BAB 13

51 5 0
                                    

Sebuah suara terdengar memanggil-manggil nama Kei untuk membangunkannya. Walaupun Kei dapat mendengar suara samar-samar yang memanggilnya, Kei lebih memilih melanjutkan tidur. Kedua matanya terasa lengket dan sulit untuk dibuka. Rasanya ia lebih suka untuk terus tidur dari pada bangun dan kembali disibukkan dengan aktivitas yang tiada hentinya. Terkadang ia benar-benar merasa jenuh dengan semuanya.

“Kei-ssi…”

Siapa yang terus-terusan memanggil namaku, batin Kei. Kemudian ia melenguh dan kembali melanjutkan tidurnya tanpa membuka mata.

“Kei-ssi…”

Kei memutar tubuhnya ke kanan dan terpaksa membuka mata karena suara yang terus memanggil-manggil namanya itu. Akan tetapi, tiba-tiba mata Kei langsung terbuka selebar-lebarnya dan kehilangan niat untuk kembali tidur. Tepat di hadapan Kei, hanya berjarak lima belas sentimeter dari matanya, sepasang mata lain sedang menatap mata Kei dengan tidak kalah terkejutnya. Mata yang baru saja ia lihat semalam sebelum tertidur di sofa.

Pemilik kedua mata yang memandang Kei langsung beringsut menjauh, hingga tidak sadar punggungnya menabrak meja yang ada di belakangnya. Bibirnya meringis kesakitan dan kembali terkejut saat mata Kei masih menatap ke arahnya. Ia berusaha memalingkan wajahnya dan melihat ke arah lain.

“Maafkan saya, Kei-ssi. Saya hanya berusaha membangunkan Anda, tetapi sepertinya suara saya tidak terdengar. Jadi saya mendekat ke telinga Anda tapi Anda tiba-tiba berbalik dan-,” kalimatnya tiba-tiba terputus. Ia baru saja merasa kalau ia menjelaskan hal yang tidak perlu dijelaskan.

“S- syukurlah kalau Anda sudah bangun,” ujarnya terbata-bata akhirnya.

Bukannya kesal, Kei malah tersenyum tipis. “Baiklah, Melodi-ssi.”

Kemudian Kei bangkit dari posisi tidur dan terduduk di sofa. Ia merenggangkan tubuhnya yang terasa sedikit pegal. Sedangkan Melodi masih diam di tempat dan memperhatikan gerak-gerik Kei. Baju Kei sedikit terangkat saat peregangan dan hampir memperlihatkan perutnya. Seketika Melodi langsung berdiri dari posisinya dan melangkah menjauh.

Ada apa dengannya? Batin Kei. Ia memperhatikan langkah melodi yang sepertinya sangat tergesa-gesa menuju arah balkon.

“Kau sudah bangun, Kei?”

Kei langsung menoleh dan mendapati Vero sedang berjalan mendekatinya. Sepertinya Vero baru saja dari luar, karena ia membawa beberapa tentengan belanjaan. Kemudian Vero duduk di samping Kei dan langsung merangkulnya.

“Kau baik-baik saja kan?”

Kei pun menatap Vero bingung, “Tentu saja. Memangnya kenapa?”

Pertanyaan dari Kei membuat Vero salah tingkah. Ia lupa kalau Kei tidak sadar saat ia membuntuti Kei sampai ke kamar. Kemudian ia berusaha mengalihkan wajahnya ke arah lain.

“Ti- tidak. Aku hanya bertanya,” elak Vero.

“Akulah yang seharusnya bertanya, kau sudah baik-baik saja, Hyung?”

“Apa maksudmu?” tanya Vero heran.

“Semalam kau mabuk dan terlihat gila,” kata Kei bercanda.

“Dasar, kau! Aku tidak mengisap darah atau memakanmu kan?”

“Kau memang tidak memakanku,” kata Kei, “Tapi kau hampir memangsa Melodi-ssi.”

Sekali lagi Vero bingung dengan perkataan Kei. “Apa maksudmu, Kei?”

Bukannya menjawab kebingungan Vero, Kei malah berdiri dan langsung berjalan ke dapur. Ia tidak mengacuhkan Vero yang memanggil-manggilnya. Sementara Vero masih bingung dengan maksud perkataan member termuda itu.

WERODITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang