Mengingat tentang neneknya, Taehyung jadi tidak bersemangat. Pasalnya belum lama ini sang nenek telah pergi meninggalkannya untuk selamanya.
Taehyung masih diam dengan pandangan lurus ke depan. Tatapannya kosong. Dia tidak habis pikir dengan ayahnya. Belum ada setahun sejak mereka berduka, tuan Kim malah ingin Taehyung menikahi. Belum lagi dia tidak tau gadis mana yang di jodohkan ayahnya pada nya.
"Sudah jangan bersedih lagi." Ujar Jimin pada Taehyung.
"Menurutku ada baiknya kau terima saja perjodohan itu, agar kau tidak kesepian lagi dan agar kau berhenti untuk gila berkerja." Mendengar hal itu Taehyung menatap Jimin dengan raut wajah tidak suka.
Merasa diberi tatapan yang tidak mengenakkan, Jimin angkat suara, "Apa? Yang aku katakan benar kan. Dan juga kau harus belajar untuk membuka hati mu pada wanita. Selama ini kau membenci wanita hanya karena kau punya kenangan buruk soal mereka, tapi bukan berarti semua wanita itu sama Taehyung." Jelas Jimin pada sahabatnya itu. Taehyung pernah memiliki masa lalu yang buruk soal wanita. Hal itu membuat Taehyung berpikiran bahwa semua wanita itu sama. Baginya, para wanita itu hanya mengincar harta atau hanya tertarik pada ketampanannya.
Mendengar hal itu, Taehyung tertawa kecut. " Memang begitulah mereka Jim. Para wanita sialan itu hanya mengincar harta atau mungkin hanya tertarik pada wajahku saja." Lihat. Begitulah pandangan seorang Kim Taehyung pada wanita.
Jimin hanya geleng-geleng kepala mendengarnya. "Yah...meskipun kau tidak suka, kau tidak bisa menolak Tae, atau kau akan turun jabatan."
Taehyung kembali menghela napas. "Apa yang harus aku lakukan?" Ujar Taehyung. Dia sudah pasrah sekarang.
Mendengar hal itu, Jimin kembali menjawab, "Untuk saat ini lakukan saja apa yang paman Kim katakan. Aku rasa itu bukan ide yang buruk, lagipula usiamu sudah matang untuk menikah." Kata Jimin meyakinkan Taehyung.
"Baiklah, biarkan pernikahan itu terjadi. Tapi aku tidak akan menerima gadis itu sebagai istriku." Kata Taehyung. Garis wajahnya mengeras tanda bahwa ia benar-benar muak sekarang.
Jimin hanya diam. Taehyung memang sangat keras kepala. Sepertinya harus ada orang yang memukul kepalanya agar dia tidak keras kepala lagi.
Tidak berselang lama Taehyung keluar dari apartemen Jimin dan pergi ke suatu tempat. Tempat dimana hampir setahun ini dia selalu kesana untuk sekedar menumpahkan keluh kesah nya.
~
Kelas telah usai. Sekarang Hana sedang berada di halte untuk menunggu bis. Dia terbiasa pulang dengan kendaraan umum. Lalu tiba-tiba sebuah motor berhenti di hadapannya.
Kemudian si pengendara menaikkan kaca helmnya dan memperlihatkan wajahnya. Pria itu Jungkook.
"Menunggu bis?" Tanya nya pada Hana.
"Eoh, seperti biasa. Kenapa? Dan dimana Somi? Bukankah kalian selalu pulang bersama?" Ujar Hana ketika melihat tempat duduk motor Jungkook yang kosong.
"Hari ini si cerewet itu akan di antar pulang oleh kekasihnya," jawab Jungkook. Mendengar hal itu Hana tertawa kecil.
"Astaga, bagaimana aku bisa lupa soal itu. Lalu kenapa kau tidak pulang? Jangan bilang kau akan membuntuti mereka?" Kata Hana sambil memicingkan matanya.
Si pria Jeon terkesiap, bagaimana mungkin sahabatnya ini bisa berpikiran seperti itu. Yang benar saja! Harga diri seorang Jeon Jungkook bisa turun karena hal itu.
"Astaga, yang benar saja. Aku tidak mau buang - buang waktu dan tenaga ku untuk hal yang tidak penting seperti itu. Aku bukan sepupu yang over protective," jawabnya sambil berkacak pinggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny - K.T.H
Fanfiction"Entah apa yang ayahku pikirkan, bagaimana bisa dia menjodohkanku dengan pria yang tidak ku kenal. Bahkan aku belum lulus sekolah. Aku benar-benar marah pada ayah. Namun, saat aku mengetahui alasan ayah menjodohkanku dengan pria itu, akhirnya aku me...