Daniel sudah merebahkan Jihoon di bangku penumpang yang berada di samping kemudi.
Sungguh hati Daniel hancur saat menatap kekasih nya yang begitu rapuh di hadapannya, bahkan dapat Daniel lihat dari sorot manik Jihoon yang sangat ketakutan akan sosok Donghan tersebut.
"Ji ... maafkan kekasih mu yang bodoh ini heum ?" gumam Daniel sambil mengusap pipi mulus Jihoon.
Perlahan Daniel melajukan mobilnya menuju apartemen dirinya.
Daniel tak enak jika Jihoon ia antarkan ke rumah Tuan Park dalam kondisi seperti ini, namun agar tak membuat Tuan Park khawatir Daniel tetap memberikan kabar pada Tuan Park, sekaligus mengatakan pada Tuan Park untuk merubah rencana yang sebelumnya sempat dirinya, Tuan Park, dan juga Tuan Kang susun.
Alhasil Tuan Park menyetujui permintaan Daniel.
Tuan Park sudah hampir mempercayakan Jihoon sepenuh nya pada Daniel, sedangkan Daniel dengan senang hati mendapatkan kepercayaan tersebut.
Daniel mengemudikan mobil nya dengan kecepatan wajar, tidak terlalu terburu buru, dan tidak juga terlalu lama.
.
.Tak terasa kini Daniel sudah memarkirkan mobil nya di basement apartemennya, dan menggendong Jihoon ala bridal style, tanpa membangunkan Jihoon sedikit pun.
Daniel tak ingin mengganggu Jihoon yang terlihat lelah.
Setelah sampai di dalam apartemennya, Daniel segera menuju kamarnya dan membaringkan Jihoon di ranjang milik nya.
Manik Daniel tak lepas dari Jihoon.
Ada rasa sesak yang Daniel rasakan saat melihat raut wajah Jihoon yang masih ada jejak cairan bening yang sempat membasahi pipinya, dan baju Jihoon yang tampak kotor.
Daniel yang melihat hal tersebut langsung berinisiatif mengambil handuk kecil sekaligus baskom berisi air, dan baju bersih milik nya, yang sekiranya masih bisa di gunakan oleh Jihoon.
Dengan perlahan Daniel menyeka pipi Jihoon, tangan dan juga kaki Jihoon hingga bersih.
"Maaf kan kekasih mu yang bodoh ini heum ?" lirih Daniel sambil menatap Jihoon yang masih setia dalam alam mimpinya.
Dengan hati hati Daniel membuka hoodie Jihoon yang sedikit kotor, dan menaruhnya di lantai.
Daniel meneguk saliva nya kasar ketika melihat tubuh Jihoon yang mulus di lapisi singlet nya.
'Aish ... buang pikiran mu yang kotor itu Niel...' lirih Daniel dalam benak sambil mengibaskan tangannya diudara seolah menepiskan khayalan khayalan yang seolah hampir menjerumuskan dirinya.
Setelah berhasil menetralkan deru nafasnya, dan mengontrol pikirannya, Daniel pun melanjutkan aktivitas nya menggantikan pakaian Jihoon yang kotor dengan cepat agar pikiran Daniel tak teralihkan dengan hal hal negatif.
Perlahan Daniel mengambil pakaian pakaian Jihoon yang tergeletak di lantai dan membawa nya menuju tempat mesin cuci.
"Selesai !" gumam Daniel saat telah memasukkan pakaian Jihoon kedalam mesin cuci.
"Sepertinya lebih baik aku menyiapkan makanan sekarang, siapa tahu nanti Jihoon terbangun karena lapar" monolog Daniel pada dirinya sendiri.
...
...Perlahan Jihoon menggeliatkan tubuhnya sejenak, dan mengedarkan pandangannya.
'Aku dimana ?' gumam Jihoon dalam benak, saat mendapati tempat yang asing untuknya.