BAB 18

48 4 0
                                    

Empat pria dewasa bersama dua orang wanita istimewa dan seorang pria mungil tangguh, sedang duduk di ruang makan Apartemen BST. Min Joon yang istimewa sedang kembali menenun mimpi dalam gendongan Mi Ra, dan Jay yang menyuapi Mi Ra. Sedangkan empat orang lainnya menyantap sarapan dalam keadaan tenang.

Geunde, apa yang kalian bicarakan saat di dapur tadi? Sepertinya sangat menyenangkan,” kata Jay.

“Kau menguping ya, Jay?” tanya Mi Ra merungut.

“Tidak. Aku hanya tidak sengaja mendengarnya saat ingin mengambil air minum,” elak Jay. “Aku mendengar kalian menyebut-nyebut namaku!”

“Dasar kau pede sekali!” kata Mi Ra, lalu ia tertawa.

“Mi Ra-Eonni menceritakan tentang pertemuan kalian,” kata Ila.

“Eonni? Kalian sudah sedekat itu?” tanya Jay kagum.

“Ya, begitulah.” Kemudian Mi Ra menatap Ila sambil tersenyum, “Kami juga bercerita tentang pertemuan Ila dengan Kei-ssi.”

Kei yang sedang meneguk minuman, tiba-tiba terbatuk-batuk dan menatap Mi Ra dengan heran. Sementara Vero malah tersedak makanan yang sedang ia telan. Suasana mendadak berubah menjadi canggung.

“Pertemuan?” kata Niko heran.

Lalu Jay langsung berdiri dan menyeret Niko untuk mengikutinya ke dapur. Ia mengatakan bahwa ia tidak menceritakan masalah Ila kepada Mi Ra karena takut akan menimbulkan masalah lainnya. Sedangkan Vero, Kei, dan Ila mendadak jadi salah tingkah sambil berusaha mencari jawaban dalam adegan tatap-menatap satu sama lainnya.

“M- Mi Ra-Eonni, bukankah Anda mau melanjutkan sarapan dulu? Biar saya saja yang menggendong Min Joon,” kata Ila. Ia berencana kabur dari suasana canggung yang terasa mencekiknya.

“Baiklah, kalau begitu. Terima kasih, Ila-ya!” Kemudian Mi Ra memindahkan Min Joon dalam gendongan Ila. “Aku memang tau kau adalah wanita yang sangat perhatian, saat melihatmu mengobati tangan Kei-ssi tadi malam.”

Sekali lagi, Kei terjebak dalam deja vu karena tersedak air yang sedang diminumnya. Kenapa Mi Ra selalu mengatakan hal-hal aneh saat ia sedang minum air. Lagi pula, apa yang dilihatnya saat Ila mengobati tangannya tadi malam.

Tanpa memedulikan kata-kata Mi Ra, Ila segera berdiri dan menggendong Min Joon ke arah balkon. Ia meminta izin kepada Mi Ra sebelumnya. Pagi ini langit Seoul terlihat sangat cerah dengan mentari yang bersinar terang. Berhubung masih pagi dan udara masih segar, Ila berencana membawa Min Joon untuk berjemur matahari pagi yang sehat dan bermanfaat bagi bayi.

“Tetaplah sehat, Min Joon-a,” kata Ila sambil menggendong Min Joon.

Putra kecil Jay terlihat nyaman dalam gendongan Ila. Bahkan setelah dicium beberapa kali oleh Ila dan dijemur dengan matahari pagi, Min Joon masih nyenyak dalam tidurnya dan terlihat berusaha menyembunyikan wajahnya ke arah tubuh Ila. Bayi itu terlihat sangat menggemaskan. Sampai-sampai Ila ingin terus menciumi pipi gembulnya yang terasa sangat lembut itu.

Ila pun ikut menikmati suasana pagi Kota Seoul yang cerah. Angin berhembus dengan lembut dan terasa sejuk. Kemudian sosok Kei datang ke balkon dan berdiri di samping Ila. Akan tetapi sepertinya Ila tidak sadar dengan kehadiran Kei, karena ia sedang menutup mata dan menikmati hembusan angin sembari tersenyum manis.

WERODITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang