BAB 6

76 6 0
                                    

Seoul, 29 April 2022

Kedua mata Vero perlahan terbuka. Seluruh tubuhnya terasa lelah dan lemah. Bahkan untuk duduk saja, ia membutuhkan tenaga yang besar. Ia memperhatikan keadaan sekitar, sepertinya ia berada dalam kamar member termuda BST, Kei.

Vero menyingkirkan selimut di atas tubuhnya. Kemudian ia turun dari kasur dan berjalan keluar dari kamar. Suasana apartemen terasa hening dan sepi. Tidak terlihat seorang member pun yang berkeliaran di dalam. Kaki Vero melangkah menuju balkon yang memperlihatkan pemandangan keluar apartemen.

Kemana perginya mereka semua?

Tubuh Vero bersandar pada pembatas di ujung balkon. Ia berusaha mengingat apa yang baru saja terjadi padanya. Semalam BST selesai melaksanakan fansign dan ia bertemu dengan seorang gadis yang terluka di toilet “Artist Room” mereka. Kemudian ia membawanya ke apartemen ini dan terjaga semalaman. Lalu tadi, ketika Kei menyuruhnya untuk istirahat, sepertinya ia pingsan karena kelelahan.

“Aku pasti terlihat bodoh karena sampai pingsan tadi,” gumam Vero.

Setelahnya, Vero teringat dengan gadis yang masih tertidur di kamarnya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk pergi ke sana untuk mengecek keadaannya. Sekalian ia ingin mengambil ponselnya yang mungkin sudah tertinggal di sana saat ia membaringkan gadis tersebut di kasurnya.

Pintu kamar Vero terbuka dengan sangat perlahan. Sepertinya Vero masih sedikit trauma setelah gadis tadi berteriak saat ia menorobos masuk ke kamarnya sendiri, demi memastikan gadis itu sudah sadar atau belum. Akan tetapi, kali ini bukannya gadis itu yang berteriak tetapi hampir saja Vero yang ketakutan. Ia mendapati gadis itu sudah sadar dan sedang terduduk dalam keadaan rambut yang cukup berantakan. Jujur saja, Vero sedikit ngeri melihatnya.

“Mm.. Chogi..* Choneunyo..** Ani-,***” kata Vero terputus-putus. Apa yang harus kukatakan? (*Itu **Saya ***Tidak)

I’m sorry.

Mwoyo?*” tanya Vero. Ia tidak mendengar dengan jelas suara gadis di depannya. (Apa)

Gadis tersebut mengangkat wajahnya yang semula menunduk, sehingga ia bisa menatap mata Vero dibalik rambutnya yang berantakan. Sedangkan Vero masih berdiri dengan canggung di depan kamarnya sendiri. Ia sampai lupa kalau gadis di depannya ini belum tentu mengerti kata-katanya. Sebab ia tidak sengaja sudah bertanya dalam Bahasa Korea.

Vero berdehem dan melangkah mendekat satu langkah ke arah kasur.

Are you okay?” tanya Vero lagi. Ia berusaha menggunakan Bahasa Inggris.

I’m fine.”

Ini membuatku gila! Apa lagi yang harus kukatakan!

Eodi-* ani, wer- aish! Bagaimana caraku mengatakannya!?” ujar Vero yang kesal sendiri karena tidak mengerti bagaimana mengungkapkan pertanyaannya. (Dimana)

Wer? Odi?” tanya gadis itu heran. Ia tidak mengerti maksud perkataan Vero.

Padahal sebenarnya Vero ingin menanyakan dimana asal gadis tersebut. Akan tetapi mereka berdua sama-sama kesulitan untuk berkomunikasi satu sama lainnya. Lalu Vero pun mendapatkan ide untuk menggunakan translator dari ponselnya. Tiba-tiba Vero juga sadar kalau ponselnya berada di dekat gadis tersebut. Ia khawatir kalau ia mendekat, gadis tersebut akan ketakutan dan berteriak lagi.

Melihat kegelisahan Vero, si gadis sadar dengan ponsel yang ada di sampingnya dan mengambilnya. Lalu ia menyodorkannya kepada Vero dan berniat memberikannya. Namun karena tangannya terpasang infus, gerak-geriknya menjadi terbatas sehingga Vero-lah yang akhirnya mendekati gadis tersebut.

WERODITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang