Rasa takut kini menyelimuti rongga dada Jihoon. Degup jantung nya bahkan tak dapat terkondisikan dengan baik.
"Ka...-kau siapa ? Mengapa membawaku masuk ke dalam mobil mu ? lalu dimana mobil ku ahjussi," lirih Jihoon pelan sambil sedikit menarik lengan baju pemuda yang kini sedang menyetir membawanya yang entah kemana Jihoon pun tak mengetahuinya.
Ruas jalan yang dilalui, bahkan tak Jihoon kenali sedikit pun.
"Ah..-jussi ... kenapa tak mau menjawab ku ?" keluh Jihoon mencoba memberanikan diri.
Sebuah dehaman keras dari pemuda yang sedari tadi tak menjawab pertanyaan Jihoon, sontak membuat Jihoon melepaskan tangannya dari lengan baju pemuda itu dan memundurkan badannya sedikit ke belakang.
Sungguh Jihoon terlalu takut dengan kondisi nya saat ini, terlebih pemuda itu sedari tadi tak angkat bicara sedikit pun padanya.
Pandangan pemuda itu hanya menatap jalan kedepan, tak ada yang lain.
Kaki - kaki Jihoon yang tak dilapisi sepatu atau pun sendal yang mulai terasa dingin.
Dengan perlahan Jihoon menarik kedua kaki nya keatas kursi dan memeluk kaki nya rapat dengan dada nya.
Mau tak mau Jihoon hanya dapat pasrah dengan keadaannya saat ini, yang ia harapkan saat ini hanya lah Daniel yang tiba tiba datang kepadanya layaknya superhero yang pernah Jihoon tonton dilayar lebar.
'Hyung ... Jihoon takut ... ahjussi itu tak mau memberitahu padaku akan membawa ku kemana, hyung pasti datang kan ? ... harusnya aku ikut dengan hyung saja ke kantor pagi pagi,' benak Jihoon dalam hati.
Manik Jihoon yang lama kelamaan mulai lelah, akhirnya terpejam begitu saja dengan posisi yang masih memeluk kedua kakinya.
Pemuda yang sedari tadi berusaha tidak menggubris Jihoon akhirnya mulai memerhatikan Jihoon sejenak dari spion yang ia arahkan padanya.
'Kasihan sekali anak itu,' lirih pemuda itu dalam benak.
Sejujurnya ia tak tega melakukan hal kini tengah ia jalani, jika saja ia tak merasa memiliki hutang budi dengan orang yang menyuruh nya itu.
"Maafkan saya ... apakah aku terlihat tua dimata mu ?" ucap pemuda itu mengingat panggilan yang Jihoon lontarkan padanya.
Ddrrt
Ddrrt
Sebuah panggilan telefon masuk pada pemuda itu.
Sejenak ia melirik nomer yang tertera disana, dan segera mengangkatnya.
"Kau dimana ?"
"..."
"Bawa dia kemari, saya sudah berada disini,"
"Baik"
Setelah pembicaraan singkat itu, telefon pun terputus.
Lagi lagi pemuda yang membawa Jihoon itu mendesah pelan.
Sungguh ia tak tega dengan Jihoon, terlebih kondisi nya yang sebenarnya cukup buruk.
'Maaf kan aku ...,'
***
Daniel yang sedang menyetir mobilnya kini tampak sangat gelisah.
Degup jantung nya yang terus berpacu cepat, membuatnya tak dapat berfikir rasional.
Bahkan Tuan Park berulang kali mencoba menenang kan Daniel yang terburu buru dalam mengendarai mobil nya itu.
"Anakku adalah seorang yang kuat Niel ... tenangkan dirimu, Jihoon tak suka jika mengetahui calon suami nya yang seperti ini," ujar Tuan Park.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TREASURE [NIELWINK][END]
FanfictionSEQUEL OF UNFORGETTABLE GIFT NIELWINK [BxB]