Pintu besi yang kini terbuka itu membuat pria yang tertunduk dengan wajah babak belurnya memuka mata. Darah yang menggumpal di dalam mulutnya ia ludahkan ke sembarang arah lalu terbatuk-batuk saat merasakan pernafasannya tersendat.
" Bagaimana liburanmu? " Kursi di letakkan di hadapannya, celana kain berwarna hitam debgan sepatu mengkilap masuk ke penglihatan Bai yang sayup-sayup mencoba mempertahankan kesadarannya.
" Iblis. " Bai bergumam, memaki pria berambut pirang dengan kacamata miliknya. Seunghan tertawa terbahak-bahak lalu menurunkan sedikit kacamatanya menampilkan bola matanya yang di penuhi oleh warna hitam
" Sudah kubilang jangan melawan " Seunghan menepuk-nepuk pipi Bai dengan papan berisikan kertas lalu meraih bolpoin yang tersampir di sakunya.
" Hmmm, kau punya anak? Wow " Seunghan memasang wajah kaget lalu membolak-balik biodata milik Bai yang telah ia dapati.
" Kau tahu kenapa tuanku mengurungmu? " Seunghan memfoto wajah Bai yang berada di biodata dan wajahnya sekarang, sedikit tertawa dalam mengedit foto milik Bai.
" Aku tidak akan mengucapkan informasi apapun untuk bajingan Korea seperti kalian! " Bai berteriak dengan liur darahnya menciprat kemana-mana.
Layar ponsel berada di depan wajahnya, terdapat foto dirinya dengan tulisan before dan after. Namun bukan itu yang membuatnya melotot kaget, nama istri nya tertulis pada nomor yang Seunghan kirim.
" BAJINGAN KAUU!! " Bai bergerak ribut saat Seunghan tertawa terbahak-bahak, mengelap air matanya yang menetes karena merasa Bai sangatlah lucu terlebih lagi kepala botaknya yang bercahaya karena lampu.
" Maka dari itu, segera katakan siapa tuanmu maka keluargamu akan baik-baik saja tolol. " Seunghan meremas pipi Bai yang masih melotot kearahnya, senyuman cerah Seunghan menjadi hal terakhir yang ia lihat sebelum kesadaran miliknya kembali di cabut.
Telepon yang terletak pada kotak berisikan tembakau berdering nyaring. Pria yang sibuk melinting rokoknya segera mengangkat lalu menempelkan telinganya ke ganggang telepon selagi kedua tangannya masih sibuk memilih kertas kecil di tangannya.
" Apa? " Suara seraknya menjadi jawaban akan sapaan ramah yang ia terima dari balik panggilan.
" Haha! Benarkah?! Dia sudah di Korea? " Pria dengan luka sayatan memanjang di matanya menghentikan kegiatan lintingan yang ia lakukan saat mendengar berita memukau itu.
" Kalau begitu aku harus menyambut keponakan ku dengan meriah! " Ia berteriak, melempar ganggang telepon ke tempatnya semula lalu terkikik-kikik sembari menyelipkan ujung rokok di bibir ungu nya yang tebal.
" Keponakan ku yang lucu~ paman mu akan datang! "
[ TWINS ]
Kedua tangan saling menjabat, Taehyung tersenyum kala ia berhasil menjalin hubungan dari perwakilan Arab yang merupakan salah satu negara jaya di timur tengah.Perbincangan mereka cukup mengasikkan dimana sang clientnya sibuk bercerita mengenai keindahan dari Arab sendiri. Tentu Taehyung menyahuti dengan demangat bahwa ia akan terbang kesana suatu hari nanti sebagai liburan dan di sambut hangat oleh pria berkulit cokelat itu.
Selesai ia menghantar kepergian sang client, Taehyung berniat untuk pergi menuju lantai 3 dimana Divisi hubungan internasional berada namun dering ponsel yang bergetar di sakunya membuat langkah itu terhenti sejenak untuk mengangkat.
" Halo? " Taehyung membuka suara, berjalan masuk ke dalam lift lalu memencet salah satu tombol lantai.
" Keponakanku! Bagaimana kabarmu? Kenapa kau tidak menghubungi pamanmu ini mengenai kedatanganmu hm? " Suara yang berhasil membuat Taehyung terbalak kaget, mengepalkan tangannya sembari menggertakkan gigi.

KAMU SEDANG MEMBACA
[KV] TWINS
NonfiksiTaejung yang mengalami pembulian di sekolahnya hingga terbaring koma dirumah sakit membuat sepupunya Kim Taehyung terpukul. Didepan ibu nya yang menangis memegang tangan adiknya Kim Taejung, Taehyung bersumpah akan menghancurkan sekolah itu hingga t...