BAB 22

43 6 0
                                    

Indonesia, 6 Mei 2022

Hari Jum’at adalah hari yang penuh berkah dalam Agama Islam. Pagi hari baru saja menyapa namun Ratna sudah memulai aktivitasnya seperti biasa. Ia terbangun sebelum shubuh dan menyiapkan secangkir minuman hangat untuk memulai hari. Setelah melaksanakan ibadah shalat, Ratna pergi ke kebun belakang dan memetik sayuran segar yang ditanamnya. Kemudian ia menjualnya kepada pedagang besar dan memulai aktivitas rumahan seperti menyapu, mencuci, dan lain sebagainya.

Akan tetapi, pagi ini sedikit berbeda. Setelah selesai dengan urusan rumah, lalu Ratna memakai pakaian rapi dan bersiap untuk pergi. Hari ini ia berencana mencari tau kebenaran tentang Naila sekaligus mengenai suami dan putri kecilnya. Sejak dulu ia terlalu takut dan meyakinkan diri untuk menunggu bersama Naila. Namun kejadian kali ini membuatnya sadar dan tidak membiarkan Naila juga menghilang darinya.

Ratna naik angkot menuju kantor catatan sipil. Ia membawa serta surat-surat yang mungkin akan diperlukan nantinya, seperti kartu keluarga, kartu tanda penduduk, dan lainnya. Langkah Ratna terlihat yakin demi mendapatkan kebenaran yang tidak ia cari selama ini.

“Ada yang bisa dibantu, Buk?”

“Saya ingin mengetahui status suami saya. Ia pergi ke luar negeri sekitar delapan belas tahun yang lalu,” kata Ratna.

“Nama suami Ibu, siapa?”

“Khairil Haris.”

Pegawai kantor catatan sipil itu memeriksa komputer dan terlihat mencari data yang diminta Ratna. Matanya yang ditutupi kaca mata terlihat fokus menatap layar di depannya. Kemudian ia menatap Ratna sambil tersenyum sama seperti awal kedatangan Ratna tadi.

“Suami Anda dinyatakan meninggal empat belas tahun yang lalu akibat serangan jantung,” kata pegawai tersebut.

“M- meninggal?” ujar Ratna sedikit syok. “B- bagaimana dengan putri saya?”

“Melodi Harmoni, Bu?”

Ratna pun mengangguk lemah. Ia sudah pernah membayangkan dan berusaha menerima kalau Haris mungkin saja mendapat musibah dan meninggalkannya untuk selama-lamanya. Tetapi ia masih berharap putrinya tetap hidup.

“Putri Anda juga sudah meninggal setahun sebelum suami Anda, dikarenakan demam tinggi,” kata pegawai itu dan berhasil membuat air mata Ratna merembes keluar.

“J- jadi… mereka-” Ratna mencoba tetap tegar, “Mereka… sudah meninggal?”

“Ya, Bu,” kata pegawai tersebut ikut sedih.

“K- kalau begitu, bagaimana dengan Minaila Harmoni? Putriku baik-baik saja kan di sana?” tanya Ratna benar-benar ketakutan.

“Minaila Harmoni dinyatakan masih di Korea Selatan sampai tanggal kemarin. Seharusnya Putri Anda sudah kembali ke Indonesia sekarang.”

“Tapi… Tapi anakku tidak ada! Kenapa? Kenapa bisa seperti ini!?”

“Visa putri Anda hanya untuk liburan selama seminggu. Jika ia masih berada di luar negeri lebih dari tenggat waktu itu, keberadaannya bisa dinyatakan ilegal,” kata pegawai tadi menjelaskan.

Lalu Ratna mengeluarkan surat yang dikirim kepadanya beberapa hari yang lalu.

“Saya mendapatkan surat ini. Bagaimana mungkin putri saya bisa tinggal di luar negeri bersama Papanya yang sudah meninggal!?”
Pegawai tersebut melihat surat yang disodorkan Ratna. Seketika matanya membulat dan merasakan keterkejutan yang sama dengan Ratna. Ia menatap mata Ratna yang sudah dibajiri air mata.

“Sepertinya kasus ini harus dibawa kepada pihak berwajib, Bu,” katanya. “Boleh saya lihat KK dan KTP Anda?”

Ratna memberikan surat-surat yang diminta oleh pegawai tersebut. Ia memang sudah menyiapkan itu semua sebelum pergi ke sini. Kemudian pegawai tersebut memasukkan data Ratna dan memasukkan data untuk dimasukkan ke dalam laporan. Ia juga meminta kartu keluarga Ratna diganti dengan yang baru agar data yang ada bisa disesuaikan.

WERODITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang