Jaerin menenggelamkan kepalanya di atas lipatan tangan yang ia daratkan di atas mejanya. Telinganya berdengung sakit tepat saat Jimin tengah menjeleskan beberapa materi. Sejak pagi tadi, ia memang sudah menrasakan sakit kepala. Mungkin efek dari kelelahan, mengingat ia harus membagi waktu untuk 3 pekerjaannya dan juga memenuhi kebutuhan biologis Jungkook. Tapi kali ini kepalanya benar-benar sakit, ia bahkan tak bisa mendengar dengan baik apa-apa saja yang sedang dijelaskan oleh Jimin.
"Kau baik-baik saja, Jae?" Ia hanya membuka mata pelan, menatap teman sebangkunya dengan senyuman hangat, "Hanya sedikit lelah, Yoo. Tapi aku baik." Min Yoorim berdecak, menatap kesal sahabatnya setelah ia menyentuh keningnya, "Tapi badanmu panas sekali. Kau juga berkeringat dingin," omelnya namun Jaerin hanya terkekeh.
Adik dari Min Yoongi ini tak bisa diam, ia segera mengangkat tangannya membuat atensi Jimin teralihkan, "Ya, Nona Min? Ada pertanyaan?" Yoorim lekas menggeleng lantas menunjuk Jaerin, "Dia sakit, Saem." Merasa bahwa ia sedang ditunjuk, Jaerin menegakkan kepalanya cepat lalu menatap Jimin yang mulai mendekati mejanya, menyentuh keningnya membuat gadis itu sontak memejam.
"Kau demam. Pergilah ke ruang kesehatan. Atau kau mau kuantar?" Jaerin lekas menggeleng, menatap pria manis itu dengan senyuman lebar, "Aku baik-baik saja, Saem. Hanya sedikit lelah." Ia menatap adik sahabatnya itu nanar.
"Pergilah, Jae," Nada bicara Jimin melembut, membuat Jaerin sontak melihat sosok mendiang kakaknya berada di balik Jimin. Ia lekas mengangguk, lalu berdiri dan berjalan pelan menuju ruang kesehatan sementara Yoorim menatapnya cemas sebab tak berbohong jika wajah Jaerin benar-benar terlihat seperti zombie. Pucat, berkeringat, dengan tatapan meredup.
•
•
•Gadis Lee itu baru saja menginjakkan kakinya di ruang kesehatan. Baru saja berniat mendaratkan tubuhnya di sofa tapi ia lekas terdiam saat melihat tirai yang membatasi dirinya dan ranjang ruang kesehatan ditutup. Tidak biasanya. Sebab setahunya gorden itu akan ditutup saat ada siswa tidur di sana karena sakit.
Ia melangkah pelan, mendekati tirai itu lalu sedikit mengintip celah gorden yang tak tertutup sempurna.
Tepat saat itu Jaerin terdiam. Entah kenapa hatinya mendadak sakit, manakal ia melihat Jungkook tengah menggagahi seorang siswi, teman seangkatan namun berbeda kelas. Hatinya seakan diremat oleh tangan tak kasat mata saat melihat bagaimana keduanya saling membuka mulut tanpa mengeluarkan suara, seolah menikmati persenggamaan mereka hingga tak menyadari jika Jaerin sudah berdiri di sana.
Gadis itu. Lim Yuju, yang memang terkenal dengan sebutan jalang sekolahan tengah mengangkang lebar, meremat bantal tempat kepalanya terbanting saat Jungkook menghentaknya dalam. Jaerin tersenyum miris, nyaris menangis namun untuk apa?
Mereka bahkan tak terikat dalam hubungan apa pun.
Hanya sebatas partner sex, mungkin.
Ia lekas keluar, melupakan tujuannya masuk kemari dan memacu langkahnya untuk kembali ke kelas. Hampir mencapai pintu, tapi tubuh Jaerin telah lebih dulu kehilangan keseimbangan. Tepat saat kedua kakinya mencapai ambang pintu kelas, tubuhnya ambruk dengan mata yang hampir tak ingin diajak terbuka.
Mengundang pekikan seluruh isi kelas, Jimin lekas mendekati anak murid sekaligus adik sahabatnya itu. Mendekapnya erat dengan tatapan cemas sementara Jaerin masih berusaha bernafas senormal mungkin. Jantungnya berdegup kencang, belum lagi sakit kepalanya yang begitu mendominan.
"Cepat panggil seseorang dan minta bantuan," perintah Jimin pada seorang siswa sementara siswa lain sudah sibuk mengerumuni Jaerin.
"Jae ... Kau bisa dengar aku?" Jaerin menyipitkan matanya, pandangannya buram jadi ia hanya diam dan menatap Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Mr. Dominant
Fanfiction!! SEGERA TERBIT, VERSI LENGKAP HANYA DI FANBOOK DAN EBOOK !! Kesalahan mutlak yang pernah dilakukan oleh Jaerin adalah, ia terlalu meletakkan seluruh hidupnya dalam genggaman tangan seorang pria bernama Jeon Jungkook. Tanpa ia tau, bahwa pria itu m...