21

1.5K 155 4
                                    

Hai:)

Happy reading
.
.
.
.
.
.

30 menit yang lalu....

Suara dentingan sendok dan sesekali suara dentingan sumpit beradu dengan piring. Pria itu memakan makanannya dengan raut muka yang sulit diartikan. Apakah dia sedang kesal? Marah? Tidak senang? Entahlah.

Matanya menatap lurus pada bangku kosong diseberang meja yang biasanya diduduki gadis cerewet yang suka mengoceh. Lalu ia menghela nafas lagi entah untuk kesekian kalinya. Kemudian menyendokkan makanan itu sedikit kasar ke dalam mulutnya.

"Sial," Umpatnya pelan.

Taehyung tidak tahu apa yang membuat moodnya buruk. Padahal, saat baru tiba di apartemen tadi, ia begitu bersemangat untuk menyantap makan malamnya ketika aroma lezat itu melewati hidungnya. Tapi sekarang? Ia justru seperti orang yang sedang dipaksa makan.

Hal ini tidak akan terjadi jika saja ada Hana disini. Taehyung mengenyahkan pikiran yang tadi sempat terlintas dikepalanya. Tidak, tolong jangan salah paham. Dia tidak mungkin merindukan Hana secepat itu bukan? Hana bahkan tidak sedang pergi jauh. Dia hanya pergi mengerjakan tugas dan mungkin sebentar lagi akan kembali.

Namun nyatanya, Taehyung tidak bisa menyangkal jika saat ini ia kesal karena tidak ada Hana yang menemaninya makan. Biasanya Hana akan menyantap makan malam dengannya. Mendengarkan gadis cerewet itu berceloteh tentang apapun. Entah itu tentang Hana yang kesal pada guru di sekolahnya atau bahkan pembahasan tidak penting seperti guru matematikanya yang entah terserang apa hingga tidak memberi mereka pekerjaan rumah.

Walau biasanya Taehyung hanya akan menanggapi dengan anggukan atau sekedar berdehem saja. Namun hal itu tidak akan membuat si gadis Jung berhenti berceloteh.

Entahlah, Hana bisa dengan mudah mengungkapkan apa yang ia rasakan atau memberitahu Taehyung apa yang gadis itu alami dikesehariannya. Terkadang Taehyung juga ingin melakukan hal itu. Tapi seberapa sering pun ia mencoba, Taehyung tetap tidak bisa. Seakan ada yang mengganjal tenggorokannya hingga semua kalimat itu tertahan disana.

Memikirkan itu kembali membuat sensasi aneh dihatinya. Taehyung berdecak pelan dan kembali melanjutkan kegiatan makannya dengan malas.

Ting nong!

Suara bel itu menghentikan kegiatannya. Taehyung memutar tubuhnya kebelakang. Alisnya berkerut tajam. Ia menerka-nerka siapa yang sedang berada diluar sana. Taehyung kemudian berdiri hingga kursinya terdorong kebelakang dan mulai berjalan ke arah pintu.

Apa mungkin Hana sudah pulang? Batinnya mencoba menerka. Tapi itu tidak mungkin. Hana baru pergi 30 menit yang lalu. Tidak mungkin kembali secepat ini. Pun Hana tidak mungkin menekan bel. Ia bisa saja langsung masuk, karena Hana juga mengetahui password apartemen Taehyung. Dengan rasa penasaran yang cukup besar, Taehyung pun segera membuka pintu itu hingga menimbulkan suara klik ㅡ membuat seseorang disana menghentikan kegiatannya untuk menekan bel.

Sesaat setelah pintu terbuka, wajah Taehyung yang tadinya penasaran berubah menjadi datar. Lihat siapa yang sekarang sedang berdiri dihadapannya.

"Mwoya? Ada apa dengan raut wajahmu itu, eoh?" Seseorang itu berujar dengan nada seolah-olah tersinggung dengan raut datar di wajah si pria Kim.

"Kau mau apa?" Balas Taehyung tetap mempertahankan wajah datarnya.

"Woah lihat dirimu Tae," Ujar seseorang itu yang tidak lain adalah Park Jimin, sahabatnya. Dia berkacak pinggang sambil menggeleng tidak percaya dengan sambutan yang ia dapatkan. Taehyung berdecak melihatnya.

Our Destiny - K.T.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang