Chapter 2

3K 279 1
                                    

Sepertinya Taejung mulai terbiasa dengan semua sikap teman teman sekelasnya, ah tidak, teman teman sekolahnya. Contohnya hari ini, mejanya hilang lagi "huftt" Taejung menghela nafas saat melihat mejanya berdiri kokoh dibawah pohon diujung lapangan yang berukuran sebesar lapangan bola yang biasa dilihat nya di TV. "Hei Taejung ssi, belikan aku makanan dikantin cepat" perintah salah satu murid yang sedang duduk diatas meja. Taejung tak bergeming dari tempatnya, masih memikirkan cara untuk membawa mejanya kedalam kelasnya sebelum jam pelajaran dimulai.

BUGH!

Staples besi mendarat tepat dibelakang kepala Taejung.
"Akhh" reflek Taejung memegang kepala bagian belakangnya saat merasakan ujung tajam staples tersebut menusuk kepalanya, seketika pandangan Taejung kabur, ia dapat merasakan cairan kental mengalir melewati sela sela jemarinya. "H-hoi Minki apa itu tak terlalu keterlaluan??" tanya ketua kelas saat melihat darah mengalir membasahi kemeja Taejung. "T-tentu saja tidak. lagian, lemah sekali hanya terkena benda seperti itu sudah berpura pura berdarah mendramatisir sekali. Cuih" sejujurnya Minki tak akan mengira jika ujung staples itu akan menancap ke kepala Taejung, tapi Minki terlalu perduli karena pangkat ayahnya sangat tinggi jika masalah ini membesar ayahnya pasti akan dengan cepat membersihkannya. Pintu kelas digeser bersamaan ambruknya Taejung "ASTAGA KIM TAEJUNG!" teriak membahana wakil kelas mereka Park Jimin. Jimin berlari menghampiri Taejung yang tergeletak tak sadarkan diri. "Yak! Kim Taejung sadarlah!" teriak jimin khawatir, jimin menatap tajam seluruh siswa yang ada dikelas tersebut " APA YANG SEBENARNYA KALIAN LAKUKAN HAH? KENAPA KALIAN DIAM SAJA? " jimin terus saja berteriak emosi bahkan para murid yang sekedar lewat ikut menonton "cih tak berguna. Percuma saja kalian bersekolah mahal mahal kalau otak kalian tidak pernah kalian pakai" ucap jimin sinis sambil mengangkat badan Taejung lalu pergi meninggalkan kelas yang mendadak sunyi tersebut.

Otherside

"Kau mengecat ponimu Taehyung ah? " tanya seokjin saat melihat poni Taehyung berubah menjadi warna hijau.
"Sedikit hyung. Memangnya kenapa? Apa aku terlihat jelek? " tanya Taehyung sambil melihat kearah kaca
"Ani. Kau terlihat tampan. Astaga kau sudah besar ya? Dulu kau masih sedadaku sekarang kau bahkan sudah hampir mau melewati tinggi ku. Cepat sekali tumbuhnya" ucap seokjin terharu "aku belum bisa dikatakan tinggi kalau belum melewati tinggi badannya namjoon hyung" ejek Taehyung. "Hei apa maksudmu? Kau mau bilang kalau aku ini pendek? " tanya seokjin tak terima "aniyo hyung kau tinggi, setidaknya tidak setinggi seperti yoongi hyung" Ucap Taehyung sambil tertawa kecil. "Apa yang kau katakan tadi bocah? "Tiba tiba muncul saja Yoongi dengan tatapan tajamnya. "E-eng kau tampan hyung! " Taehyung menunjukan kedua jempolnya "kalian semua adalah hyung yang paling Jjang bagiku! " ucap Taehyung bersemangat.
Yoongi hanya menunjukkan ekspresi datarnya, "ayo cepat! Aku tak sabar bertemu eomma dan Taejung!" Taehyung pergi keluar dari kamarnya menuju ruang tamu "Hyung.. " Yoongi menepuk pundak Seokjin "hm? Kenapa Yoongi ah? " seokjin menatap mata Yoongi yang menampilkan tatapan khawatir "apa yang membuatmu sebegitu khawatir? " tanya Seokjin "Jimin baru saja menghubungi ku, ini soal Taejung" ucap Yoongi dengan nada yang ditahan. Maka dengan begini saja Seokjin sudah tau apa yang akan terjadi setelah ini.

Jimin Pov

Astaga Taejung bertahanlah. Aku memegang telapak tangan Taejung yang perlahan mulai mendingin. Kami berada didalam Ambulans

*flashback

Aku segera menggendong Taejung kedalam UKS, mukanya sangat pucat bahkan lebih pucat dari pada istriku si Min itu. Apa dia kedinginan? Padahal sekarang bukan musim dingin, sebenarnya apa yang terjadi? Aku berniat istirahat diatas kasur UKS yang satu lagi tapi nampaknya impian ku harus sirna saat melihat Jeon Jungkook sedang berkutat dengan ponselnya. "Kenapa kau bisa berada disini bocah tengik? " tanya ku kesal. Jungkook mematikan ponselnya lalu meletakkannya diatas meja. "Tentu saja istirahat, apa bapak tak lihat? " sebenarnya aku ingin sekali merobek mulut brengseknya itu tapi aku masih sayang pekerjaan. Kepala ku berdenyut kecil reflek aku memijitnya sedikit. " bapak kenapa ada disini? Bukannya sekarang jam bapak? " tanta jungkook basa basi. Apa dia tak melihat kalau aku tadi membawa seorang murid kedalam sini? " aku membawa Taejung, aku menemukannya pingsan didalam kelas. Jelas jelas dia pingsan tapi satu pun dari kalian tak ada yang ingin menolongnya" ucapku kesal. Tunggu ada yang aneh, dari tadi aku mencium bau anyir disini bahkan sekarang makin kuat. Jungkokk hendak menjawab sebelum aku menginterupsi nya "hei jungkook apa kau habis berkelahi atau semacamnya? Kenapa bau anyir disini? " tanya ku sambil meneliti tubuhnya "tentu saja tidak, siapa yang berani dengan ku? Lagi pula bau ini datang setelah kau muncul. " jungkook menatap kearah belakang ku "hei. Apa kau berniat ingin membunuhnya?! " jungkook menatapku dengan kilat amarah lalu segera beranjak dari kasur dan menelpon ambulans. "Apa maksudmu aku ti-" mataku terbalak saat melihat bantal yang digunakan Taejung sudah berwarna merah darah. "Astaga apa apaan?! " aku mengangkat kepala Taejung "jeon! Apa yang sebenarnya terjadi? " tanya ku kepada jungkook. "Kenapa kau bertanya kepadaku sialan? H-hei pak tua.. Ada sesuatu yang menancap dikepalanya" jungkook menujuk kearah kepala Taejung. Dengan cepat aku memiringkan kepalanya, disana ada staples yang menancap dengan sempurna tepat dibelakang kepala Taejung. "ASTAGA! JUNGKOOK CEPAT TELPON AMBULANS! " teriakku. "Mereka akan datang secepatnya!"

*flashback end

Disinilah aku duduk diatas kursi besi yang dingin sambil menatap kearah pintu bertuliskan UGD, menunggu ibu Taejung datang lalu memikirkan tindakan yang selanjutnya sebenarnya Jungkook ingin ikut tapi aku mencegahnya, aku tak ingin dia membolos.

Jimin Pov end

Jimin tak bergeming dari tempatnya selama satu setengah jam. Sepasang kaki berhenti didepan jimin. Hendak mendongak tapi kerah bajunya sudah ditarik paksa oleh seorang wanita "APA YANG KAU LAKUKAN KEPADA ANAK KU HAH?! " teriak wanita tersebut, Jimin dapat menebak kalau wanita ini menjaga kulitnya dengan baik bahkan jimin tak dapat menemukan keriput dimukannya sama sekali. "Nyonya tenanglah terlebih dahulu saya dapat menjelaskan apa yang telah terjadi" jimin berusaha menenangkan wanita tersebut. "Tenang? Ibu mana yang tak tenang saat seorang lelaki menelponya lalu mengatakan bahwa anaknya sedang berada didalam rumah sakit. Dan sekarang kau menyuruh ku untuk tenang? Yang benar saja! " ucap wanita tersebut tak terima "DENGARKAN AKU KIM BAEKHYUN! " final, jimin terpaksa membentak wanita yang ada didepannya " anak mu sedang didalam sana dan kau ribut disini bak orang gila! Apa otakmu sudah tak jalan?! " jimin melepas paksa tangan baekhyun. "M-maafkan aku jimin ah" baekhyun menutup mukanya dengan telapak tangannya "aku hanya takut dengan nasib anakku" Baekhyun menangis. Jimin mengusap wajahnya dengan kasar "saya mengerti eomonim saya mengerti perasaan itu tapi setidaknya tenang lah terlebih dahulu." jimin mengelus punggung baekhyun "j-jelaskan apa yang sebenarnya terjadi." Baekhyun menatap muka jimin dengan pandangan serius. Jimin pun menjelaskan apa yang telah terjadi, tentang dia melihat Taejung pingsan menemukan staples menancap sempurna dibelakangnya. "Aku pun tak mengerti bagaimana bisa benda tersebut menancap dikepalanya" Baekhyun tak bergeming masih mencerna setiap kalimat yang diucapkan pria muda didepannya ini.
Semuanya mendadak sunyi saat suara ponsel milik Baekhyun berbunyi, dengan sigap Baekhyun menjawab panggilan tersebut tanpa melihat nama yang tertera didalam sana " Y-yeoboseo? Maaf saya hari ini tidak berada dirumah" ucap baek. "Yeoboseo eomma? " suara tersebut langsung membuat hati baekhyun bergetar. Suara itu, suara anaknya yang pergi selama 3 tahun tak pernah pulang bahkan untuk sekedar memberi informasi pun tak pernah. "T-taehyung?? Anaku?? Benarkah ini kau? " tanya baekhyun memastikan. "Ne ini aku eomma anak mu Kim Taehyung" ucap orang tersebut. Mendengar nama tersebut Baekhyun langsung menangis tersedu-sedu "D-darimana saja kau nak? Eomma dan adikmu sungguh sangat merindukanmu" Baekhyun menatap kearah jimin yang sedang berbicara serius dengan dokter yang baru saja keluar dri ruangan tempat anaknya berada "Maaf Eomma ceritanya panjang aku akan menceritakannya nanti, Eomma kau berada dimana? Apa kau dirumah? Aku sedang dalam perjalanan ke Seoul" dapat Baek dengar bahwa anak sulungnya ini sedang sangat gembira bahkan Baek dapat mendengar suara tawa anaknya yang selama ini dia rindukan "Eomna akan memberikan mu alamatnya oke? Eomna tutup dulu ya? " dengan cepat Baekhyun mematikan ponselnya saat melihat jimin berdiri dengan kepala tertunduk setelah dokter tersebut pergi. "Nak jimin. Apa yang dikatakan dokter? " tanya Baek lembut
"Eomonim.. Maafkan saya atas kelalaian ini " Jimin menangis. Baekhyun menatap bingung kearah Jimin "apa maksudmu? " baek berniat ingin bertanya lebih namun saat melihat muka anak bungsunya keluar dari ruangan tersebut dengan cepat Baekhyun mengikutinya meninggalkan Jimin yang masih tak bergeming ditempatnya.

#TBC

Ini beneran loh cuman work iseng doang. Semoga kalian suka!

[KV] TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang