukul 6, kemudian menjadi badut restoran sampai pukul 9 malam, dan berada di sini sampai pukul 3 pagi. Melelahkan bukan?" Haewon tersenyun lalu mendekap Jaerin lembut.

"Kenapa tidak berhenti dari 2 pekerjaanmu yang lain dan fokus pada kelab?" Jaerin memejamkan matanya merasakan kehangatan dekapan wanita yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri itu.

"Aku butuh uang lebih banyak, Eonni. Kau tau kan? Appa saat ini dirawat di rumah sakit dan Eomma sedang melakukan proses penyembuhan di rumah sakit jiwa. Dan biaya sekolahku ... Ck! Aku berharap ada pesawat jatuh yang menjatuhkan sekoper uang padaku." Haewon terkekeh pelan lalu mengelus punggung Jaerin.

"Aku akan membantumu selagi bisa, Jae." Gadis itu lekas melepaskan pelukannya dan menatap Haewon, "Cukup lindungi aku dari pria-pria di bawah sana. Itu sudah cukup, Eonni." Mereka tertawa bersama sebelum Haewon menggenggam tangan Jaerin.

"Kajja, sebentar lagi giliran kita." Jaerin hanya mengangguk patuh, lantas berdiri di balik tirai berwarna merah maroon.

Jaerin sempat menarik nafas dalam, memejam sesaat dan berharap semua akan berjalan dengan baik seperti hari kemarin. Tak perlu cemas, Jae. Jin pasti melindungimu dari jauh dan ia akan bertindak saat ada seseorang yang menyentuhmu.

Tirai terbuka, Jaerin tampil bersama Haewon malam ini, ia berjalan dengan anggun menuju sebuah tiang. Matanya menatap Jin yang duduk tak jauh darinya, ia tak bisa melihat jelas wajah pria itu karena saat ini lampu sorot fokus pada tubuh Jaerin dan Haewon. Ia menelan ludahnya pelan saat banyak pria mungkin sekitar puluhan bahkan ratusan pria yang kini mengelilingi panggung. Jaerin meraih tiang dingin itu dan bersiap di posisinya, sempat mengawasi Jin dan 4 pria yang Jaerin tak tau siapa sedang duduk tak jauh di belakang kerumunan.

Musik tarian erotis mulai mengalun, detik itu juga ... Jaerin hanya menghikangkan identitasnya, mencoba menenggelamkan dirinya dalam kubangan lumpur yang paling menjijikkan. Jaerin bukanlah Lee Jaerin saat ia mulai meliuk-liukkan tubuhnya sambil bergelayut di tiang besi itu, mulai melucuti dress pendeknya hingga ia hanya berbalut bra berenda dan g-string tipis. Sesekali ia akan memasang wajah menggoda, tatapan sayu, dan juga menjulurkan lidahnya atau sekedar membuka bibir untuk memanjakan para tamunya yang sudah bernafsu.

Sementara itu, dari meja Jin. Seorang pria tengah memfokuskan tatapannya pada Jaerin sedari tadi.

"Hei!! Adik kurang ajar! Apa yang kau lihat?!" sarkas Jin sambil memukul bahu adik paling kecilnya geram.

"Ah, hyeong! Lihat apa? Tentu saja melihat anak baru itu. Lihat tubuhnya! Kau bilang dia masih SMA? Tapi tubuhnya sudah begitu astaga ... Aku benar-benar bisa gila!" Pria itu mengusak rambutnya frustasi lalu kembali menenggak segelas vodka miliknya.

"Kau benar-benar mabuk, Kim Taehyung!" sarkas Namjoon sambil terkekeh pelan, "Hyeong, aku ingin menidurinya setelah ini. Boleh, kan?"

"Yakkk!! Tutup mulutmu!" kesal Jin lalu memukul lengan Taehyung dengan keras.

[M] Mr. DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang