Jaerin membuka matanya pelan, kenapa matahari masih seterik itu? Ia menggerakkan tubuhnya yang terasa remuk, punggung, pinggang, dan juga kewanitaannya di bawah sana. Ia mengerjap lagi sebab matanya masih buram sebelum Jaerin menyadari kalau ia tak sedang tertidur di atas futon tipis melainkan sebuah ranjang empuk yang sangat nyaman. Tunggu dulu ... Kemarin itu?
Jaerin meraba lehernya lantas meringis pelan saat merasakan perih, ia menunduk, melihat tubuhnya yang hanya berbalut selimut tebal dan juga dadanya penuh dengan bekas kemerahan sampai leher dan bahunya juga.
Sial!
"Kukira kemarin itu mimpi," gumam Jaerin lalu mendudukkan tubuhnya, membiarkan selimut itu melorot dan hanya menutupi bagian perut sampai kakinya, ia bersandar pada kepala ranjang dan menatap jam dinding.
"Pukul 9, dia pasti pergi ke sekolah," gumam Jaerin lalu memejamkan matanya, sama sekali tak berniat membersihkan tubuhnya ataupun panik karena tak masuk sekolah hari ini.
Ceklek...
"Ini masih terlalu pagi untuk menggodaku,"
Jaerin menatap ke arah pintu, siapa lagi kalau bukan Jeon sialan itu. Ia masuk dengan sebuah koper dan sebuah travel bag, dan Jaerin tau benar. Semua itu miliknya. Ia berdecak lalu menarik selimut untuk menutupi dadanya dan menyampirkannya di bahu.
"Mulai sekarang kau tinggal bersamaku, aku sudah meminta orangku mengambil barang-barangmu. Dan ya..." Pria itu berjalan mendekati Jaerin, menyerahkan ponselnya pada bocah itu.
Hati Jaerin menghangat, melihat jika Ayahnya sudah terbaring nyaman di sebuah ruangan luas dengan alat medis lengkap sebagai penunjang kesehatannya.
"Aku memindahkan Ayahmu ke rumah sakit Jin hyeong. Di sana fasilitasnya lebih bagus," jelas Jungkook lalu kembali memasukkan ponselnya di saku celananya.
"Jin? Kim Seok Jin? Kalian saling kenal?" Jungkook mengangguk sambil menatap Jaerin yang masih berantakan setelah pergulatan panas mereka kemarin, "Dia temanku, termasuk Namjoon, Yoongi, Jimin, bahkan Taehyung." Jaerin menautkan alisnya lagi menatap Jungkook bingung.
"Taehyung? Tidak pernah dengar."
"Dia adik terkecil Jin hyeong baru saja menyelesaikan kuliahnya di Inggris." Jaerin mengangguk paham lalu menatap jam dinding lagi, "Tidak ada kelas hari ini?" Jungkook menggeleng.
"Aku kosong dan suratmu hari ini sudah kuserahkan pada guru Jang. Jadi tidak perlu cemas," kata Jungkook membuat Jaerin mengangguk paham.
"Mandilah, aku akan buat sarapan." Jungkook berdiri, berniat meninggalkan kamar tapi Jaerin dengan cepat menahan pergelangan tangannya membuat pria itu kembali menatapnya.
"Bisa bantu aku ke kamar mandi? Milikku sakit, a-aku belum terbiasa dengan rasa sakitnya." Jungkook tersenyum miring lalu tanpa mengatakan apa-apa, pria itu segera membopong Jaerin beserta selimutnya dan membawanya ke dalam kamar mandi. Mendudukkan Jaerin di atas kloset yang tertutup dan menatapnya.
"Sudah?" tanya Jungkook dibalas anggukan oleh Jaerin.
"Bisa tunggu di luar pintu? Aku masih membutuhkan bantuanmu untuk keluar nanti." Jungkook tersenyum miring lalu membungkuk dan mendekatkan wajahnya pada Jaerin.
"Kenapa tidak mandi di depanku saja? Aku sudah melihat semuanya kemarin, kan?" Jaerin mendengus lalu mendorong kening Jungkook dengan jari telunjuknya agar menjauh.
"Lalu? Kau akan menyetubuhiku lagi? Sialan!" tegas Jaerin yang justru membuat Jungkook terkekeh gemas, "Tubuhmu terlalu menggoda untuk tidak dimasuki setiap ada waktu, mengerti?" kata Jungkook lalu mengecup lembut bibir Jaerin sebelum keluar dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Mr. Dominant
Fanfiction!! SEGERA TERBIT, VERSI LENGKAP HANYA DI FANBOOK DAN EBOOK !! Kesalahan mutlak yang pernah dilakukan oleh Jaerin adalah, ia terlalu meletakkan seluruh hidupnya dalam genggaman tangan seorang pria bernama Jeon Jungkook. Tanpa ia tau, bahwa pria itu m...