BAB 10

58 6 0
                                    

Samsung Hospital, 1 Mei 2022

Kesibukan di salah satu rumah sakit Kota Seoul semakin meningkat seiring kedatangan pasien-pasien mereka. Pada lantai tiga di Rumah Sakit Samsung, tempat Nam Chan Hyung atau Dr. Chan bekerja, sedang diributkan dengan situasi gawat darurat. Sejak semalam Dr. Chan disibukkan dengan jadwal operasi yang tiada hentinya. Ia harus pandai-pandai mengatur waktu agar ia sendiri tidak jatuh sakit.

“Dr. Nam, bantu kami di sini,” ujar salah seorang dokter lainnya di UGD.

Dr. Chan biasa dipanggil dengan nama belakangnya saat berada di lingkungan kerja. Ia baru saja menyelesaikan operasi dan harus langsung membantu di UGD karena situasi yang darurat. Untung saja tubuhnya cukup kuat dan masih muda.

“Beruntung sekali kita mempunyai dokter muda yang berbakat di sini,” ujar seorang dokter senior. “Terima kasih Dr. Nam.”

“Ia memang selalu bisa diandalkan! Bukan begitu, Chan Hyung-a?”

“Dr. Vian!” sorak Dr. Chan ketika ia mendapati dokter senior yang sangat dihormatinya. Walaupun sebenarnya jarak usia mereka hanya terpaut sepuluh tahun.

“Kau sibuk sekali, ya?”

Dr. Chan menggeleng, padahal ia baru saja dapat beristirahat setelah membantu di UGD. “Tidak, Dr. Vian. Anda-lah yang sangat sibuk. Sudah tiga hari belakangan Anda tidak masuk.”

“Bukankah sudah kubilang? Aku hanya ada urusan sebentar.”

“Dr. Lee, bisa Anda membantu kami di sini?” panggil seorang dokter dari arah belakang Dr. Chan.

“Baiklah, aku akan ke sana. Kalau begitu, lanjutkan kesibukanmu, Chan Hyung!”

Dr. Harvian Lee, akrab disapa Vian atau Harvian. Ia adalah salah seorang dokter berbakat asal Negara Indonesia. Ia memulai kariernya di Korea Selatan sekitar dua puluh tahun yang lalu ketika masih berusia 21 tahun. Saat itu ia berhasil mendapatkan undangan kerja sama berkat prestasinya di perguruan tinggi kedokteran ternama di Indonesia. Ia sempat mengambil spesialis bedah di Jepang selama beberapa tahun.

Semenjak pergi dari tanah kelahirannya dua puluh tahun yang lalu, Harvian tidak lagi pernah kembali ke sana. Alasan terbesarnya adalah sibuk dengan pekerjaan. Namun alasan penting lainnya adalah hatinya telah jatuh kepada seorang wanita asal Korea Selatan yang sudah memiliki seorang putra. Akan tetapi, wanita itu justru mencintai saudara tertuanya dan memiliki seorang putri bersamanya. Nama anak mereka adalah Lee Ain, seperti marga ibunya, Lee Hae Ra. Karena saudaranya tidak memiliki marga seperti orang Korea. Ia adalah Khairil Haris.

Tujuh belas tahun yang lalu (2005), saudaranya Haris datang ke Korea Selatan karena diundang sebagai salah satu perwakilan pelukis ternama dari Indonesia. Berbeda dengannya yang bergelut dalam dunia kesehatan, Haris memiliki bakat di bidang seni. Haris adalah saudara tertua dan satu-satunya yang masih dimiliki Harvian saat itu. Sebab saudaranya yang kedua sudah meninggal saat berusia sepuluh tahun akibat demam tinggi.

Haris datang ke Korea bersama seorang putrinya. Harvian masih ingat saat ia menyambut kedatangan Haris dan keponakannya di Bandara Incheon waktu itu. Haris mengatakan bahwa ia dan sekeluarga berencana menetap di Korea Selatan.

Tentu saja Harvian sangat senang mendengarnya. Sebab mereka berdua tidak lagi memiliki keluarga dekat sejak orang tuanya meninggal. Begitu pula dengan kakak iparnya, Ratna Dwiyoni yang merupakan kembang desa tetapi sudah yatim piatu sejak kecil. Haris mengaku sudah mencintai Ratna sejak lama dan akhirnya menikah pada tahun 2001. Mereka memiliki dua orang putri kembar. Saat Haris sampai di Korea, ia hanya membawa si bungsu yang masih berusia tiga tahun.

Haris tinggal di Korea selama satu tahun pertama dan rutin menghubungi istrinya di Indonesia. Ia berhasil mengurus administrasi dan memiliki pekerjaan serta tempat tinggal yang tetap. Kemudian ia berencana untuk kembali ke Indonesia dan menjemput istri beserta putri pertamanya. Akan tetapi, terjadi hal lain ketika Haris sedang berkunjung ke tempat Harvian. Saat itu ia bertemu dengan Lee Hae Ra.

WERODITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang