3 Tahun Kemudian ...
"Papa ... apa yang seharusnya Ayeong beli?" Jungkook menggenggam erat jemari kecil putrinya saat mereka tengah memfokuskan pandangannya pada rak permen dan coklat, pria itu pun nampak berpikir lalu menatap putrinya yang masih asik menelisik satu persatu deretan makanan manis itu.
"Jika Ayeong ingin keduanya kenapa tidak membeli semua?" Ayeong mencebik lalu memdongak menatap sang Ayah, "Tapi Mama akan marah di atas sana jika melihat Ayeong makan banyak permen dan coklat," katanya dengan bibir mengerucut. Jungkook menghela nafas.
"Kau benar, Sayang. Baiklah, terserah saja Ayeong lebih ingin permen atau coklat?" Gadis itu berhenti di deretan rak marsmallow, menunjuk sebungkus marsmallow berbentuk kepala pikachu.
"Ayeong mau ini, Pa ... boleh?" Jungkook mengulas senyuman lantas mengangguk, sebelum bocah kecil yang usianya sekitar 4 tahun lebih muda dari Ayeong menghampiri mereka. Bocah kecil berbaju kuning, memakai kacamata bulat dengan sebungkus kartu pokemon di masing-masing tangannya.
"Paman ... lihat Mama tidak?" Jungkook yang menyadari bahwa bocah itu datang sendirian segera berjongkok, membuat Ayeong pun sontak menatap bocah laki-laki itu.
"Kau datang sendirian? Di mana orang tuamu?" Bocah itu hanya mengerjap lalu tersenyum lebar, "Hehe ... Paman tampan seperti Papa Juan." Jungkook terkekeh lalu menatap Ayeong yang juga mengembangkan senyumannya, "Ah ... jadi namamu Juan?"
"Jung Juan!" Mereka sontak menoleh, membuat Jungkook terdiam saat mendapati seorang wanita cantik berlari ke arahnya sambil satu tangannya menggenggam jemari kecil seorang bocah manis berambut pendek.
"Mama!!" Perasaannya sontak kembali kalut, menatap bagaimana bocah kecil itu berlari ke arah wanita jelita itu lantas memeluk kaki jenjangnya.
"Jaerin?" Sementara Jaerin hanya mengulas senyumannya pada Jungkook, menggenggam tangan Juan di kanan dan Jina di kiri. Lalu tatapannya tertuju pada Ayeong yang masih melongo, "Hai ... kita bertemu lagi," gumam Jaerin dengan senyuman mengembang, menatap Jungkook yang masih terdiam dengan posisi berjongkok.
•
•
•"Bagaimana kabarmu?" Jaerin tersenyum manis, menatap bagaimana Jina, Juan, dan Ayeong bermain di bawah pohon maple, memainkan dedaunan kering yang pagi ini kembali menggugurkan dirinya. Ia menatap Jungkook dari samping, sempat meneliti wajahnya. Masih sama seperti 3 tahun lalu. Dan tetap tampan.
"Aku baik. Seperti yang kau lihat," sahutnya singkat sebelum kembali menatap anak-anak yang sibuk tertawa girang di taman.
Detik berikutnya, keduanya terdiam. Sibuk dengan pikiran masing-masing, otaknya sontak memutar kembali bagaimana keduanya dulu sempat merajut cerita, merangkainya lantas terbakar waktu begitu saja. Sekarang semuanya sudah berubah, masing-masing dari mereka telah mendapatkan apa yang pantas datang.
"Seora eonni. Bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja?" Jungkook sempat berjingkit, sebelum menarik nafas dalam dan menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi besi tempat mereka duduk di taman yang letaknya tak jauh dari supermarket.
"Dia meninggal. Saat proses persalinan, dia juga membawa putri keduaku karena bayi kami meminum air ketuban yang sudah pecah lebih dulu." Jaerin melipat bibirnya ke dalam, matanya sontak berkaca-kaca dengan tangan gemetar. Ia bersumpah ... setelah kepergiannya dari Korea beberapa tahun lalu, ia memutuskan untuk menetap di Amerika selama hampir 3 tahun, bersama seseorang yang kini menyandang gelar sebagai suaminya. Jaerin tak mendengar kabar apa pun yang berhubungan dengan keluarganya di Korea setelah Ibunya ditemukan meninggal karena bunuh diri di rumah sakit jiwa, tempat di mana wanita itu dirawat beberapa tahun terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Mr. Dominant
Fanfiction!! SEGERA TERBIT, VERSI LENGKAP HANYA DI FANBOOK DAN EBOOK !! Kesalahan mutlak yang pernah dilakukan oleh Jaerin adalah, ia terlalu meletakkan seluruh hidupnya dalam genggaman tangan seorang pria bernama Jeon Jungkook. Tanpa ia tau, bahwa pria itu m...