chapter 22

70 5 0
                                    

Happy reading

*
*
*
*

"Muka lo kenapa Tas?" Tanya Evina ke sahabatnya. Saat ini jam pelajaran Bu Mila terganti menjadi waktu istirahat.

"Iya Tas, muka lo dari tadi pagi gua liat bete banget, lagi ada masalah?" Tanya Talia

"Tadi pagi gua bicara sama Fano tadi dia bentakin gua" jelas Tasya kepada kedua sahabatnya itu

"Karena lo jelek-jelekin Adel?! Gue tebak itu yang buat Fano bentakin Lo" tebak Talia yang dibenarkan oleh Evina

"Ya... Itu kan fakta. Cewek kamseupay! Kampungan muka dua sok alim padahal dalamnya busuk!!!" Kata Tasya yang berada di dalam kelas. Untungnya hanya mereka bertiga ada di dalam kelas

"Menurut gua, lu kasi pelajaran tu cewek biar kapok!" Usulan dari Evina membuat Tasya senyum penuh kemenangan

"Lo baru bilang sekarang? Gua udah lakuin tadi pagi! Telat banget sih lo pada" ucap Tasya

"What?! Lu apain anak orang Tas?"  Talia dan Evina bersamaan

"Gua rencananya mau nabrak dia tapii sialnya waktu gua mau nabrak handphone gua pakek acara jatuh lagi jadinya konsentrasi gua teralihkan ke handphone deh jadi gua hanya bisa nyerempet dia dan dia jatuh. Gua bahagia banget liat dia menderita. Awas aja, nanti gua tambah hukumannya!! Setiap dia deket sama Fano gua pastiin dia akan bayar nantinya!!!" Gimana Tasya sinis

"Parah banget lu Tas, gua gak nyangka di dalam pikiran Lo bakal terbesit  hal itu" ucap Evina

"Menurut gua lo jangan habisin dia begitu aja, lo harus sakiti dia perlahan lahan, step by step biar dapet gitu kesan menderitanya dia" mendengar ucapan Talia, Tasya tersenyum sinis seraya memainkan rambutnya

"Nah itu gua setuju, cewek muka dua itu udah pantas kita gituin" ucap Evina

"Gua bakal buat hidup lo layaknya neraka ADELYA SENJA DENANDRA!!!!"gerutu Tasya seraya mengepalkan jari-jari tangannya.

*****

"Makasi ya Gra udah anterin kuenya Bu ana" kataku kepada Agra. Agra menawarkan akan membawakan pesanan kue Bu ana sambil bilang kalo aku tidak bisa datang ke pesta anaknya.

"Iya sama-sama Lia" ucapnya memanggilku dengan sebutan "Lia" sungguh membuatku sedikit terkejut. Bagaimana tidak? Hanya orang-orang tersayangku yang biasa memanggil nama ku dengan sebutan "Lia" tepatnya hanya ayah, bunda, nenek, kakak, dan Asyasya. Sekarang Agra memanggilku Dengan sebutan Lia?

"Hmmm kok manggilnya Lia?" Tanyaku
"Emang salah?" Tanyanya balik. Sedangkan Fano hamya diam memperhatikan kami

"Ehh! Gak slah sih cuma itu panggilan dari keluarga aku aja untuk aku" jelasku

"Mulai sekarang gua panggil lo Lia" katanya, jujur aku tidak mau ada yang memanggilku dengan sebutan Lia kecuali keluarga ku. Kalian bisa anggap ini alay, cuma sebatas nama tapi dilebih lebihkan! Tapi menurutku "Lia" memiliki makna yang sangat lebih dari sekedar nama. "Lia" hanya boleh diucap dari orang yang aku sayangi. Sekarang, Agra memanggilku "Lia"? Apa boleh buat kalo aku bilang nggak boleh pasti dia akan bilang "cuma nama doang!" Agra ku ijinkan memanggil namaku dengan sebutan "LIA"

Adel StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang